Topswara.com -- Sejak tanggal 07 Oktober 2023 perang Israel dan kelompok militan Hamas terus meletus hingga memakan banyak korban secara per sistem sampai hari ke 37 perang. Korban terbanyak dari warga Palestina melampaui 11.200 di tanggal 12 November 2023.
Dari peperangan ini, berbagai negeri-negeri muslim khususnya Indonesia mengutuk keras Israel hingga MUI mengeluarkan fatwa memboikot produk-produk dari Israel maupun pro Israel. MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengeluarkan fatwa baru Nomor 83 tahun 2023 tentang hukum dukungan terhadap perjuangan Palestina, dimanah Asrorun Niam Sholeh (Ketua MUI Bidang Fatwa) mengatakan mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina hukumnya wajib, sebaliknya mendukung agresi Israel haram.
Karena itu, MUI merekomendasikan kepada masyarakat Muslim untuk menghindari semaksimal mungkin bermuamalah, seperti transaksi jual beli dengan pelaku usaha yang secara nyata memberi dukungan kepada agresi dan juga aktivitas Israel (voa, 10/11/2023).
Setelah keluarnya fatwa ini, banyak masyarakat tidak lagi menjual maupun membeli produk Israel dan pro Israel, masyarakat berbondong-bondong menyerukan pro Palestina dari memboikot sampai menggalang dana.
Melihat sikap masyarakat hari ini tampak bahwa mereka mulai peduli dengan saudaranya di Palestina, hati bergetar ketika membahas Palestina dan dimana-mana tempat semua membahas perang ini.
Tetapi, sikap ini tidak dapat menyelesaikan apa yang terjadi di tanah Palestina selama negara masih menggunakan nation state, bahwa setiap negara berdiri sendiri tanpa perlu membantu memerdekakan negara lain dari penjajah.
Sikap pemboikotan tidaklah cukup bila yang melakukannya hanyalah kelompok atau organisasi Islam sementara yang memiliki pengaruh besar di dunia adalah negara itu sendiri bahkan PBB sendiri tidak melakukan penghentian pembantaian yang terjadi di Palestina mereka hanya duduk, berdiri menyaksikan insiden tidak berperikemanusiaan ini sambil mencekam tanpa menindaklanjuti.
Memang banyak negeri-negeri Muslim mendukung perjuangan Palestina dengan cara mengirimkan kebutuhan-kebutuhan seperti obat-obatan, pakaian, makanan hal lainnya.
Namun yang dibutuhkan oleh warga Palestina bukanlah semisalnya karena, ibarat penculik memasuki rumah mengambil barang-barang sampai melukai tuan rumah lalu orang-orang simpati dan membawa obat-obatan tanpa mengusir si pencuri lalu pergi dari tempat otomatis si pencuri kembali melakukan aksinya.
Jadi, dari situ kita paham bahwa Palestina membutuhkan tentara-tentara Muslim agar terjun di peperangan ini untuk merebut hak-hak Palestina terhadap tanah yang telah direbut paksa oleh penjajah zionis. Palestina adalah tanah kaum muslimin hak yang harus diperjuangkan bersama, maka pemerintah harus bertindak mengerahkan bala tentaranya.
Sayangnya karena negeri-negeri Muslim berpegang pada nation state yang membuat negeri ini abai dengan urusan negeri lainnya mereka sibuk sendiri mengurusi dan mengadakan berbagai acara sementara saudara seakidah kita di bantai habis-habisan.
Padahal Rasulullah SAW. Pernah bersabda bahwa kaum muslimin itu ibarat satu tubuh, ketika anggota tubuh merasakan sakit maka yang lain ikut merasakan, maka pemilik tubuh akan berupaya menyembuhkan dengan cara yang ampuh.
Negeri-negeri Muslim harus berkiblat terhadap sikap para sahabat Rasulullah yang mengerahkan bala tentaranya untuk mengepung dan menyerang gerbang kota Yerusalem dan memberikan hak kaum muslimin di tanah tersebut, ini dilakukan oleh Umar bin Khattab ra.
Pada tahun 637 M, kemudian pada tahun 1187 M Shalahuddin al Ayyubi kembali membebaskan Palestina dari penjajah salib, dari pembebasan yang pernah dilakukan oleh Umar dan Salahuddin rahimahullah memberitahukan kepada kita betapa pentingnya tanah Syam bagi kaum muslimin untuk dibebaskan.
Bala tentara Muslim wajib bersatu sebab hanya dengan jalan itu hak warga Palestina kembali. Cara agar tentara-tentara muslim ini bersatu dan bergerak akan kita dapatkan di bawah naungan khilafah.
Karena khilafah sudah membuktikan dengan sejarahnya yang sangat lama menguasai dunia. Karena khilafah tidak bisa di ikat dan dikangkangi oleh orang-orang kafir karena memiliki institusi yang begitu kuat.
Solusi sebenarnya untuk kebebasan Palestina bukan lain hanya khilafah, kaum muslimin harus tahu pengharapan kepada PBB untuk membebaskan Palestina bukan pada tempatnya karena PBB merupakan ibu kandung yang melahirkan Zionis Israel pada tahun 1948. Olehnya itu, jalan satu-satunya kebebasan Palestina adalah jihad dan khilafah.
Wallahu a’lam bisshawab
Oleh: Sasmin
Pegiat Literasi
0 Komentar