Topswara.com -- Sobat. Kamu menangis dan menjerit saat dilahirkan oleh ibumu sedang orang-orang yang di sekitarmu tertawa karena gembira. Maka beramallah untuk dirimu sampai kamu tersenyum gembira pada hari kematianmu sedang mereka menangisi kepergianmu.
Allah SWT berfirman :
يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَۚ وَيَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim (14) : 27)
Sobat. Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia meneguhkan orang-orang yang mukmin dengan ucapan-ucapan yang baik dan teguh, baik dalam kehidupan di dunia ini, maupun di akhirat. Dengan demikian, ada hubungan timbal balik antara iman dengan ucapan yang baik dan teguh. Iman mendorong seseorang untuk senantiasa menggunakan ucapan yang baik dan teguh. Sebaliknya, ucapan yang baik itu dapat memelihara keteguhan iman seseorang.
Dalam ayat ini selanjutnya, Allah swt menegaskan bahwa Dia membiarkan sesat orang-orang yang zalim dan yang suka berbuat menurut kehendaknya sendiri, tanpa mengabaikan peraturan yang benar, antara lain ialah mengucapkan kata-kata yang buruk yang mengajak kepada kekafiran, kemusyrikan, kemaksiatan, dan sebagainya.
Sobat. Kehidupan yang sesungguhnya ialah bila Anda hidup dengan Al-Qur’an dan anda hidup dengan Iman. Inilah yang disebut dengan kehidupan yang kedua atau kelahiran yang kedua bagi seorang mukmin.
Allah SWT berfirman :
قَالُواْ رَبَّنَآ أَمَتَّنَا ٱثۡنَتَيۡنِ وَأَحۡيَيۡتَنَا ٱثۡنَتَيۡنِ فَٱعۡتَرَفۡنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلۡ إِلَىٰ خُرُوجٖ مِّن سَبِيلٖ
“Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" (QS. Ghafir (40) : 11).
Sobat. Setelah mendengar seruan malaikat dan tidak tahan lagi merasakan azab yang amat pedih, orang-orang kafir berkata, "Wahai Tuhan, Engkau telah mematikan kami dua kali dan menghidupkan kami dua kali. Engkau menjadikan kami dalam keadaan mati lalu menghidupkan kami dengan meniupkan roh ke dalam rahim ibu kami, kemudian mematikan kami di dunia setelah ajal kami berakhir, dan di akhirat nanti kami dihidupkan kembali dengan mengembalikan roh kami untuk dibangkitkan. Firman Allah:
Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. (al-Baqarah/2: 28)
Manusia mati ketika masih janin dan berada dalam tubuh orang tuanya. Kemudian dihidupkan ketika lahir ke dunia, lalu kematian berikutnya sudah merupakan suatu keharusan. Setelah itu dihidupkan pada hari kebangkitan (hari Kiamat). Mereka mengalami dua kali hidup dan dua kali mati.
Setelah menyaksikan kekuasaan Allah mematikan dan menghidupkan mereka berulang kali, orang-orang kafir menjadi sadar. Mereka mengakui kesalahan-kesalahan di dunia ketika mengingkari hari Kebangkitan dan mengerjakan dosa-dosa yang tak terhitung banyaknya, untuk menebus kesalahan-kesalahan mereka itu.
Mereka meminta supaya dikeluarkan dari neraka dan dikembalikan ke dunia untuk beramal saleh dan tidak akan mengerjakan kesalahan dan dosa lagi. Permintaan seperti ini disebutkan juga pada ayat yang lain sebagaimana firman Allah:
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin." (as-Sajdah/32: 12)
Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (kembalikanlah kami ke dunia), jika kami masih juga kembali (kepada kekafiran), sungguh, kami adalah orang-orang yang zalim." (al-Mu'minun/23: 107)
Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran (3) : 102).
