Topswara.com -- Subhanallah, hati mereka begitu qanaah. Begitu sabar. Mereka tampak ridha dengan qadha dan qadar Allah. Mereka tidak pernah menyalahkan takdir yang menimpa mereka. Justru takdir telah membuat mereka kuat dan tangguh bagai batu karang.
Iya. Harus diakui, kemenangan Mujahidin tidak bisa dilepaskan dari kekuatan penduduk Gaza. Kesabaran dan sikap teguh mereka menghadapi berbagai gempuran dan genosida yang dilakukan Zionis Israel, Laknatullah alaihi.
Ketangguhan wanita Gaza yang luar biasa ini menyadarkan kita, bahkan membuka mata dunia, sehingga mereka berbondong-bondong ingin menggali rahasia di balik semuanya ini, Islam.
Di hari Guru, kita mengingat jasa Imam Syafii, pendiri Mazhab Syafii, keturunan Quraisy. Tak akan ada Imam Syafii, kalau bukan karena keteguhan dan kehebatan ibunya. Imam Syafii, yang lahir di Gaza, Palestina, dibawa ibunya ke Makkah. Ibunya janda, setelah suaminya wafat, saat usia Imam Syafii masih belia.
Ibunda Imam Syafii miskin, tidak memiliki apa-apa. Tetapi, tekad bajanya, keteguhan dan kesabarannyalah yang telah membawa takdir Imam Syafii menjadi Imam besar. Bahkan, saat berguru kepada Imam Malik, untuk membeli buku dan pena pun tak ada. Sampai terpaksa menulis dengan jarinya, dijilati kemudian telapak tangan kirinya dijadikan seolah selembar kertas. Begitu terus hingga mengundang perhatian Imam Malik.
Ketika kita melihat keteguhan dan kegigihan wanita Gaza hari ini, bayangan kita tertuju kepada ibunda Imam Syafii. Akhirnya kita paham, "Wajar jika Imam Syafii hebat, ternyata ibunda beliau adalah wanita Gaza, yang luar biasa."
Maka, akidah dan mentalitas orang tua sangat menentukan pembentukan karakter anak-anaknya. Inilah pelajaran berharga dari ibu-ibu tangguh di Gaza.
Semoga ibu-ibu di Indonesia bisa meneladani mereka.
Oleh: K.H. Hafidz Abdurrahman MA
Khadim Ma'had Syaraful Haramain
0 Komentar