Topswara.com -- Reporter khusus PBB untuk Palestina, Francesa Albanese mengatakan bahwa Solusi two-state tidak akan pernah bisa terwujud jika Israel terus menyerang demi membangun kolonialisme di Palestina.
“Saya tahu bahwa ada konsesi internasional untuk melakukan solusi two states. Tetapi, solusi two-state menurut saya tidak bisa terjadi pada saat Israel masih terus ingin melanjutkan koloialisme di West Bank, dan Jerusalem,” ujarnya dalam wawancara di kanal YouTube Sky News Australia, Rabu (15/11/2023).
Apalagi katanya, Israel senantiasa meletakkan militernya di sekeliling wilayah pendudukan, yaitu otoriritas Palestina. Bahkan, negara Zinost tersebut kerap melakukan penangkapan warga sipil mengangkutnya ke dalam kenderaan-kenderaan militer. Dan seolah-olah kata Francesca, Negara Zionis diizinkan untuk melakukan penjajahan.
Menurutnya, perstiwa yang terjadi tahun 2005 di Gaza adalah bentuk nyata kehadiran kolonialisme. Warga Gaza sangat mengingat bentuk pendudukan Zionis bukan hanya karena kontrol terhadap tanah air mereka, tetapi juga kontrol terhadap ruang elektromagnetik. Bahkan juga terjadi kontrol yang sagnat ketat baik di dalam maupun di luar Gaza.
Kata Francesca, jika Israel benar seharusnya menempatkan diri mencegah terjadinya penyerangan yang membunuh banyak warga di Gaza. Sehingga sampai saat ini, dunia tetap melihat dan yakin bahwa Gaza masih dijajah dengan cara perang modern.
Para Anggota Parlemen Israel Berencana Untuk Meratakan dan Menghapus Gaza
Dalam wawancara tersebut, Francesca menegungkap bahwa Zionis Israel berencana untuk meratakan dan menghancurkan Gaza.
“Salah satu pimpinan militer zionis Israel mengatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk menghancurkan. Dengar, bahkan para anggota parlemen telah merencanakan untuk meratakan dan menghapus Gaza,” katanya.
Dan pernyataan demikian yang dikeluarkan Zionist tidak terungkap ke publik. Tetapi malah sebaliknya, para pimpinan maupun pendukung Zionis Israel dengan kelompok siginifikan pada masyarakat, hanya mengatakan untuk untuk menyerang kekuatan militer HAMAS semata, bukan untuk meratakan, menghapuskan, atau memusnahkan Gaza.
Sehingga kata reporter PBB itu, perang di Palestina bukanlah soal militer HAMAS. Melainkan perang terencana dan juga hasutan. Sebab telah nyata adanya bukti-bukti lapangan yang terjadi bersamaan.
Hampir 50 persen infrastruktur warga sipil dan lainnya telah dihancurkan. Dan beberapa material lainnya rusak dan tidak digunakan lagi untuk memperbaiki kehidupan warga sipil. Sebanyak 11.200 orang telah menjadi korban. Padahal, warga sipil ini adalah orang-orang yang layak hidup. Dan kata Francesca, situasi di Palestian adalah persoalan yang besar, yaitu genosida.
Ia menjelaskan dalam hukum internasional, genosida didefenisikan sebagai tindakan menghancurkan sebuah komunitas, negara, ras, etnis, agama, organisasi, dan semua hal dari dapat dilakukan saat melakukan aksi pembunuhan manusia dalam komunitas tertentu.
Atau menciptakan kondisi kehidupan yang tidak memumgkinkan untuk kelompok tertentu merasa terancam hidupnya. Bisa dengan menciptakann kekerasan mental dan fisik secara siginifikan, seperti yang menimpa wilayah jalur Gaza.
“Menurtut data, sekitar 11.000 jiwa telah terbunuh dan hampir 5000 dari mereka adalah anak-anak. Serta sekitar 3000 orang di bawah puing-puing seperti yang kita bincangkan dan situasi hidup di Gaza tidak mampu melakukan perlawanan,” jelasnya.
Oleh karena itu, Hamas tidak salah dalam pandangan kejahatan perang menurut Francesca. Situasi perang di Palestina sangat penting dilihat dari ketelitian dan pastinya juga berat. Bahkan katanya, sudah memperingatkan PBB bahwa resiko genosida terjadi di Gaza, karena kewajiban komunitas internasional salah satunya adalah wajib mencegah genosida.
Berulang ia tegaskan, bahwa kondisi hari ini di Palestina khususnya jalur Gaza bukan persoalan HAMAS. Karena kejadian perang saat ini, hanya mengulang lima kejadian perang sebelumnya
“HAMAS hanya merespon yang dilakukan Zionis. Jadi sangat berbahaya apa yang anda sebutkan tadi. Dengar, warga Gaza telah menderita dengan lima perang sebelum kejadian ini, di mana telah terbunuh ribuan manusia termasuk 1025 anak-anak. Bukankah ini disebut perang ? Atau anda membenarkan itu?” tanya Francesca kepada reporter Sky News tersebut.
Sesuatu yang seharusnya tidak terjadi di Palestina sebut Francesca adalah pemblokadean selama 16 tahun oleh Zionis Israel, yang mendorong HAMAS untuk mengontrol seluruh Gaza. Situasi di sana sudah tidak normal sebelum 8 Oktober. Dan komunitas hak asasi manusia meminta Zionis Israel untuk mengakhiri pemblokadean selama 16 tahun itu. [] M. Siregar
0 Komentar