Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Membangun Produktivitas Spiritual


Topswara.com -- Sobat. Orang-orang yang makrifat kepada Allah; selalu mencintai-Nya, hatinya selalu melihat kebenaran, banyak beramal saleh, menepati panggilan Allah, hatinya selalu bersih, amalnya selalu murni karena Allah.

Sebagaimana tulisan saya sebelumnya bahwa produktivitas itu adalah perkalian energy, fokus dan waktu. Tulisan kali ini melanjutkannya dalam sudut pandang spiritual:

1. Energi Spiritual adalah energi yang Anda dapatkan karena dekat dengan Allah. Semakin dekat diri Anda, maka semakin banyak energy yang akan Anda dapatkan ini adalah bentuk kekuatan tambahan dalam tubuh anda, ketika anda mengikuti perintah-perintah-Nya dan mengikuti petunjuk Rasul-Nya. Inilah energy spiritual yang menjadi pendorong bagi Anda untuk mencapai hal-hal yang tidak bisa anda bayangkan. Konsep Islami: Takwa, syukur, sabar, tawakal, dan ihsan. Ibadah; mendawamkan wudu, shalat, sedekah, zikir, istighfar, mengikuti sunah, mohon ampunan kepada Allah SWT. 
Allah SWT berfirman:

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ  

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf (7): 96)

Sobat. Dalam ayat ini diterangkan bahwa seandainya penduduk kota Mekah dan negeri-negeri yang berada di sekitarnya serta umat manusia seluruhnya, beriman kepada agama yang dibawa oleh nabi dan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw dan seandainya mereka bertakwa kepada Allah sehingga mereka menjauhkan diri dari segala yang dilarangnya, seperti kemusyrikan dan berbuat kerusakan di bumi, niscaya Allah akan melimpahkan kepada mereka kebaikan yang banyak, baik dari langit maupun dari bumi. Nikmat yang datang dari langit, misalnya hujan yang menyirami dan menyuburkan bumi, sehingga tumbuhlah tanam-tanaman dan berkembang-biaklah hewan ternak yang kesemuanya sangat diperlukan oleh manusia. 

Di samping itu, mereka akan memperoleh ilmu pengetahuan yang banyak, serta kemampuan untuk memahami Sunnatullah yang berlaku di alam ini, sehingga mereka mampu menghubungkan antara sebab dan akibat. Dengan demikian mereka akan dapat membina kehidupan yang baik, serta menghindarkan malapetaka yang biasa menimpa umat yang ingkar kepada Alllah dan tidak mensyukuri nikmat dan karunia-Nya.

Apabila penduduk Makkah dan sekitarnya tidak beriman, mendustakan Rasul dan menolak agama yang dibawanya, kemusyrikan dan kemaksiatan yang mereka lakukan, maka Allah menimpakan siksa kepada mereka, walaupun siksa itu tidak sama dengan siksa yang telah ditimpakan kepada umat yang dahulu yang bersifat memusnahkan. Kepastian azab tersebut adalah sesuai dengan Sunnatullah yang telah ditetapkannya dan tak dapat diubah oleh siapa pun juga, selain Allah.

Allah berfirman, “Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. “ (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

2. Fokus Spiritual. Kemampuan untuk fokus pada apa yang benar-benar penting dalam hidup ini, khususnya yang berhubungan dengan akhirat. Anda tidak silau dengan pesona kehidupan dunia, tetapi fokus pada tujuan yang lebih tinggi dan balasan yang lebih besar.

Memiliki niat yang jelas akan mendatangkan fokus spiritual. Setiap tindakan yang kita lakukan harus sesuai dengan ridha Allah SWT. Buatlah jurnal niat, perjelas niat anda bersama dengan daftar tugas anda dan mengapa anda mengalokasikan waktu dan berusaha sangat kuat untuk melakukannya. Ikuti selalu niat Anda.

Lakukan pengecekan halal. Bersikap jujur dan terbuka dalam lingkungan pekerjaan anda. Nikmati makanan yang halal dan baik. Jika kita mempertahankan gaya hidup halal, hal ini akan memberi pengaruh positif terhadap spiritualitas.

Mulailah lebih awal dalam persiapan untuk mencapai kekhusyukan dalam sholat. Ingatlah Anda berdiri di hadapan Allah SWT. Ungkapkan doa anda dengan seksama. Rukuk dan sujud penuh keikhlasan. Panjatkan doa khusus dalam setiap sholat.

Pelajari etika dalam berdoa, mohonlah keberkahan hidup, berpegang teguh pada doa-doa sunnah. Jangan malu, kapan pun anda membutuhkan apa pun dalam kehidupan pribadi, profesi, maupun social anda, mohonlah kepada Allah dan jangan pernah merasa malu untuk memohon kepada-Nya.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Pemurah. Dia malu bila seorang hamba mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lalu Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan hampa.”

