TopSwara.com – Banyak kasus perzinahan dalam keluarga. Ada suami yang menjual istrinya untuk berzina dengan orang lain. Ada ayah tiri yang berzina dengan anak tirinya. Ada paman berzina dengan ponakannya. Ada pelakor yang berzina dengan suami orang. Bahkan ada kakak berzina dengan adik kandungnya. Na'udzubillah minzalik.
Semua itu fakta yang ada di masyarakat. Sekumpulan gunung es yang tampak di permukaan, tetapi jauh lebih luas dan dalam angka sebenarnya. Menunjukkan betapa zina demikian merajalela. Lantas bagaimana mencegah terjadinya zina dalam sebuah keluarga?
Pertama. Kuatkan rasa takut pada Allah SWT.
Keluarga seluruhnya harus ngaji. Harus paham Islam. Kuat akidahnya sehingga memiliki rasa takut yang sangat kepada Allah SWT. Memiliki pemahaman yang utuh bahwa zina dan bahkan sekadar mendekatinya adalah tindakan kemaksiatan yang dilarang Allah SWT.
Rasa takut pada Allah, yang digambarkan seperti kita berdiri di tepian jurang yang dalam, akan mengerem diri. Rasa takut yang mengalahkan bayangan nikmat sesaat akibat berbuat zina. Takut yang tidak mudah membuat goyah dan terjerumus dalam godaan setan.
Ya, salah satu kelemahan manusia adalah urusan syahwat. Ingat, setan akan terus mengganggu manusia agar terjerumus dalam maksiat yang satu ini. Maka itu perbanyak mendekatkan diri pada Allah SWT.
Kedua. Kuatkan kepemimpinan suami.
Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga yang juga wajib menjaga dan mengamankan seluruh anggota keluarganya. Ia akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang diberikan di pundaknya. Suami harus memastikan seluruh anggota keluarganya selamat dari bencana zina. Istri dan anak-anaknya harus dia ayomi. Tidak dirusaknya tapi dilindungi.
Jika suami memiliki hasrat, ia harus tegas membicarakan kepada istri sengan cara yang baik. Komunikasi mesra, agar istri melayani dengan gembira. Jangan diam-diam memendam kecewa. Bosan sama istri. Jenuh. Malas. Tapi diam-diam menjalin hubungan dengan wanita lain. Suami adalah pemimpin. Ia berhak tegas dalam kepemimpinan. Toh di sisi lain, Allah SWT sudah mengajarkan para istri agar taat pada suami. Termasuk taat dalam urusan pemenuhan kebutuhan syahwat.
Ketiga. Kuatkan ketaatan istri.
Istri adalah representasi dari kebahagaiaan keluarga. Jika istri bahagia, pancaran bahagia itu niscaya akan menular pada suami dan anak-anak. Kebahagiaan istri harus dipupuk dengan taat pada suami. Jangan ada kata bosan, malas dan enggan melayani suami. Apalagi merasa benci.
Tanpa bermaksud menyalahkan para istri, namun munculnya fenomena pelakor dan suami yang selingkuh, harus jadi bahan introspeksi. Jangan-jangan juga karena andil istri. Dimana, istri tidak taat pada suami. Entah karena kelelahan mengurus anak-anak, atau memang suami yang juga kurang bisa membuatnya bergairah mesra. Jangan sampai terbalik. Pasangan zina saja begitu giat ingin bercinta, tapi pasangan halal malah enggan melakukannya.
Selamatkan anggota keluarga dari rangsangan yang bisa memicu tindakan perzinaan. Baik dalam obrolan maupun dalam mengakses media. Jangan sampai rumah dimasuki konten berbau syahwat. Seperti tayangan video mesum, gambar mengumbar aurat, sinetron, film, bacaan cabul, berita-berita mesum di media dan sejenisnya.
Misal, orang tua tidak mengumbar nafau di depan anak-anak. Tidak mengajak mereka nonton ke bioskop. Tidak membiarkan anak nonton film-film yang ada adegan romance-nya. Tidak berbicara seputar hubungan jinsi. Walau sekedar candaan. Seperti, menggoda anak demgan istilah pacaran.
Keempat. Bersikap tegas dan berani mempertahankan diri.
Seluruh anggota keluarga harus ditanamkan sikap tegas untuk membela harga diri. Kalau perlu, harga diri harga mati. Maksudnya, tidak takut pada ancaman apapun dan dari siapapun. Kalau menyangkut kehormatan diri, harua dibela.
Tidak pula mudah tergiur dengan iming-iming apapun bila kehormatan diri jadi taruhan. Jadi, anak, istri dan suami tidak tunduk untuk berbuat maksiat. Walau diancam nyawa sekalipun. Bahkan, antaranggota keluarga harus saling mengingatkan. Bukan saling menjerumuskan. Berani berteriak jika ada tanda-tanda anggota keluarga yang berlaku tidak senonoh. Berani melaporkan jika menjadi korban perilaku penyimpangan seksual dalam keluarga. Berani mengingatkan jika anggota keluarga berlaku melanggar syariatNya. Semua demi keselamatan seluruh keluarga, baik di dunia maupun akhirat. []
Oleh: Kholda Najiyah
Komunitas Istri Strong (KIS)
Sumber: MediaUmat edisi 250
0 Komentar