Topswara.com -- Dilansir dari
CNBC Indonesia,27 Oktober 2023.
Lembaga penyelidikan ekonomi dan masyarakat (LPEM) fakultas, dan bisnis Universitas Indonesia terbilang stagnan di kisaran 5 persen dalam 2 dekade terakhir, menyebabkan peluang indah bisa menjadi Negara Maju pada 2045 gagal.
Berdasarkan catatan badan pusat statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di level 4,9 persen pada 2003 meski sempat naik 6,9 persen pada 2007.
Pada 2013 kembali menyusut dan menjadi hanya tumbuh 5,78 persen hingga akhirnya pada 2014 tumbuhnya hanya 5,01 persen.
Selama masa pemerintahan presiden Joko widodo pertumbuhan ekonomi pun terus stagnan di kisaran 5 persen bahkan catatan pertumbuhan tertinggi,hanya terjadi di level 5,13 persen pada tahun 2022, pertumbuhan ekonomi hanya kuartal 2023 pun hanya sebesar 5,17 secara tahunan atau year on year ( YOY).
Chaikal Nurhakim Direktur LPEM FBE UI mengatakan,selain pertumbuhan ekonomi yang tak berkembang, perlu di catat bahwa pertumbuhan kredit pertahun tidak pernah nembus 15 persen dan hanya 9,9 persen satu dekade terakhir, hingga kontribusi industri terhadap PDB yang terus merosot hingga kini di level 18 persen dari kemiskinan ekstrim yang persisten di level 1,7 persen.
Seperti di simpulkan bahwa bisa jadi pembangunan ekonomi kita seperti membentur atap kaca it seemed that we hit a glass ceiling every where. Dari sistem keuangan, dari penduduk, yang miskin dari resiko pajak dan sebagainya.bKata chaikal saat meluncurkan whaite paper bertajuk dari LPM bagi Indonesia,agenda ekonomi dan masyarakat 2024-2029, Jakarta, Jum'at (27/20/2023).
Menurut dia ada sejumlah persoalan yang membuat kondisi ekonomi Indonesia seperti ini selama 20 tahun terakhir, misalnya Indonesia masih menjadi negara produsen bahan baku mentah dan sebagain besar sebagai konsumen barang dan jasa, bahkan sebagai sebuah bangsa, Indonesia di tegaskan nya menjadi konsumen tidak hanya barang dan jasa berteknologi tinggi, melainkan juga berteknologi rendah, ia juga mengakui perdagangan dunia yang bideal tidak memerlukan suatu negara seperti Indonesia, bisa memproduksi semua barang, masalnya Indonesia juga tidak secara signifikan terlibat dalam proses rantai nilai global bahkan digitalisasi ekonomi yang berkembang juga menempatkan Indonesia sebagai konsumen teknologi seperti plastik, sereal, produk fesyen, kita juga menjadi konsumen dari produk yang berteknologi rendah.
Dalam dunia digital, Indonesia terkenal sebagai salah satu negara pengguna media sosial terbesar dan sekali lagi untuk pengguna yang kurang produktif. Kenapa negeri ini tidak bisa menjadi peluang negara maju, karena adanya sistem kapitalisme yang di terapkan di negeri ini.
Kapitalis sistem yang mencengkram negeri ini dengan hegemoni nya dan negeri inipun menjadi negeri terjajah yang bergantung pada negeri lain, tidak mampu berdiri sendiri.
Bukti keterjajahannya negeri ini dapat di lihat dari sumber daya alam yang begitu kaya, namun rakyat tidak bisa menikmati hasilnya karena atas nama investasi kekayaan alam tersebut akhirnya di keruk dan di nikmati para kapital.
Wajar ketika perekonomian menjadi lemah dan wajar pula jika stanting sulit untuk di berantas karena kemiskinan,kelaparan di mana mana, korban PHK, tindakkan kriminalitas semakin bertambah karena tidak ada kesejahteraan di negeri ini.
Dari pemikiran mereka terjajah dan menjadi pribadi yang lemah dan berpikir rendah, gaya hidup foma, flexing dan malas dalam berliterasi, bahkan kerusuhan, pembunuhan, kenakalan remaja, perzinahan, prostitusi, bunuh diri menjadi fenomena di negeri ini.
Sungguh mengherankan jika ada narasi yang mengatakan bahwa keluarga menjadi pondasi negara maju, padahal fungsi sebuah keluarga adalah mencetak generasi untuk mengisi peradaban, dan persoalan negara maju seharusnya tanggungjawab negara bukan keluarga.
Namun hegemoni kapitalisme akan menjadikan negeri ini tidak memiliki tujuan bahkan abai pada kewajiban sebagai sebuah negara, sampai muncul narasi negara maju yang seharusnya menjadi kewajiban negara, malah dilimpahkan kepada keluarga.
Berbeda dengan sistem ekonomi Islam yang inheren dengan sistem pemerintahannya. Sistem ekonomi Islam akan mandiri, tidak tergantung dengan negara lain sebab ketergantungan akan mencabik kedaulatan bangsa. Alhasil, kemandirian bangsa diraih dengan mengelola SDA sendiri sehingga seluruh hasilnya diperuntukkan untuk menyelesaikan kebutuhan rakyat.
Islam menjadikan sebuah negara bervisi menjadi negara adidaya yang dengannya ia akan mampu mengatur dunia sesuai dengan syariat Islam. Pemasukan kas negara (baitulmal) yang begitu besar dari pengelolaan SDA meniscayakan hal demikian. Semua rakyat sejahtera di bawah pengurusan penguasa yang amanah. Persoalan kemiskinan, stunting, kelaparan, atau pengangguran pun akan mampu terselesaikan.
Dari sinilah akan lahir ketahanan keluarga yang baik. Keluarga yang sejahtera akan melahirkan anak yang sehat dan cemerlang. Ditambah ibu yang tidak disibukkan dengan pencarian nafkah, menjadikan pengasuhan optimal dilakukan. Lahirlah anak yang kuat mental dan siap mengarungi kehidupan dan bermanfaat bagi umat.
Penerapan Islam kaffah, termasuk sistem ekonominya, akan mengantarkan suatu negara menjadi negara maju yang rakyatnya hidup dalam kesejahteraan. Sebaliknya, kapitalisme justru menyengsarakan rakyat dan negara akan tetap berada dalam keterpurukan.
Wallahu alam bishawab.
Oleh: Daryati
Aktivis Muslimah
0 Komentar