3. Waktu Spiritual. Waktu tambahan di mana anda kelihatannya dapat melakukan berbagai hal yang orang lain tidak dapat lakukan karena mereka tidak mempunyai waktu untuk melakukannya. Anda kelihatannya memiliki waktu lebih dari 24 jam sehari dan mendapatkan begitu banyak hasil dalam waktu yang sangat singkat. Perhatikan bagaimana Rasulullah SAW mendapat begitu banyak kebaikan dalam waktu yang sangat singkat (23 tahun).

Hargai waktu anda. Sadarilah tentang betapa berharga dan cepat berlalunya waktu itu. Sekali digunakan, waktu tidak bisa dikembalikan lagi. Biasakan untuk memiliki sikap memulai pekerjaan sekarang juga. Jangan beranggapan bahwa Anda memiliki banyak waktu atau menunda berbagai pekerjaan sampai Anda mencapai tahap tertentu–Mulailah sekarang juga!

Waktu adalah karunia dari Allah dan harus menjadikan kita lebih bersyukur atas waktu yang kita miliki dan tidak boleh melewatkan begitu saja tanpa mengisi waktu-waktu kita untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan untuk beribadah kepad Allah SWT.

Allah SWT berfirman:
وَجَعَلۡنَا ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ ءَايَتَيۡنِۖ فَمَحَوۡنَآ ءَايَةَ ٱلَّيۡلِ وَجَعَلۡنَآ ءَايَةَ ٱلنَّهَارِ مُبۡصِرَةٗ لِّتَبۡتَغُواْ فَضۡلٗا مِّن رَّبِّكُمۡ وَلِتَعۡلَمُواْ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلۡحِسَابَۚ وَكُلَّ شَيۡءٖ فَصَّلۡنَٰهُ تَفۡصِيلٗا  
“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.” (QS. Al-Isra’ (17): 12)

Sobat. Kemudian Allah swt menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang ada di alam semesta, dengan maksud agar manusia memikirkan dan merenungkan semua ciptaan-Nya di alam ini. Allah swt menjelaskan bahwa Dia menciptakan malam dan siang, masing-masing sebagai tanda kekuasaan-Nya. Siang dan malam merupakan dua peristiwa yang selalu silih berganti yang sangat berguna bagi kemaslahatan hidup manusia dalam menjalankan kewajiban agama dan urusan-urusan duniawi.

Pergantian yang teratur seperti itu merupakan tanda kekuasaan Allah yang sangat jelas bagi manusia. Barang siapa yang memperhatikan dan memikirkan pergantian siang dan malam tentu yakin bahwa alam semesta ini ada yang mengaturnya dengan aturan-aturan yang sangat baik dan tepat, dan juga menunjukkan bahwa pengaturnya sangat teliti. Dengan demikian, manusia akan terbimbing untuk mengakui adanya Pencipta jagat raya ini dan seluruh isinya.

Di samping itu, adanya pergantian siang dan malam merupakan anugerah yang dapat dirasakan secara langsung oleh manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari. Di waktu malam mereka dapat beristirahat untuk melepaskan lelah. Allah juga menjadikan tanda-tanda malam datang yaitu hilangnya cahaya matahari dari ufuk barat, sehingga lama kelamaan hari menjadi gelap gulita. Hal ini merupakan tanda kekuasaan-Nya. Allah menjadikan siang yang terang benderang sebagai tanda kekuasaan-Nya pula guna memberikan kesempatan kepada manusia untuk mencari kebutuhan hidup diri mereka sendiri dan keluarganya. Di sisi lain, perubahan siang dan malam itu sangat berguna bagi manusia untuk mengetahui bilangan tahun, bulan, dan hari serta perhitungannya, terkecuali di daerah kutub utara dan selatan.

Dalam Al-Qur'an, Allah tidak saja memberitahu manusia mengenai ciptaan-Nya, namun juga memberikan indikasi-indikasi untuk memanfaat-kannya untuk kesejahteraan manusia. Dalam kaitan dengan matahari dan bulan, Allah memberikan petunjuk yang sangat jelas bahwa siang dan malam, atau dengan kata lain peredaran matahari dan bulan, akan sangat berguna untuk dijadikan patokan dalam membuat penanggalan atau kalender. 

Ayat yang secara jelas menyatakan mengenai penganggalan adalah ayat 36 Surah at-Taubah/9, yang penggalannya berikut: "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya terdapat empat bulan haram. Itulah agama yang lurus......" Satu ayat lain yang serupa adalah ayat 5 dari Surah Yunus/10: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan waktu ............" 

