Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Lima Kegelapan dan Berserta Penerangnya


Topswara.com -- Sobat. Malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Janganlah kalian lalai. Sebab, waktu-waktu kalian akan hilang. Namun, mengapa kalian masih saja sibuk mengumpulkan sesuatu yang tidak akan kalian makan, mengangan-angan sesuatu yang tidak akan kalian capai, dan membangun sesuatu yang tidak akan kalian tempati? Semua itu hanya akan menghalangi kalian dari maqam Tuhan kalian.

Sobat. Tetaplah bersama Allah, dalam keadaan senang maupun duka, miskin maupun kaya, sulit maupun lapang, sakit maupun sehat, diterima maupun ditolak.

Sobat. Sesungguhnya, sebaik-baik pergaulan dengan sesama makhluk adalah pergaulan yang disertai dengan ketentuan dan keridhaan syariat. Adapun pergaulan yang disertai dengan mengoyak ketentuan dan keridhaan syariat adalah pergaulan yang tidak diperkenankan karena tidak membawa kemuliaan apa pun bagi mereka.

Sobat. Jangan pernah malas. Sebab sifat malas selamanya akan menjadi penghalang. Sedangkan penyesalan selalu muncul di belakang. Maka, baguskanlah amalan-amalanmu. Sebab, Allah telah menganugerahi dunia dan akhirat. 

Sobat. Abu Bakar ash-Shiddiq ra berkata : Kegelapan itu ada lima beserta lima penerangnya.

Pertama, cinta dunia adalah kegelapan, sedangkan penerangnya adalah taqwa. Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “Akan datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang lapar memperebutkan makanan dalam hidangan. Sahabat bertanya, “Apakah lantaran pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit ya Rasulullah?”.Dijawab oleh beliau, “Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu tertanam kelemahan jiwa”.Sahabat bertanya kembali, “Apa yang di maksud kelemahan jiwa, ya Rasulullah?”Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati!”. (HR. Abu Daud).

Rasulullah pernah bersabda, “Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan.” (HR. Al-Baihaqi) Imam al-Ghazali menjelaskan , sebagaimana dinyatakan bahwa cinta dunia merupakan pangkal segala segala kesalahan maka membenci dunia merupakan pangkal segala kebaikan.

Rasulullah Muhammad SAW juga bersabda, “Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena taqwa kepada Allah, melainkan Dia akan memberimu sesuatu yang jauh lebih baik dari apa yang engkau tinggalkan.”

Kedua, dosa adalah kegelapan, sedangkan penerangnya adalah tobat.
Allah SWT berfirman :
كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ  
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” 

Sobat. Dalam ayat ini, Allah membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah yang mengatakan bahwa Al-Qur'an itu dongengan orang dahulu. Sama sekali bukan demikian. Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Kebiasaan mereka berbuat dosa telah menyebabkan hati mereka jadi keras, gelap, dan tertutup laksana logam yang berkarat. 

Oleh karena itu, mereka tidak dapat membedakan antara dusta yang berat dengan kebenaran yang terang benderang. Hati yang demikian hanya bisa dibersihkan dengan tobat yang sempurna.

Ketiga, kuburan adalah kegelapan, sedangkan penerangnya adalah kalimat Laa ilaaha illallaah Muhammad Rasulullah. Baginda Rasulullah Muhammad SAW bersabda,” Sesungguhnya Allah mengharamkan masuk neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah secara tulus semata-mata karena Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain Rasulullah juga bersabda, “Siapa yang membaca kalimat Laa ilaaha illallaah dengan ikhlas maka maka dia akan masuk surga.” Para sahabat bertanya,” Wahai Rasulullah, apa wujud keikhlasannya?” Beliau menjawab Kalimat Laa ilaaha illallaah tersebut dapat mencegah kalian dari segala yang diharamkan Allah bagi kalian.” (HR. al-Khatib).

Keempat, akherat adalah kegelapan, sedangkan penerangnya adalah amal shalih. 
Allah SWT berfirman :
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ  

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl (16) : 97).

Sobat. Kemudian Allah SWT dalam ayat ini berjanji bahwa Allah SWT benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.

Rasulullah bersabda:
Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad).

Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. 

Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.

Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah SWT. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.

Kelima, shirat (jembatan di akhirat adalah kegelapan, sedangkan penerangnya adalah keyakinan kepada yang ghaib.
ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ 
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah (2) : 3)

Sobat. Pertama, beriman kepada yang gaib. Termasuk di dalamnya beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, menundukkan diri serta menyerahkannya sesuai dengan yang diharuskan oleh iman itu. Tanda keimanan seseorang ialah melaksanakan semua yang diperintahkan oleh imannya itu. 

Ghaib ialah sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh pancaindra. Pengetahuan tentang yang gaib itu semata-mata berdasar kepada petunjuk-petunjuk Allah swt. Karena kita telah beriman kepada Allah, maka kita beriman pula kepada firman-firman dan petunjuk-petunjuk-Nya. 

Termasuk yang gaib ialah: Allah, para malaikat, hari kiamat, surga, neraka, mahsyar dan sebagainya. Pangkal iman kepada yang gaib ialah iman kepada Allah swt. Iman kepada Allah adalah dasar dari pembentukan watak dan sifat-sifat seseorang manusia agar dia menjadi manusia yang sebenarnya, sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia.
 
"Sibgah Allah." Siapa yang lebih baik sibgah-nya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah. (al-Baqarah/2: 138)
Iman membentuk manusia menjadi makhluk individu dan makhluk yang menjadi anggota masyarakatnya, suka memberi, menolong, berkorban, berjihad dan sebagainya:
 
Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (al-hujurat/49: 15)

Dalam mencari arti iman hendaklah kita mengikuti petunjuk Rasul. Untuk itu kita perlu mempelajari sejarah hidup Nabi Muhammad saw, merenungkan ciptaan Allah, menggunakan akal pikiran dan mempelajari ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Iman dapat bertambah dan dapat pula berkurang. Iman akan rusak bila amal seseorang rusak dan akan bertambah bila nilai dan jumlah amal ditingkatkan pula.

Kedua, melaksanakan shalat, yaitu mengerjakan dan menunaikan salat dengan menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya, terus-menerus mengerjakannya setiap hari sesuai dengan yang diperintahkan Allah, baik lahir maupun batin. 

Yang dimaksud dengan "lahir" ialah mengerjakan salat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan sunah Rasul, dan yang dimaksud dengan "batin" ialah mengerjakan salat dengan hati yang khusyuk, dengan segala ketundukan dan kepatuhan kepada Allah, dan merasakan keagungan dan kekuasaan Allah yang menguasai dan menciptakan seluruh alam ini sebagai yang dikehendaki oleh agama.

Iqamah as-salah ialah mengerjakan salat dengan sempurna; sempurna segala rukun, syarat dan ketentuan yang lain yang ditentukan oleh agama. Arti asal dari perkataan salat ialah "doa", kemudian dipakai sebagai istilah ibadah yang dikenal di dalam agama Islam karena salat itu banyak mengandung doa.

Ketiga, menginfakkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan Allah. Rezeki ialah segala sesuatu yang dapat diambil manfaatnya. "Menginfakkan sebagian rezeki" ialah memberikan sebagian rezeki atau harta yang telah dianugerahkan Allah kepada orang-orang yang telah ditentukan oleh agama.

Pengertian menginfakkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penelitian ilmiah dan lain-lain. Juga berinfak untuk semua kepentingan umum dengan niat melaksanakan perintah Allah termasuk fi sabilillah. 

Harta yang akan diinfakkan itu ialah sebagiannya, tidak seluruh harta. Dalam ayat ini tidak dijelaskan berapa banyak yang dimaksud dengan sebagian itu, apakah seperdua, sepertiga, seperempat dan sebagainya. Dalam pada itu Allah melarang berlaku kikir dan melarang berlaku boros:
 
Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah), nanti kamu menjadi tercela dan menyesal. (al-Isra'/17: 29)

Allah melarang berlebih-lebihan atau kikir dalam membelanjakan harta:
 
Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) mereka yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, tetapi berada di antara keduanya secara wajar (al-Furqan/25: 67).

Pada firman Allah yang lain dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan sebagian harta itu ialah sebagaimana jawaban atas pertanyaan para sahabat:
 
".... mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, 'Kelebihan (dari apa yang diperlukan)." (al-Baqarah/2: 219).

Yang dimaksud dengan "kelebihan" ialah setelah mereka cukup makan dan memiliki pakaian yang dipakai. Jadi tidak harus kaya, tetapi selain yang mereka makan dan pakai pada hari itu, adalah termasuk lebih. Allah telah menjelaskan cara-cara membelanjakan harta itu dan cara-cara menggunakannya. Dijelaskan lagi oleh hadis Rasulullah SAW:
Dari Nabi SAW ia berkata, "Sebaik-baik sedekah adalah kelebihan dari kebutuhan pokok." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Sobat Imam Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Nashaihul ‘Ibad mengatakan bahwa ada tujuh amalan yang dapat menerangi alam kubur yaitu: Ibadah yang ikhlas, bakti kepada kedua orang tua, silaturahmi, tidak menyia-nyiakan umur untuk maksiat, tidak mengikuti hawa nafsu, bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah SWT, dan memperbanyak dzikir kepada-Nya.

Sobat. Zakat ilmu itu menyebarkannya dan menyeru makhluk kepada Allah yang Mahabenar. Ingatlah kematian dan apa yang ada di belakangnya. Ingatlah Allah, hisab-Nya dan penglihatan-Nya kepada kalian.


Oleh: Dr. Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power of Spirituality
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar