Topswara.com -- Dakwah berasal dari kata dasar (masdar) kata kerja da'a-yad'u-da'watan. Da'a-yad'u berarti memanggil, menyeru, atau mengajak. Da'watan atau da'wah artinya panggilan, seruan, atau ajakan. Dalam Al-Qur'an ada perintah "serulah" (ud'u), yaitu menyeru ke jalan Tuhan (syariat Islam).
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk," (QS An-Nahl:125).
Dakwah digital menjadikan media sosial sebagai mimbar dakwah digital. Teknologi digital menjadi bagian dari keseharian masyarakat. Menurut laporan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 213 juta orang per Januari 2023. Jumlah ini setara 77 persen dari total populasi Indonesia yang sebanyak 276,4 juta orang pada awal tahun ini.
Jumlah pengguna internet di Tanah Air naik 5,44 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Pada Januari 2022, jumlah pengguna internet di Indonesia baru sebanyak 202 juta orang.
Laporan itu juga menemukan, rerata orang Indonesia menggunakan internet selama 7 jam 42 menit dalam sehari. Di sisi lain, laporan itu mencatat bahwa mayoritas atau 98,3 persen pengguna internet Indonesia menggunakan telepon genggam.
Penggunaan media digital sebagai sarana belajar agama terus meningkat. Jika dulu sumber rujukan keilmuan dan keislaman yakni kepada ustad di sekitar rumah dan guru agama, kini konten dakwah lewat medsos juga dianggap menjadi sumber pengetahuan agama.
Dari data yang dikumpulkan, dapat disimpulkan masyarakat Indonesia dalam rentang usia 18-34 tahun bisa menghabiskan sekitar delapan jam di media digital. Oleh karena itu, kebanyakan yang menjadi rujukan di media digital saat ini adalah yang populer bukan sekadar yang kompeten.
Hal ini sangat berbahaya apabila masyarakat belajar agama tetapi dari sumber yang tidak tepat. Fatwa MUI bisa dengan mudah dikoreksi influencer yang pemahaman islamnya belum apa-apa tapi pengikutnya jutaan. Karena masyarakat lebih mendengarkan influencer tersebut.
Media digital berpotensi besar mempengaruhi pandangan banyak orang dalam waktu singkat, sehingga sudah saatnya para dai yang memiliki kompetensi dan otoritas keilmuan bisa mulai mengambil potensi dakwah digital. Bila tidak, maka masyarakat dengan mudah mengalami degradasi pengetahuan dan bisa menjerumuskan kepada kesesatan naudzubillah.
Medan dakwah digital butuh dilakukan secara profesional. Strategi dakwah digital meliputi:
Pertama, membangun personal branding sebagai seorang da’i untuk mendapatkan kepercayaan serta dapat dikenal dan diakui oleh masyarakat, supaya dapat menarik masyarakat untuk mendengarkan dakwah.
Kedua, memahami karakteristik target netizen, memilih platform media sosial yang tepat, membuat konten yang menarik, menjaga interaksi dan keterlibatan pendengar, mempromosikan dakwah melalui influencer muslim, dan mengukur kinerja kampanye dakwah.
Ketiga, fokus pada tujuan dakwah digital adalah untuk memenangkan opini Islam.
Keempat, memproduksi konten-konten dakwah yang bermanfaat, membangun pemahaman islam kaffah dan menyadarkan pentingnya persatuan serta kebangkitan Islam.
Kelima, memonitor interaksi di media sosial, mengukur keterlibatan pendengar, menganalisis data trafik web atau blog, memperhatikan feedback dan testimoni dari pendengar, serta melakukan survei atau polling online.
Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, (tetapi) Allah mengetahuinya. Apa pun yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas secara penuh kepadamu, sedangkan kamu tidak akan dizalimi,” (QS Al-Anfal: 60).
Kemenangan dakwah adalah suatu keniscayaan. Pertolongan itu ternyata ada pada puncak penderitaan dan kesabaran. Ketika Rasul Saw dan para shahabat mengalami penderitaan, mereka tetap bersabar dan tetap berpegang teguh pada syariah-Nya. Diriwayatkan bahwa karena penderitaan yang luar biasa yang mereka alami, akibat berbagai macam siksaan dan penganiayaan orang-orang kafir, mereka sampai bertanya-tanya kapan pertolongan Allah akan datang. Allah SWT lalu berfirman,
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kalian mengira akan masuk surga, padahal belum datang atas kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan (dengan berbagai macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. al-Baqarah: 214).
Karena itu, yang dituntut dari para pengemban dakwah dalam menghadapi semua tantangan, gangguan dan ancaman dalam dakwah adalah meneladani Rasul Saw dan para shahabat beliau. Mereka selalu yakin dengan pertolongan Allah Swt sehingga mereka selalu berkata,
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali Imran: 173).
Sesungguhnya cahaya Allah tidak akan pernah bisa dipadamkan oleh makar manusia. Islam pasti menang. Sesuai janji Allah Swt, sebentar lagi pertolongan-Nya akan segera datang. Islam akan menjadi satu-satunya mabda (ideologi) yang menang atas semua ideologi lain. Allah SWT telah berfirman:
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“Orang-orang kafir itu berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah, tetapi Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya (agama)-Nya meskipun orang-orang kafir itu membencinya.” (QS at-Taubah: 32).
Kepastian Kekalahan Orang-orang Kafir dan Penentang Dakwah
Para penentang dakwah pada setiap zaman akan senantiasa ada. Allah SWT berfirman,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ
“Demikianlah Kami telah menjadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan jin.” (QS. al-An’am: 112).
Imam Jarir al-Thabari dalam tafsirnya mengatakan bahwa ujian yang disebutkan Allah Swt dalam ayat ini tidak hanya menimpa Rasulullah Saw, tetap juga berlaku umum bagi orang-orang yang mengikuti beliau dalam dakwah.
Di antara upaya menjegal dakwah itu adalah dengan berbagai propaganda atau pemberian stigma negatif baik pada Islam maupun kepada para pejuangnya. Rasulullah Saw dan para shahabat telah mengalami kondisi demikian. Bahkan Rasulullah Saw pernah disebut sebagai orang gila (QS. al-Hijr: 6), tukang sihir (QS. Shad: 4), penyair gila (QS. Shaffat: 37), pemecah-belah persatuan kaumnya, dsb.
Balasan bagi Pengemban Dakwah yang Istiqamah dan Sabar
Orang yang istiqamah dan sabar di jalan Allah, niscaya akan mendapatkan banyak keutamaan. Allah SWT telah menjelaskan masalah ini dengan sangat jelas di dalam Al-Qur'an dan al-Hadis. Diantara ayat-ayat yang berbicara tentang keutamaan istiqamah adalah ayat berikut ini,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’, Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu’.” (QS. Fushshilat: 30).
Ayat di atas dan ayat lainnya (seperti QS. Fushshilat: 31-32 dan QS. al-Ahqaf: 13) menjelaskan dengan sangat gamblang, bahwasanya orang yang istiqamah di jalan Allah akan memperoleh banyak keutamaan, diantara keutamaan tersebut adalah: Pertama, Allah akan menurunkan malaikat kepada orang-orang yang beriman dan beristiqamah di jalan Allah.
Malaikat tersebut menghibur dengan ucapan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, juz 15, hlm. 358).
Kedua, malaikat akan menjadi penolong (wali) orang yang istiqamah di kehidupan dunia dan akhirat. Menurut Mujahid, malaikat akan menjadi sekutu orang-orang yang istiqamah di kehidupan dunia, dan kelak di akhirat, malaikat itu tidak akan berpisah dengan orang tersebut hingga ia masuk ke dalam surganya Allah. Al-Sudi menyatakan, malaikat akan menjadi penjaga amal orang yang istiqamah di kehidupan dunia, dan penolong di hari akhir. (Imam Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, juz 15, hlm. 360).
Demikianlah pentingnya keyakinan di jalan dakwah. Umat Islam sesungguhnya memiliki modal yang luar biasa untuk menghadapi semua tantangan dan halangan dakwah Islam, yaitu modal keimanan. Mereka mengimani tujuan keberadaan mereka di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT (Lihat QS. al-Dzariyat: 56). Wallahu a’lam.
Imanda Amalia, S.K.M.,M.P.H.
Dosen dan Aktivis Pembebas Palestina
0 Komentar