Topswara.com -- Cina telah meluncurkan Insiatif Belt and Road (BRI) pada 2013 yang lalu, dan kini sudah memasuki usia10 tahun. BRI sendiri merupakan proyek pembangunan infrastruktur terbesar dan paling ambisius sepanjang sejarah umat manusia.
Konsep Belt and Road Initiative (BRI) dari Cina diluncurkan oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping pada tahun 2013 yang bertujuan untuk menghubungkan negara-negara besar Eurasia melalui infrastruktur, perdagangan dan investasi.
Tidak makan waktu lama, Presiden Cina Xi Jinping mengumumkan negaranya akan menyuntikkan dana lebih dari US$100 miliar atau sekitar Rp1.576,99 triliun (asumsi kurs Rp15.769 per dolar AS) ke program Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/ BRI). Negara-negara yang terlibat dalam BRI dapat mencairkan dana tersebut melalui pinjaman dari Cina Development Bank dan Bank Ekspor-Impor. (Jakarta,CNNIndonesia/19/10/2023).
Xi Jinping mengumumkan, pada Rabu (18/10), suntikan akan diberikan oleh pemberi pinjaman utama Belt and Road, China Development Bank dan Bank Ekspor-Impor. Tidak hanya itu, kedua lembaga juga masih akan menyiapkan sejumlah peluang pembiayaan lain.
Indonesia sendiri termasuk dalam negara yang ikut serta dalam pembangunan infrastruktur BRI, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, mengatakan Indonesia terbuka bagi kerja sama dengan pihak luar, termasuk dalam konteks Inisiatif Belt and Road.
Hal ini juga dibuktikan dengan kunjungan Jokowi pada Senin 16 Oktober yang lalu di Beijing guna menghadiri serangkaian agenda penting seperti Indonesia Cina Business Forum. Dalam pertemuan itu Presiden Jokowi membicarakan soal investasi Cina di Indonesia dan meyakinkan para investor untuk menanamkan modalnya pada sejumlah proyek pemerintah.
Dalam pertemuan ini, telah disepakati 11 penandatanganan dokumen yang artinya Cina siap menjadi investor mendukung suksesnya proyek BRI di Indonesia.
Sudah menjadi rahasia umum hubungan antara Indonesia dan Cina cukup mesra, baik proyek pembangunan infrastruktur, perdagangan dan sektor politik. Bisa dirasakan banyaknya produk-produk Cina membanjiri pasar lokal Indonesia, harga yang murah dengan kualitas impor tentu menjadikan produk dari Cina menjadi serbuan masyarakat.
Begitu juga dalam sektor politik, kerjasama Indonesia dan Cina melahirkan kedaulatan yang lemah bagi Indonesia. Saat kapal-kapal Cina masuk ke laut Cina Selatan dan mengeruk kekayaan laut Indonesia, pemerintah tak berdaya.
Tidak bisa bertindak tegas terhadap Cina karena takut kehilangan investasi yang besar dari Cina. Jelaslah, mesranya hubungan Indonesia dan Cina telah melahirkan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia.
Seharusnya Indonesia belajar dari kesalahan negara yang bangkrut akibat bekerjasama dengan negara penjajah. Lihat saja negara Srilangka yang bangkrut dan harus rela melepas pelabuhan ke Cina. Hal ini bisa saja terjadi kepada Indonesia, mengingat utang Indonesia yang sudah melampaui batas.
Mengikat kerjasama atas nama investasi kepada negara kafir hanya akan menggiring Indonesia kepada kehancuran, terlebih kepada Cina yang merupakan negara kafir harbi yang seharusnya diperangi, bukan untuk ditemani.
Jadi, sangat disayangkan negara yang bermayoritaskan muslim, ternyata belum memahami konsep Islam secara kaffah.
Padahal negara ini kaya akan sumber daya alam, namun, akibat salah kelola menjadikan negara ini tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja mesti tergantung kepada negara kafir. Investasi dijadikan alasan untuk menguasai kekayaan alam serta menggeser keberadaan warga pribumi demi menyediakan tempat bagi para investor.
Rakyat tidak butuh investasi, melainkan butuh riayah negara terhadap hak rakyat. Kapitalisme tidak memiliki konsep pemenuhan kebutuhan rakyat. Indikator nya hanya bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang dihitung secara general.
Berbeda halnya dengan sistem Islam yang tunduk berdasarkan Wahyu Allah SWT. Negara berkewajiban memberikan pelayanan yang terbaik bagi rakyatnya. Seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban setiap apa yang dilakukan, ketakwaan individu yang tertanam dalam jiwa para pemimpin yang amanah.
Bukan pemimpin yang memihak kepada para investor. Narasi investasi untuk kesejahteraan rakyat atau semacamnya hanyalah tipu daya kapitalisme untuk memalingkan umat dari solusi Islam.
Oleh karenanya, tipu daya itu harus disadari dan dilawan dengan konsep Islam. Allah SWT telah berjanji tipu daya itu hanya bisa dikalahkan dengan tuntutan Wahyu Allah SWT.
"Dan mereka (orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya" (QS Ali - Imran: 54).
Wallahu a'lam bishawwab.
Oleh : Wakini
Aktivis Muslimah
0 Komentar