Sobat. Asbabun nuzul ayat ini. Diserukan kepada kaum Muslimin terutama kaum Aus dan Khazraj agar mereka tetap di Medinah, beriman, bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dengan memenuhi segala kewajiban takwa. Dengan mengerahkan segala daya dan kemampuan untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, secara keseluruhan, dan jangan mati, melainkan dalam keadaan memeluk agama Islam.
Sobat. Ibnu Mas’ud pernah ditanya,” Apakah yang dimaksud dengan sebenar-benar taqwa kepada Allah?” Dia menjawab, “ Bila Dia (Allah) ditaati, tidak didurhakai. Disebut-sebut, tidak dilupakan. Disyukuri, tidak dingkari.
Barang siapa yang mengingkari nikmat Allah, berarti dia tidak bertakwa kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka terhadap-Nya, berarti dia tidak bertaqwa kepada-Nya, maka Allah balas melupakan diri, masa depan, anak-anak, rumah, keluarga, kantor, dan kedudukannya dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Sobat. Tetaplah bersama Allah dalam keadaan apa pun. Tetaplah bersama Allah, dalam keadaan senang maupun duka, miskin maupun kaya, sulit maupun lapang, sakit maupun sehat, diterima maupun ditolak.
وَٱتَّقُواْ يَوۡمٗا تُرۡجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا كَسَبَتۡ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah (2): 281)
Sobat. Setelah penjelasan seputar ayat-ayat riba diakhiri, maka manusia diberi peringatan agar takut kepada Allah. Di akhirat mereka akan kembali kepada-Nya, ketika seluruh perbuatan hamba dipertanggungjawabkan, termasuk harta yang pernah didapat dan dipergunakan.
Jika mereka lalai atau sedang terpengaruh oleh harta benda dan sebagainya, maka hendaklah mereka sadar dan ingat akan kedatangan hari pembalasan/kiamat. Pada hari itu Allah menghukum dengan adil, tidak mengurangi pahala kebaikan sedikit pun dan tidak pula menambah siksa atas kejahatan yang diperbuat.
Menurut riwayat al-Bukhari dari Ibnu 'Abbas, ayat ini adalah ayat yang terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Jibril as berkata kepada Rasulullah saw, "Letakkanlah ayat ini antara ayat: Wa in kana dzu 'usratin .... (al-Baqarah/2:280) dan ayat: "Ya ayyuhalladzina amanu idza tadayantum bi dainin... (al-Baqarah/2:282). Rasulullah saw masih hidup selama 21 hari setelah turunnya ayat ini. Menurut riwayat yang lain beliau wafat 81 hari kemudian.
Sobat. Abul Hasan Amirul mukminin Ali Bin Abu Thalib berdiri di atas mimbar Kufah, kemudian ada yang bertanya tentang taqwa. Beliau menjawab bahwa taqwa adalah rasa takut kepada Allah SWT Yang Mahaagung,mengamalkan wahyu yang diturunkan-Nya, puas dengan sedikit rezeki, dan mencari bekal untuk hari keberangkatan.
Syeikh Abdul Qadir al-Jailani mengingatkan pada kita, “Sungguh aneh akan kelalaian kalian. Kalian seperti tak ingat mati. Kalian seakan tidak akan dikumpulkan pada hari kiamat. Kalian seperti tak akan dihisab di hadapan Allah. Kalian seperti tak akan melintas jembatan al-Shirath. Tetapi itulah sifat-sifat kalian. Padahal, kalian selalu mengaku Islam dan beriman. Ingatlah Al-Qur’an dan ilmu itu akan menghujat kalian jika tidak diamalkan.”
Sobat. Ingatlah sebelum diingatkan. Beragamalah dan bergaullah dengan orang sholeh dan ahli agama (ulama), sebab mereka juga manusia. Bahkan, manusia paling pandai adalah manusia yang taat kepada Allah. Sedangkan manusia paling bodoh adalah manusia yang maksiat kepada-Nya.
Oleh: Dr Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power of Spirituality. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Waki Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
0 Komentar