Topswara.com -- Hmm...rasa lelah seringkali dirasakan seorang ibu. Waktu 24 jam dalam sehari, seakan-akan tidak cukup untuk menyelesaikan semua tugas rumah tangga. Perasaan barusan selesai masak, mencuci piring, mencuci baju, menyeterika, tiba-tiba semua sudah menumpuk lagi, belum bersih-bersih rumah, mainan anak yang berantakan, seperti tak ada habisnya tugas seorang ibu.
Apalagi saat ini kemuliaan perempuan diukur dengan materi. Pendidikanpun hanya untuk mendapatkan selembar ijazah, untuk menunjang karirnya, dimana akan dinilai berhasil saat kedudukannya sejajar atau bahkan lebih tinggi dibanding laki-laki.
Mirisnya lagi, Barat terus mempropagandakan idenya, bahwa perempuan itu wajib bekerja, dibanding mendidik anaknya karena wanita yang tidak bekerja tidak produktif, apalagi kalau hanya sekadar ibu rumah tangga, dianggap sebagai pengangguran.
Perempuan diera saat ini dianggap sebagai mesin pencetak uang, sebagai unsur penting penopang perbaikan dan penggerak ekonomi negara.
Ide feminisme terus dimasifkan kepada perempuan, membuat mereka meninggalkan peran bergengsinya sebagai pencetak dan pendidik generasi unggul dalam peradaban Islam.
Selama ini perempuan tidak dipersiapkan skill untuk menjadi istri maupun ibu saat mereka memasuki jenjang pernikahan.
Akibat penerapan sistem ekonomi kapitalisme memaksa perempuan bekerja diluar rumah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, gaya hidup dan trend derajat lebih tinggi saat wanita bekerja. Padahal akibat semua itu memunculkan problem generasi yang krisis akhlak dan aqidah.
Semua problem diatas disebabkan negara menerapkan ideologi kapitalisme, yaitu sistem atau aturan-aturan hidup yang lahir dari akidah sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Upaya penyelesaian problem perempuan dilakukan oleh negara ataupun aktivis perempuan berbasis pada kesetaraan gender dan ide feminisme.
Dalam Islam, setiap laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, mendakwahkan ilmu, serta berkontribusi bagi kemuliaan Islam. Yang membedakan dihadapan Allah SWT hanya tingkat ketaqwaan masing-masing individu.
Perempuan adalah ummu warobatulbait yakni ibu dan pengurus rumah tangga. Ibu menjadi madrasah atau sekolah pertama dan utama bagi anaknya. Ibu mengajarkan berbagai hal seperti akhlak, akidah, skill kehidupan dan lain-lain.
Selain itu ibu juga memastikan tersedianya pakaian terbaik, kondisi rumah yang bersih, makanan bergizi, dan lain-lain. Semua urusan di dalam rumah teratasi oleh perempuan, sedangkan urusan di luar rumah ditangani oleh laki-laki.
Rasa lelah yang dirasakan seorang ibu dalam mengurusi rumah tangganya akan mendatangkan pahala, apabila ikhlas melakukannya karena Allah SWT. MasyaAllah, begitu indahnya Islam dalam membuat aturan, saat lelah jadi lillah. sehingga apapun yang dilakukan hambanya akan bernilai pahala.
Tentu semua ini bisa terlaksana dengan baik saat perempuan sudah disiapkan oleh ibunya bahkan negara, bahwa tugas dan tanggung jawab mulia dibebankan perempuan untuk keberhasilan dan kesuksesan mendidik generasi penerus.
Kemajuan ataupun tegaknya suatu negara akan terwujud saat ibu berhasil mendidik generasi penerus dengan pemikiran, perasaan dan peraturan Islam. Saat ibu tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hancurlah negara tersebut.
Allah memberikan kemulian tertinggi kepada perempuan, saat menjadi wanita salihah yaitu akan masuk surga dari pintu manapun. Sebagaimana hadis dari Abu Hurairah ra, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "apabila seorang wanita telah melaksanakan shalat lima waktunya, menjalankan puasa, menjaga kemaluannya, dan taat pada suaminya, maka dia akan masuk surga dari pintu manapun yang disukainya.
Semua itu dapat terwujud, saat negara menerapkan syariah Islam dengan sempurna, para wanita menjadi mulia sesuai fitrahnya, berdasarkan kesadaran akan penghambaan terhadap Allah, demi meraih ridha Allah SWT.
Yesi Wahyu I.
Aktivis Muslimah
0 Komentar