Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sebab Butanya Kalbu


Topswara.com -- Sobat. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Isra’ (17) ayat : 72 

وَمَن كَانَ فِي هَٰذِهِۦٓ أَعۡمَىٰ فَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ أَعۡمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلٗا  

“Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Isra’ (17) : 72)

Sobat. Kemudian dijelaskan bahwa barang siapa yang buta hatinya di dunia, yakni yang tidak mau melihat kebenaran petunjuk Allah, dan tidak mau memperhatikan tanda-tanda kekuasaan-Nya, niscaya di akhirat nanti ia lebih buta dan tidak dapat mencari jalan untuk menyelamatkan dirinya dari siksaan neraka. 

Bahkan, mereka lebih sesat lagi dari keadaannya di dunia, karena roh mereka pada waktu itu ialah roh pada waktu di dunia juga. Roh yang dibangkitkan Allah swt di akhirat ialah roh yang keluar dari jasadnya ketika meninggal dunia seperti buah-buahan yang muncul dari batangnya. Buah dan batang mempunyai sifat yang sama. 

Demikian pula roh manusia pada waktu itu, dia bangkit dengan membawa seluruh sifat, akhlak, dan amalnya. Ia mengetahui keadaan dirinya. Ia merasa bahagia ataupun celaka sesuai dengan keadaan dirinya. 

Apabila keadaan roh manusia itu lalai di dunia, di akhirat pun akan lalai karena ia telah mengabaikan berbagai sarana dan alat untuk menguasai ilmu, dan terbiasa malas mengamalkan perintah Allah. Ia pun akan mengumpat-umpat dan mencerca dirinya sendiri.

Allah SWT berfirman :

أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَتَكُونَ لَهُمۡ قُلُوبٞ يَعۡقِلُونَ بِهَآ أَوۡ ءَاذَانٞ يَسۡمَعُونَ بِهَاۖ فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ 

“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj (22) : 46).

Sobat. Orang-orang musyrik Mekah yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan mengingkari seruan Nabi Muhammad SAW sebenarnya mereka sering melakukan perjalanan antara Mekah dan Syiria, serta ke negeri-negeri yang berada di sekitar Jazirah Arab. 

Mereka membawa barang dagangan dalam perjalanan melihat bekas-bekas reruntuhan negeri umat-umat yang dahulu telah dihancurkan Allah, seperti bekas-bekas negeri kaum 'Ad dan kaum samud, bekas reruntuhan negeri kaum Lut dan kaum Syu'aib dan sebagainya. 

Orang-orang musyrik Mekah telah pula mendengar kisah tragis kaum yang durhaka itu. Apakah semua peristiwa dan kejadian itu tidak mereka pikirkan dan renungkan bahwa tindakan mereka mengingkari seruan Muhammad dan menyiksa para sahabat itu sama dengan tindakan-tindakan umat-umat dahulu terhadap para rasul yang diutus kepada mereka? 

Jika tindakan itu sama, tentu akibatnya akan sama pula, yaitu mereka akan memperoleh malapetaka dan azab yang keras dari Allah. Allah Mahakuasa melakukan segala yang dikehendaki-Nya, tidak seorang pun yang sanggup menghalanginya.

Melihat sikap orang-orang musyrik Mekah yang demikian, ternyata mata mereka tidaklah buta, karena mereka dapat melihat bekas-bekas reruntuhan negeri kaum yang durhaka itu, tetapi sebenarnya hati merekalah yang telah buta, telah tertutup untuk menerima kebenaran. Yang menutup hati mereka itu ialah pengaruh adat kebiasaan dan kepercayaan mereka dari nenek moyang mereka dahulu. 

Oleh karena itu mereka merasa dengki kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya, sehingga mereka tidak dapat lagi memikirkan dan merenungkan segala macam peristiwa duka yang telah terjadi dan menimpa umat-umat terdahulu.

Sobat. Sebab butanya kalbu adalah karena terhalang hijab-hijab kegelapan, hijab kelalaian dan lupa karena jauhnya diri dari menepati janji pada Allah (di alam alastu birabbikum). Adapun sebab kelalaian adalah bodohnya seseorang terhadap hakikat ilahiah. 

Kebodohan ini muncul karena sifat-sifat kegelapan seperti sombong, dendam, dengki, kikir, ujub, ghibah,mengadu domba, bohong dan sifat-sifat tercela lainnya merajai dalam diri. Sebab jatuhnya manusia ke derajat yang paling rendah (asfala saafilin) adalah lantaran sifat-sifat tercela ini.

Sobat, cara menghilangkan sifat-sifat tercela ini adalah membeningkan cermin kalbu dengan tauhid, ilmu, amal, serta perjuangan yang kuat lahir maupun batin. Sehingga menghasilkan kehidupan kalbu dengan cahaya asma dan sifat. Lantas, hamba ingat akan negeriasalnya (surga). Ia pun merindukannya dan akhirnya sampai dengan pertolongan Allah yang Maha Pengasih.


Oleh: Dr. Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen pascasarjana UIT Lirboyo
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar