Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hari Guru, Tak Sekadar Seremonial


Topswara.com -- Hari Guru menjadi momen yang setiap tahun diperingati. Semakin ke sini peringatannya tidak sekadar upacara yang dilakukan oleh para guru, namun banyak ucapan berseliweran di halaman akun media sosial. 

Bahkan momen ini dipakai oleh sebagian siswa-siswi untuk memberikan ucapan beserta hadiah sebagai bentuk penghormatan kepada guru mereka. Cukupkah penghormatan kepada guru hanya dilakukan di satu hari itu saja? Dan apakah peringatan Hari Guru sebatas seremonial semata? 

Guru Profesi Mulia

Guru adalah profesi mulia yang tidak semua tertarik untuk melakoninya. Jika menoleh berpuluh tahun belakang, profesi ini minim peminat. Bahkan ada ungkapan kalau mau kaya jangan jadi guru. Karena profesinya adalah pengabdian. Mengabdi kepada negara untuk mencerdaskan generasi bangsa. Maka ia disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. 

Itulah mengapa dalam Islam kedudukan guru sangat mulia. Islam telah menerangkan dalam Al-Qur'an surat Al-Mujadilah ayat 11, Allah SWT berfirman:

يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Mujadilah: 11).

Sementara itu, dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:

( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وعَلَّمَهُ ( البخاري

"Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari).

Melalui firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW tersebut telah ditunjukkan betapa tingginya kedudukan dan profesi guru dalam Islam karena memiliki ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan disebarkan ke orang lain.

Bahkan dalam ajaran Islam, ilmu yang bermanfaat termasuk amalan yang tidak terputus pahalanya, sebagaimana dalam hadits dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

"Jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Seorang guru tentu akan mendapatkan pahala yang terus mengalir selagi ilmu tersebut masih digunakan oleh para murid-muridnya. Ilmu pengetahuan juga akan mengantarkan manusia untuk senantiasa berpikir dan menganalisa hakikat dari segala fenomena yang terjadi di alam sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah SWT.

Namun sayang di balik perjuangannya untuk membuka cakrawala anak didiknya, tak jarang guru harus bersusah payah bertahan hidup. Apalagi bagi mereka yang harus mengabdi di daerah terpencil. Perjuangan mereka harus dibayar mahal dengan waktu dan tenaga. 

Tak Sekadar Seremonial

Guru memiliki peran penting dalam kehidupan setiap manusia. Dari guru, seseorang dapat menemukan cita-cita, minat, dan bakat. Sebagai bentuk apresiasi kepada setiap guru yang ada di seluruh Indonesia, ditetapkanlah satu hari khusus yang didedikasikan untuk guru.

Di Indonesia, Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November. Peringatan hari besar ini ditetapkan oleh Presiden Soeharto yang dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994. Namun mungkin tak banyak orang mengetahui bagaimana sejarah atau asal-usul Hari Guru Nasional 25 November.

Hari Guru di Indonesia juga sekaligus sebagai bentuk perayaan untuk organisasi yang menghimpun guru se-Indonesia, yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Organisasi ini resmi berdiri pada 25 November 1945 sebagai hasil keputusan dalam Kongres Guru Indonesia yang dilaksanakan pada 24 s.d. 25 November 1945.

Sesungguhnya tidak hanya peringatan atau ucapan yang para guru butuhkan, namun sesuatu yang bisa menjamin kesejahteraan mereka. Karena bagaimana mungkin mereka bisa menunaikan tugas dengan optimal apabila dalam masalah kesejahteraan belum merata mereka terima. 

Bukan hanya itu saja, beban guru dalam hal administrasi sedikit banyak menguras energi mereka. Belum lagi tuntutan kurikulum hari ini yang membuat guru harus kreatif dalam proses belajar mengajarnya. Sudahlah dituntut kreatif, guru pun harus menanamkan pendidikan karakter pada anak didiknya.
Entah dengan pendidikan agama, atau penanaman nilai-nilai moral pada mereka.

Namun sayang, penerimaan anak didik dan wali murid tak selalu positif. Tak sedikit kasus hukum menjerat para guru yang bermula dari pelaporan wali murid kepada pihak berwajib, lantaran tak terima anaknya diperlakukan keras oleh gurunya. Bahkan seorang murid pun berani menganiaya gurunya. Na'udzubillah min dzalik. Ini sesungguhnya menjadi catatan bagi negeri ini.

Islam Menjamin Kemuliaan para Guru

Karena mulia kedudukan para guru di mata Islam, tidak heran apabila Islam pun menjamin kedudukan mereka para guru. Sejarah telah mencatat betapa sejahteranya kehidupan guru pada masa kepemimpinan Umar Bin Khatab r.a. 

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah, dari Sadaqoh ad-Dimasyqi, dari al-Wadl-iah bin Atha; bahwasanya ada tiga orang guru di Madinah yang mengajar anak-anak, dan Khalifah Umar bin Khaththab memberi gaji lima belas dinar (1 dinar = 4,25 gram emas; 15 dinar = 63.75 gram emas; bila saat ini harga 1 gram emas Rp800rb saja, berarti gaji guru pada saat itu setiap bulannya sebesar Rp51.000.000).

Masya Allah, pemberian gaji ini tidak memandang apakah status pegawai negeri atau bukan, semua yang berprofesi guru akan diberikan hak yang sama. Dalam Islam para guru akan terjamin kesejahteraannya. Ini tentu menjadikan guru bisa memberi perhatian penuh dalam mendidik anak muridnya tanpa dipusingkan lagi untuk mencari tambahan pendapatan, seperti banyak dialami guru honorer hari ini.

Islam pun mengedukasi kepada para anak didik agar memuliakan guru, karena hal ini dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadis berikut: "Muliakanlah orang-orang yang memberikan pelajaran kepadamu.” (HR. Abu Hasan Mawardi). 

Maka wahai para generasi muda hari ini, muliakanlah guru-guru mu, jagalah adab saat menuntut ilmu bersama mereka, niscaya ilmu yang kau dapatkan akan mendatangkan keberkahan.


Oleh: Sari Diah Hastuti
(Aktivis Muslimah Jogja)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar