Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Negara Bertumpu pada Peran Keluarga, Solusi Atau Ilusi?

TopSwara.com -- Indonesia, negeri yang makmur dan kaya. Dari sumber daya alam yang melimpah, negara yang memiliki jumlah penduduk tinggi, memiliki banyak suku dan ras. Sekilas, hal ini membuat Indonesia dikatakan negara sempurna. Namun, apakah demikian?

Pakar ekonomi mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki pendapatan sekitar 5 persen. Angka tersebut tidak mengalami kenaikan dan tetap dengan demikian.  Pertumbuhan kredit pun tak pernah tembus lebih 15 persen, rasio pajak PDB tersendat 11 persen, hingga kemiskinan parah pada angka 1,7 persen. Hal ini diramalkan Indonesia tidak bisa menjadi negara maju pada 2045 mendatang. (CNBC Indonesia)

Dari lingkup sosial, Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. dr Hasto Wardoyo SpOG, menyatakan  sejak tahun 2015, angka perceraian meningkat. Di tahun 2021, perceraian terjadi pada 581 keluarga. Sementara itu, jumlah pernikahan tiap tahun hanya 1,9 juta. Menurutnya, faktor perceraian terjadi karena orang toxic bertemu dengan orang waras, yang menyebabkan ketidakcocokan satu sama lain hingga bertengkar lalu melakukan cerai.
Hasto  memberi tips menjaga keluarga dengan pola Asah, asih dan asuh. Hal itu dapat meningkatkan kerukunan keluarga. Pembangunan keluarga merupakan pilar utama pada bangsa. Maka, Hasto mengharapkan, keluarga di Indonesia melakukan tindakan agar Indonesia memiliki perubahan pada Indonesia Emas 2045 kelak. (Republika.com, 28/10/2023)

Kenapa bisa?

Berbagai kasus di atas merupakan satu dari sekian banyaknya masalah di Indonesia. Terlepas dari solusi yang pemerintah berikan, solusi tersebut hanya bersifat temporal dan hanya menambah masalah baru bagi negara. 
Penyataan negara bertumpu pada peran keluarga menunjukkan tiadanya visi dan abainya negara terhadap rakyat. Berbagai permasalahan di atas hanya bisa diselesaikan oleh negara. Karena negara adalah pemimpin bagi rakyat. Ibarat sebuah bangunan, negara merupakan pilarnya. Peran keluarga sesungguhnya adalah mencetak generasi untuk pengisi peradaban, bukan mengurusi masalah negara.

Hal ini terjadi karena dianutnya sistem Kapitalisme. Kapitalisme menjadikan sebuah negara sebagai pihak yang terjajah, sehingga negara bergantung pada negara lain. Bisa dilihat dari segi ekonomi. Indonesia yang sumber daya alamnya melimpah. Atas nama investasi, sumber daya alam lari ke kantong perusahaan swasta. Ekonomi rapuh, kemiskinan, PHK, kelaparan merajalela.

Masalah kriminal tak kunjung reda, karena regulasi longgar. Malah, sumber daya manusia berpikiran pendek dan lemah. Hal ini dapat dilihat dari fenomena sekitar yang gemar flexing, rendahnya literasi, fomo, dan lain-lain. Kapitalisme tidak mempedulikan masalah individu, yang penting cuan didapat dengan menghalalkan segala cara.

Solusi jitu

Berbeda dengan Kapitalisme, Islam memiliki visi tersendiri dalam membentuk negara. Bukan hanya menjadi negara maju, tapi menjadikannya sebagai negara adidaya. Islam masih dipandang agama spiritual dan ruhiyah, padahal Islam sendiri memiliki ideologi sempurna dan cemerlang.
Hal ini telah dibuktikan Rasulullah SAW, Beliau adalah kepala negara pertama Islam yang membangun Islam dari nol menjadi negara yang menguasai 2/3 dunia. Kita bisa melihat, saat Rasulullah mendakwahkan Islam di Makkah. Karena sedikitnya pemeluk Islam dan banyaknya pembenci, Rasullullah hijrah ke Madinah setelah sebagian besar kota tersebut masuk Islam. Hal yang Rasullullah lakukan setelah tiba di Madinah, menetapkan Islam sebagai ideologi satu-satunya di Madinah. Setelah itu, Rasullullah membuat stabilitas ekonomi. Salah satunya ialah, mempersaudarakan antara muhajirin dan anshar. Agar sahabat yang kaya membantu sahabat yang miskin. Rasullullah juga membuat keamanan dalam negeri dengan melakukan perjanjian antara kaum muslimin dengan Yahudi, yang kini dikenal dengan piagam Madinah. 

Setelah menjaga keamanan dan ekonomi, Rasullullah melakukan dakwah dan jihad ke luar Madinah. Rasullullah mengirim sahabat-sahabatnya ke berbagai wilayah untuk masuk Islam. Beliau juga menyiapkan pasukan untuk melawan kaum Quraisy yang menentang Beliau dan menekan Yahudi dan kaum munafik untuk tidak berbuat macam-macam. Dari jihad inilah, Rasullullah melakukan pembebasan ke negeri yang masih dalam kekufuran. Aktifitas inilah yang dilanjutkan para khalifah setelah Rasullullah wafat.

Dari sini, ada beberapa langkah yang dilakukan untuk membuat negara adidaya:
Pertama, kekuasaan yang haq, dipimpin oleh orang orang yang beriman dan bertakwa.
Kedua, pengaturan politik dalam negeri sesuai syariat Islam. Mulai dari sistem ekonomi, sistem politik, sistem keamanan, sistem pendidikan, sistem kesehatan, sistem sosial, dan sistem sanksi.

Ketiga, aktifitas politik luar negeri dengan dakwah dan jihad. Terbukti secara historis selama 1.300 tahun, daulah khilafah terbukti menjadi negara adidaya. Daulah khilafah memiliki posisi dominan yang ditandai dengan kemampuannya yang luas untuk memberikan pengaruh atau memproyeksikan kekuasaan dalam skala global. Tak hanya itu, urusan kesejahteraan rakyat juga terjamin. Maka, syariat Islam tidak akan tegak kecuali dengan usaha yang kita lakukan.
Wallahu a’lam.

Oleh: Ishmah Auliya
Aktivis Pelajar
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar