TopSwara.com -- Sejarawan Muda Nicko Pandawa beberkan sejarah penolakan Sultan Abdul Hamid II terhadap Theodore Herzl.
"Sultan Abdul Hamid II itu tahu visi misi dari pada gerakan Zionis, gerakan Zionis itu hendak menciptakan negara di dalam negara. Dalam Islam hal itu haram. Maka, Sultan Abdul Hamid II menolak proposal yang dibawa oleh Theodore Herzl," bebernya dalam acara Awal Zionis Yahudi Masuk ke Palestina, Jumat (03/11/2023), di YouTube Cerita JKdN.
Sesungguhnya apa isi proposal tersebut, disampaikan oleh Sejarawan Muda, bahwa proposal itu berisi pesan dari musyawarah kongres Zionis di Swiss, yang menyatakan permintaan supaya di Palestina diberi tempat pemukiman untuk orang-orang Yahudi atau minta tanah kepada Khalifah Sultan Abdul Hamid II.
"Awalnya dia enggak mau jujur minta negara, eutopis lah minta negara. Tetapi dia menyatakan ingin membentuk kolonisasi pemukiman-pemukiman saja," ujar dia.
Selanjutnya, Bung Nicko sapaan akrabnya mengungkap upaya Theodore Herzl untuk mendapatkan tanah di Palestina tidak berhenti sampai disitu. Herzl kemudian mengajak beberapa koleganya, salah satunya Emanuel Carso. Yaitu, orang Yahudi yang berbasis di Salonika Yunani untuk menghadap Sultan di tahun 1902.
"Singkat cerita kedatangan keduanya, Theodore Herzl enggak cuma minta, tetapi dia menawarkan beberapa janji-janji surga kepada Sultan Abdul Hamid II. Disebut janji surga karena dia bawa uang, sementara Khilafah Utsmani di bawah sultan Abdul Hamid II sedang mengalami krisis, khususnya keuangan," singgung dia.
Taktik tipu muslihatnya untuk mendapatkan tanah Palestina, disampaikan oleh Nicko, Theodore Herzl menawarkan kepada khalifah bahwa ia akan mendirikan universitas untuk khilafah, kemudian akan memberikan kapal perang. Bahkan menawarkan dana panas senilai jutaan Poundsterling. Di mana dana itu bisa digunakan khalifah untuk membayar utang-utang negaranya.
"Nah pesan-pesan Theodore Herzl ini kemudian disampaikan ke hadapan sultan Abdul Hamid II oleh rekannya tadi, Emanuel Carso di istana sultan Abdul Hamid II," ungkap Nicko.
Kemudian, ia menyinggung satu kalimat jawaban dari Khalifah Sultan Abdul Hamid II yang mahsyur kepada Emanuel Carso.
Sampaikan kepada Dr. Herzl bahwa saya tidak akan menuruti apa yang kalian mau. Palestina itu bukan milik saya, bukan tanah saya, tetapi Palestina itu adalah tanah milik umat Islam. Di mana umat Islam itu telah menumpahkan darahnya untuk menjadikan Palestina itu sebagaimana yang kita saksikan sekarang damai dan seterusnya. Yahudi silahkan simpan uangnya. Saya enggak butuh uang-uang dari anda. Kalau misalkan orang-orang Yahudi ingin Palestina, mereka bisa mendapatkan tanah Palestina secara gratis tanpa bayaran apapun, tanpa modal apapun, dengan syarat negara khilafah ini itu sudah tidak ada.
"Ditolak dua kali, Emanuel Carso sebagai utusan Herzl ini juga kesal seperti Herzl sebelumnya. Sudah ditolak dua kali, akhirnya Herzl dan Carso menyampaikan ancaman tetapi tidak langsung disampaikan kepada Sultan, kepada sekertaris sultan yaitu Tahsin Pasya. Emanuel Carso berkata kepada Tahsin Pasya, 'Saya akan datang ke tempat ini lagi dengan posisi yang berbeda,'" terang dia.
Sejarawan Muda menegaskan bahwa ancaman tersebut ternyata bukan kaleng-kaleng. Pasca penolakan Sultan Abdul Hamid II terhadap orang-orang Zionis itu, mereka kemudian merencanakan sebuah pemberontakan. Sebuah kekacauan internal di dalam khilafah, di mana orang-orang Yahudi itu kemudian mensponsori gerakan-gerakan yang hendak menggulingkan sultan.
"Kita mengenalnya sebagai gerakan Turki muda, gerakan nasionalis yang dibuat oleh orang-orang Turki yang belajar ke Eropa yang berbasis di Paris," terangnya.
Selanjutnya, ia beberkan, gerakan Turki Muda melancarkan agitasinya (propaganda) untuk menyerang pribadinya Sultan Abdul Hamid II sebagai sultan merah, sultan bengis, sultan tiran. Dari agitasi tersebut, orang-orang Turki Muda yang mendapatkan back up dari Zionis sukses menggulingkan Sultan Abdul Hamid II.
"Sampai akhirnya Sultan Abdul Hamid II digulingkan tahun 1909 dan penguasa khilafah itu digantikan adiknya, Sultan Mehmed Rosyad. Tapi Mehmed Rosyad tidak berkuasa secara independen karena Sultan Mehmed Rosyad itu kekuasaannya diserahkan secara eksekutif kepada Trio Pasha," katanya.
Bung Nicko menyebut Trio Pasha pejabat Utsmani tersebut, mereka adalah orang-orang Turki Muda. Jamal Pasha, Ismail Pasha, Talaat Pasha.
"Gara-gara tiga orang ini, singkat cerita khilafah Utsmani terjun ke dalam Perang Dunia I. Dan singkat cerita lagi, dalam Perang Dunia I ini Khilafah Utsmani bergabung ke dalam blok sentral dengan Jerman melawan sekutu Inggris, Italia, Prancis. Akhirnya yang menang pihak sekutu," tutup dia.[] Heni
0 Komentar