Topswara.com -- Agresi Israel yang semakin membabi buta ke Jalur Gaza imbas peperangan nya dengan Hamas kian mematik reaksi milisi pendukung Palestina di Timur Tengah untuk ikut melancarkan tindakan balasan.
Terbaru, milisi Hizbullah di selatan Lebanon menembakkan puluhan roket ke Kota Kiryat Shmona Israel pada Kamis (2/10). (cnnindonesia 9 november 2023)
Sementara itu, Pemberontak Houthi di Yaman juga meluncurkan drone nya untuk menyerbu Israel pada Selasa (31/10).
Sebuah pesawat tak berawak (drone) militer Amerika Serikat ditembak jatuh di lepas pantai Yaman oleh pemberontak Houthi pada Rabu (8/11). Seorang pejabat Kementerian Pertahanan AS mengatakan drone MQ-9 Reaper sedang beroperasi di wilayah udara internasional dan perairan internasional ketika ditembak jatuh.
Komando Pusat AS sedang menyelidiki insiden tersebut, kata pejabat itu. (cnnindonesia 9 november 2023)
Nasionalisme telah membatasi upaya membela Palestina hanya dengan kecaman semata. Bahkan abai pada realita perang yang terjadi antara negara dan Hamas. Padahal perang haruslah negara melawan negara.
Kelompok muslim menyadari kewajibannya untuk membela Palestina, saudara sesama muslim yang sedang teraniaya, meski negara bersikap berbeda.
Umat Islam ibarat satu tubuh, sehingga suatu keharusan membela Palestina yang teraniaya. Negara seharusnya berperan lebih nyata mengikuti langkah milisi.
Islam menjadikan pembelaan adalah satu kewajiban yang harus dipenuhi sesama muslim dan negeri muslim, apalagi Ketika musuh bertindak di luar batas kemanusiaan dan menghilangkan nyawa kaum muslim.
Negara Islam akan mewujudkan pembelaan terbaik terhadap wilayah yang dirampas penjajah tragedi Gaza hanyalah pengulangan belaka dari ratusan bahkan ribuan tragedi yang menimpa umat Islam di sejumlah negara di seluruh dunia.
Pertanyaannya, mengapa para penguasa Muslim dan Arab tidak bergerak sedikit pun untuk membela warga Palestina, khususnya Gaza? Mengapa mereka tidak segera mengirimkan ratusan ribu tentaranya untuk menggempur pasukan Zionis Yahudi?
Jawabannya, pertama, inilah dampak buruk sikap ‘ashabiyyah dalam wujud nasionalisme. Akibatnya, para penguasa Muslim hanya mementingkan negeri mereka masing-masing. Mereka tak peduli atas tragedi yang terjadi di Palestina, juga di sejumlah negeri Muslim lainnya.
Betapa buruk ‘ashabiyyah dalam wujud nasionalisme ini diakui juga sejak dulu oleh Letnan Jenderal Sir John Glubb (‘Glubb Pasha’), yang pernah memimpin ‘Arab Legion’ (1938-1956). Sebagaimana dinukil dalam Buku The Changing Scenes of Life-An Autobiography: Sir John Glubb (Quartet Books, hlm. 54), dia tegas menyatakan, "Nasionalisme adalah satu kecelakaan (bagi Dunia Islam, pen.) yang sengaja dibawa masuk dari Eropa.”
Palestina secara tidak langsung adalah korban pertama dari buruknya nasionalisme (juga nation state) ini di Dunia Islam.
Pasalnya, sejak wilayahnya dicaplok oleh Yahudi tahun 1948 hingga kini, kaum Muslim Palestina nyaris berjuang sendirian. Para penguasa negara-negara Arab yang berada di sekelilingnya seolah bergeming. Diam saja. Enggan melakukan pembelaan. Padahal sudah tidak terhitung darah kaum Muslim Palestina ditumpahkan oleh Zionis Yahudi sejak 75 tahun lalu.
Kedua, kebanyakan para penguasa Muslim dan Arab adalah antek Barat, khususnya AS. Wajar jika mereka cenderung membiarkan bahkan mendukung kebijakan tuan-tuan mereka meski jelas-jelas dalam rangka membunuhi kaum Muslim di berbagai negeri Islam, khususnya di Palestina.
Sejauh ini mereka hanya pandai mengecam dan mengutuk. Sebagian lagi diam seribu bahasa. Ini karena banyak penguasa Arab, termasuk Turki, telah lama menjalin hubungan kerja sama bahkan hubungan diplomatik dengan Zionis Yahudi, yang notabene salah satu alat Amerika di Timur Tengah.
Wujud pembelaan terhadap sesama kaum Muslim di antaranya dengan melancarkan jihad manakala saudara mereka atau negeri mereka di mana pun diserang oleh orang-orang atau negara kafir. Contohnya adalah kaum Muslim Palestina yang dijajah Israel, dengan dukungan AS dan negara-negara Barat.
Serangan atas sebagian kaum Muslim pada hakikatnya merupakan serangan terhadap seluruh kaum Muslim di seluruh dunia. Karena itu upaya membela kaum Muslim di Palestina, misalnya, juga merupakan kewajiban kaum Muslim di seluruh dunia.
Karena itu sudah selayaknya kaum Muslim, khususnya para tentara mereka, merindukan jihad fi sabilillah. Saat ini kesempatan untuk meraih keutamaan jihad itu terpampang jelas di depan mata, di bumi Palestina.
Namun sayang, karena faktor nasionalisme (juga nation-state) sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, tak mudah bagi kaum Muslim, khususnya tentara mereka, bahkan di negeri-negeri Arab sekalipun, untuk berjihad di Bumi Palestina. Karena itu kaum Muslim sedunia sejatinya membutuhkan khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah.
Seperti Khalifah Al-Mu’tashim Billah. Khalifah lah yang akan menaklukkan Amerika, Eropa, Rusia, Cina juga Zionis Yahudi/Israel. Khalifah pula yang akan menyatukan berbagai negeri Islam, menjaga kehormatan kaum Muslim dan menolong kaum tertindas di manapun.
Insya Allah, masa yang mulia itu akan segera tiba. Sebabnya, hal itu memang telah di-nubuwwah-kan oleh Rasulullah saw.
Hanya saja, kabar gembira dari Rasulullah SAW. ini tak cukup disambut dengan gembira, namun harus diperjuangkan dengan penuh kesungguhan dan pengorbanan oleh seluruh kaum Muslim sedunia, termasuk di Indonesia. Tentu agar khilafah yang telah Rasulullah SAW janjikan segera mewujud dalam kenyataan.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []
Oleh : Dewi Sulastini
Aktivis Muslimah
0 Komentar