Siang dan malam terjadi karena perputaran bumi pada porosnya yang bergerak dari barat ke timur, yang memberikan kesan kepada manusia seolah-olah matahari bergerak dari timur ke barat. Apabila matahari muncul di ufuk timur disebut hari telah siang dan apabila matahari terbenam di ufuk barat disebut hari telah malam.

Dari saat matahari terbenam pada suatu saat, hingga matahari terbenam pada hari berikutnya disebut satu hari satu malam menurut kebiasaan dan anggapan dalam perhitungan tahun qamariah. Tetapi dalam perhitungan tahun syamsiah, yang disebut sehari semalam ialah waktu dari pertengahan malam hingga pertengahan malam berikutnya. 

Dengan ditegaskannya tentang pergantian siang dan malam sebagai dasar untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungannya dalam mengharap keutamaan Allah, jelaslah bahwa ayat ini menyiratkan keluwesan penang-galan dalam Islam. Sistem penanggalan yang didasari pada penggantian siang dan malam disusun berdasarkan hanya pergerakan (semu) dari matahari terhadap bumi. Sistem ini sama sekali tidak melibatkan pergerakan bulan terhadap bumi. Ini adalah sistem penanggalan matahari (tahun syamsiah/ solar year) yang menyatakan bahwa satu tahun sama dengan 365 ditambah seperempat kali malam berganti siang dan sebaliknya. 

Oleh karena itu, menurut sistem ini satu tahun lamanya 365 hari untuk tahun-tahun basithah dan 366 hari untuk tahun-tahun kabisah. Secara umum, satu tahun syamsiah adalah lamanya waktu dari tanggal 1 Januari hingga tanggal 31 Desember. Penghitungannya didasarkan pada waktu yang dibutuhkan bumi untuk mengelilingi matahari. Sistem penanggalan ini identik dengan tahun Masehi yang sekarang digunakan secara meluas dalam pergaulan internasional.

Satu tahun dalam perhitungan tahun qamariah ialah lama waktu dari tanggal 1 Muharram hingga tanggal 30 Zulhijah, yang lamanya 354 hari untuk tahun-tahun basithah atau 355 hari untuk tahun-tahun kabisah. Perhitungan serupa ini dinamakan hisab urfi. Perhitungan tahun qamariah didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi. Dari bulan sabit ke bulan sabit berikutnya disebut 1 bulan, dan apabila telah 12 kali terjadi bulan sabit dianggap telah genap satu tahun qamariah. 

Ayat ini menegaskan bahwa sistem penanggalan Masehi atau tahun syamsiah boleh digunakan umat Islam dalam pergaulan internasional, terutama dalam melakukan transaksi dan bisnis (muamalah) seperti biasa dengan umat manapun secara nasional. Sistem penanggalan Hijriah yang bersifat tahun bulan (lunar year) secara terbatas dapat digunakan untuk menentukan saat-saat beribadah, yaitu penentuan waktu 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Zulhijah. Tidak perlu dipaksakan penggunaan tahun Hijriah ini untuk kehidupan muamalah dalam pergaulan dan transaksi sehari-hari secara nasional dan internasional.

Pada kenyataannya penanggalan atau tahun Masehi juga dipakai untuk menentukan waktu ibadah lain, yaitu waktu salat, karena waktu salat ini sepenuhnya ditentukan oleh pergerakan (semu) matahari dan sama sekali tidak berurusan dengan pergerakan bulan terhadap bumi.

Jadi walaupun ada ayat Al-Qur'an yang menyiratkan penggunaan tahun Hijriah (yang notabene tahun qamariah) tetapi ayat ini memfirmankan perintah Allah untuk menggunakan tahun matahari yang manapun untuk muamalah dan secara umum untuk pergaulan dengan umat lain.

Sobat. Sebagai penutup dari artikel ini sekali lagi saya mengingatkan kembali bahwa Produktivitas spiritual adalah kaitan antara energi, fokus, dan waktu kita dengan spiritualitas. Untuk meningkatkan energi, fokus, dan waktu dari perspektif spiritual, kita harus hidup sesuai dengan nilai-nilai dan petunjuk yang diturunkan Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW. Kita harus selalui mencari keberkahan dalam kehidupan kita melalui berbagai sumber daya dan sarana. Kita harus sering memohon maaf dan menjauhi dosa untuk melindungi diri kita sendiri dari konsekuensi yang sangat berat di akherat nanti.[]

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gisi Spiritual, The Power of Spirituality, Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo, dan Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar