Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Konflik Menjelang Pemilu, Mengapa Terus Terjadi?


Topswara.com -- Saat ini kondisi masyarakat sedang berada pada suasana panas menjelang pemilu 2024. Sebagaimana diberitakan dimedia bahwa telah terjadi bentrok antar kelompok yang mengakibatkan kerusakan terhadap sepeda motor dan rumah warga. 

Tidak ada korban jiwa akan tetapi dalam aksi anarkis ini merugikan warga sekitar. pemerintah daerah harus menjamin keselamatan dan melindungi rakyatnya dan memfasiltasi dalam upaya penyelesaian apapun bentuknya sehingga tidak terjadi bentrok atau kesalahpahaman. (tirto.id–Hukum 30/10/2023)

Terjadi bentrok yang mengakibatkan 11 sepeda motor dan tiga rumah warga mengalami kerusakan akibat bentrok antarsimpatisan yang terjadi antar massa di daerah muntilan, magelang, jawa tengah. 

Bentrok terjadi diakibatkan gesekan antara simpatisan PDIP dengan GPK. Di lokasi, rombongan provokasi tersebut turun ke jalan dan mendatangi warga dengan melempari batu, kemudian melakukan pengrusakan. (Republika.c.id 30/10/2023)

Saling bentrok antar dua kubu pendukung salah satu pasangan calon bukan baru pertama kali ini terjadi. Hal ini dikarenakan keberpihakan rakyat kepada salah satu calon yang ada umumnya karena faktor emosional, simbol, dan figur tanpa pemahaman yang benar tentang arah dan tujuan partai. 

Jika hanya karena ikatan yang demikian maka sangat mudah terjadi gesekan antar individu/kelompok walau hanya perkara sepele. Sungguh miris, apalagi perselisihan yang sering terjadi justru di akar rumput, padahal para elit partai yang di usung justru bekerja sama demi tercapainya tujuan. 

Pemilu dinegeri ini sudah berulang kali diadakan. Masyarakat pun terus menerus mencoba memilih pujaan hatinya dengan harapan akan ada perbaikan dan kesejahteraan dalam kehidupan. 

Namun faktanya, hingga hari ini kesejahteraan hanyalah khayalan belaka jika kita masih didalam sistem demokrasi kapitalisme. Maka, berapa kalipun diadakan pemilu, perubahan kearah yang baik tidak akan terwujud di negeri ini selama kita hidup dalam naungan sistem demokrasi.

Islam, melalui penerapan syariat kaffah mempunyai medote tersendiri didalam memilih pemimpin. Islam juga mempunyai syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam memilih pemimpin. 

Pemilu di dalam Islam hanyalah sarana bukan metode. Sarana dalam memilih pemimpin yang akan menerapkan seluruh aturan islam secara kaffah. Yang harus kita lakukan saat ini adalah memahamkan umat agar mereka menyadari bahwa demokrasi kapitalisme ini tidak akan mewujudkan kesejahteraan pada kehidupan mereka, melainkan kesejahteraan hanya pada sekelompok orang saja. 

Selain itu, umat juga harus waspada akan adanya pihak-pihak yang hanya memanfaatkan suara rakyat dalam sistem demokrasi ini untuk kepentingan individu ataupun kelompok. 

Maka, umat harus menyadari betapa pentingnya pemahaman islam saat ini sebagai bekal bagi kita untuk melakukan perbuatan dan meraih tujuan dari perbuatan kita. Kita juga harus membentuk kesadaran umat tentang perubahan hakiki dan menjadikan akidah Islam sebagai asas dalam kehidupan dan membangun persatuan umat. 

Islam membolehkan adanya banyak partai sebagai sarana melakukan muhasabah kepada penguasa namun tetap terikat dengan aturan Allah SWT dan RasulNya dan saling menghormati dalam menjalankann amanahnya.

Berharap perubahan dalam sistem demokrasi ini adalah sesuatu yang mustahil. Hanya dengan penerapan Islam kaffah dalam naungan khilafah, kesejahteraan dapat dirasakan oleh umat karena hal ini telah terbukti penerapannya selama 13 abad.  

Wallahua’lam Bisshawab.


Oleh: Aulia Wafa 
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar