Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Nasionalisme dan Pengkhianatan terhadap Palestina


TopSwara.com – Teroris Israel tidak henti-hentinya melakukan kebiadaban demi kebiadaban. Pada Jumat (27/10) malam, Israel terus menghujani wilayah Gaza dengan bom, di tengah saluran komunikasi, listrik dan internet yang diputus, kilauan nyala bom menerangi sebagian besar wilayah Gaza. Kelakuan Israel ini secara tegas menyatakan bahwa mereka benar-benar ingin memusnahkan Gaza dan orang-orang di dalamnya. Israel bahkan dengan keji menjatuhkan bom di rumah sakit bahkan gereja. Menghabisi bukan hanya tentara Muslim melainkan juga merenggut nyawa anak-anak dan lansia. Sungguh pengecut.

Adapun jumlah korban perang sejak 7 Oktober tercatat korban sudah mencapai 8.700 orang dan lebih dari 3.000-nya merupakan anak-anak di Gaza. (CNN Indonesia, 28/10/2030).


Pemimpin Muslim Seolah Bisu dan Tuli

Palestina sungguh amat dekat dengan wilayah kaum Muslim. Libanon, Yordania, dan Mesir adalah negara yang berbatasan langsung dengan Palestina. Palestina ada di tengah negara Arab yang kaya dan merdeka. Namun mereka menutup mata atas silaunya kilaun bom yang menghantam juga menutup telinga dari riuhnya pertempuran ini. Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya, “Mereka tuli, bisu ,dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (QS Al-Baqarah [2]: 18).


Diamnya Pemimpin Muslim: Sebuah Penghianatan yang Nyata

Pemimpin Muslim hanya sekadar mengecam keras Israel, mereka terus beretorika namun minus aksi nyata. Tidak ada yang dengan lantang menyerukan tentara agar maju digarda terdepan melawan Israel penjajah. Mereka hanya menyaksikan dikejauhan dan membiarkan pembantaian atas saudara mereka terus berlanjut padahal mereka punya kekuasaan dan kekuatan untuk melakukan pembelaan. Penghianatan besar ini tidak lepas dari beberapa hal:

Pertama, nasionalisme telah menjadi rintangan besar kaum Muslim untuk membantu Palestina. Sejak kekhilafahan Turki Utsmaniyyah diruntuhkan, negeri Muslim terpecah menjadi lebih dari 50 negara kecil yang lemah dan tidak berdaya. Sebab tersekat antara satu dengan lainnya. Ketika negara ini merdeka, mereka diberi mantra yang membius agar mereka hanya fokus dan sibuk mengurus negara masing-masing. Keterikatan mereka dengan PBB juga membuat mereka wajib patuh dengan hukum internasional bahwa sebuah negara dilarang terlibat dalam perang negara lain.

Akibatnya, 75 tahun Palestina dijajah Israel di tengah-tengah negara Muslim. Palestina bukan hanya korban dari Israel melainkan juga korban dari nasionalisme yang diadopsi negeri-negeri Muslim dari Barat.

Kedua, pemimpin Muslim mayoritas dari mereka adalah kaki tangan Amerika. Sementara Amerika adalah pelindung dan sahabat karib Israel, bahkan Amerika Serikat sudah mengirimkan amunisi dan peralatan militer lainnya ke Israel. Kapal induk USS Gerald R Ford telah tiba di Halifax, 28 Oktober 2023. Pentagon mengerahkan gugur tempur kapal induk Ford ke Laut Tengah untuk membantu Israel. (kompas.id, 10/10/2023).

Pada saat tangan Biden dan Netanyahu berlumuran darah kaum muslimin Palestina, para pemimpin muslim justru tersenyum menjabat tangan mereka. Arab Saudi sendiri sudah merencanakan normalisasi dengan Israel pada 2024 mendatang atas sambungan dari Amerika. Walau wacana ini ditunda sekarang, namun penjajahan Israel sejak Palestina telah berlangsung sejak 1948 lantas untuk apa merencanakan normalisasi dengan penjajah kecuali mereka betul-betul tidak peduli atas kondisi muslim Palestina dan mementingkan kepentingan pribadi semata.

Negara Muslim lainnya seperti Sudan, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko bahkan sudah lebih dulu bersepakat membuka jalur diplomatik dengan Israel laknatullah dengan dimediasi oleh Donald Trump ketika menjabat sebagai Presiden AS. (CNN Indonesia).

Maka tidak heran ketika negara arab ini diam, apalagi PBB dan lembaga HAM dunia lainnya, sebab mereka adalah antek kaffir penjajah. Mereka berteman dan menjalin hubungan. Mereka telah berhianat terhadap Palestina dengan penghianatan yang nyata. Karena itu tidak akan mungkin mereka membela Palestina secara nyata apalagi menyerukan tentara mereka untuk turun ke medan peperangan.


Jihad dan Khilafah Solusi Nyata

Zionis Yahudi telah nyata memerangi Palestina. Maka solusi bagi mereka adalah seruan Allah SWT, “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian.” (TQS al-Baqarah 190).

Israel telah mengerahkan militer begitu juga Amerika dan beberapa negara Eropa telah berbondong membantu Israel. Maka kekuatan militer haruslah dilawan dengan kekuatan militer bukan dengan diplomasi atau kecaman belaka. Sebab telah jelas nyawa berguguran dalam perang ini. Telah jelas kekejian Israel atas Palestina. Siapa pun yang memiliki akal normal harusnya bisa mencerna bahwa israel tidak lain dan tidak bukan adalah penjajah yang harus diusir dengan mengangkat senjata. Maka wahai tentara muslim berjihadlah di jalan Allah baik dengan keadaan ringan maupun berat. Robohkan tirani yang menghalangi kalian dan sambutlah seruan Allah swt untuk memerangi zionis Yahudi laknatullah.

Adapun satu-satunya negara yang akan menyerukan komando jihad melawan Israel serta menyatukan tentara kaum Muslim hanyalah satu, yakni khilafah. Khilafah kebutuhan mendesak untuk Palestina. Sebab hanya khilafahlah satu-satunya negara pelindung kaum muslimin sesuai sabda Nabi SAW, “Imam (Khalifah) itu laksana perisai; kaum Muslim berperang di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya.” (HR Muslim).

Maka kaum Muslim diluar Palestina haruslah sekuat daya upaya mereka menegakkan khilafah yang akan membebaskan Palestina dengan jihad dan persatuan. Kaum Muslim tidak boleh berdiam diri, sebab berdiam diri berarti mereka ridho akan kezaliman ini. Teruslah berupaya dan berdoa agar Allah SWT memberikan pertolongan dengan tegaknya Khilafah Islamiyah. Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Nurul Aryani
Aktivis Dakwah Islam
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar