Topswara.com -- Kabar mengejutkan datang dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang memproyeksikan bahwa Indonesia berpotensi gagal menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal ini seperti termuat dalam White Paper bertajuk “Dari LPEM bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024-2029” (cnnindonesia.com).
Dalam White Paper itu disebutkan bahwa potensi kegagalan tersebut karena beberapa hal, di antaranya pertumbuhan ekonomi masih rendah, ketimpangan yang tinggi, dan angka kemiskinan ekstrem yang tinggi.
Melihat potensi kegagalan tersebut, maka pemerintah berambisi meloloskan diri dari perangkap pendapatan menengah tahun 2030 atau middle income trap, yakni suatu keadaan negara yang sulit menjadi negara maju. Hal ini juga menjadi kerja fokus para calon presiden dan calon wakil presiden ke depan dalam mengentaskan kemiskinan, menurunkan ketimpangan dan membangun kelas menengah yang kuat dan inovatif.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan agar Indonesia bisa lolos dari pendapatan menengah menuju negara maju, maka pendapatan per kapita Indonesia harus sekitar Rp.10 juta per bulan. Namun faktanya saat ini rata-rata gaji pekerja di tanah air hanya Rp 3 juta.
Berdasarkan data BPS Februari 2023, upah buruh tertinggi berasal dari sektor real estate Rp 4,62 juta per bulan, upah buruh terendah nasional dari sektor jasa Rp 1,79 juta per bulan dan rata-rata upah buruh nasional sebesar Rp 2,94 juta dan upah buruh sektor informal hanya Rp 500 ribu per bulan. Belum lagi angka pengangguran yang kian tinggi yakni 7,99 juta (tirto.id).
Melihat fakta yang ada, bagaimana mungkin Indonesia dapat mewujudkan pendapatan tinggi apabila ada ketidaksesuaian pendapatan dengan mahalnya kebutuhan pokok hidup masyarakat?
Solusi alternatif lain agar Indonesia bisa menjadi negara maju, pemerintah melalui Kepala BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional) menjelaskan bahwa fondasi utama dalam tercapainya kemajuan bangsa adalah pembangunan keluarga yang berkualitas, dan hidup dalam lingkungan sehat akan menjadi indikator majunya sebuah bangsa.
Maka pemerintah harus mendidik keluarga dengan asah mengajarkan ilmu agama yang baik, asih dikasihani dengan sebaik-baiknya, asuh diimunisasi dengan memberikan perlindungan yang baik (republika.co.id).
Namun mungkinkah menjadi negara maju hanya bertumpu pada peningkatan peran keluarga? Mengingat tingginya angka perceraian saat ini sangat memengaruhi kondisi pola asuh anak dan keadaan ekonomi ibu dan anak. Angka stunting yang masih tinggi hingga kelaparan dan kemiskinan ekstrem sampai hari ini belum terselesaikan.
Maka dengan menjadikan peran keluarga sebagai tumpuan ekonomi bangsa adalah sesuatu yang jauh dari akar masalah, sebab keluarga merupakan institusi terkecil negara yang tidak akan mampu mendorong perubahan sebesar pemerintah.
Justru sebaliknya yang harus menjadi tumpuan adalah pemerintah sebagai institusi terbesar dalam sebuah negara yang bertugas menyelesaikan seluruh urusan rakyatnya.
Sayangnya selama Indonesia masih menjadikan kapitalisme sebagai sistem yang mengatur pemerintahan, tidak akan mampu mengeluarkan Indonesia dari keterpurukan ekonomi. Bahkan institusi keluarga yang sangat kecil dan lemah, tidak dapat menjadi tumpuan kemajuan bangsa.
Sistem ekonomi kapitalisme memberikan pandangan bahwa sebuah negara akan mampu mengubah nasibnya jika bergantung pada negara lain yang maju melalui bantuan suntikan dana baik utang ataupun investasi. Bantuan dana ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Namun faktanya semua itu jauh dari kenyataan, jebakan utang menjadikan negara Indonesia kian miskin walaupun memiliki banyak sumber daya alam melimpah. Sebab kepemilikan dan pengelolaannya diserahkan pada perusahaan asing akibat kapitalisme membebaskan siapa pun yang memiliki uang bisa menguasai sumber daya alam.
Sistem inilah yang menjadikan negara kehilangan fungsi utamanya yakni mengurus urusan rakyatnya. Menjadikan pihak swasta memegang kendali penuh atas kepemilikan umum seperti air, listrik, BBM dan bahan pokok yang mengakibatkan kehidupan rakyat terpuruk. Kita hanya bisa bermimpi menjadi negara maju apabila masih mempertahankan kapitalisme.
Satu-satunya solusi agar Indonesia menjadi maju adalah kembali menerapkan sistem ekonomi Islam yang mandiri tidak tergantung pada negara lain sebagai negara yang berdaulat. Sumber daya alamnya dikelola sendiri oleh negara untuk memenuhi kebutuhan rakyat tanpa memberikan celah pada asing untuk turut campur.
Islam juga menjadikan sebuah negara bervisi adidaya yang mampu mengatur dunia dengan syariat Islam. Kehidupan seluruh rakyat sejahtera dengan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok hidup melalui kas negara yaitu baitulmal.
Masalah kemiskinan, stunting, kelaparan bahkan pengangguran akan mampu terselesaikan di bawah kepemimpinan yang adil dan amanah dalam Islam. Sehingga melahirkan ketahanan keluarga yang berkualitas. Inilah buah dari penerapan sistem Islam kaffah yang akan menghantarkan sebuah negara menjadi negara maju dengan kehidupan sejahtera. Maka setiap Muslim harus terus memperjuangkan penerapannya.
Oleh: Desi Rahmawati
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar