Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Begini Cara Memahamkan Anak agar Tidak Terjebak pada Over Protektif

Topswara.com -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Dedeh Wahidah Achmad membeberkan beberapa cara memahamkan kepada anak-anak supaya tidak terjebak atau terjerumus kepada over protektif.

"Ada beberapa cara memahamkan kepada anak-anak supaya tidak terjebak atau terjerumus kepada over proyektif," ujarnya dalam Kajian _Tsaqafah Islam: Agar Anak Tidak Rapuh,_ di YouTube _Muslimah Media Center (MMC),_ Kamis (09/11/2023). 

Pertama, penanaman aqidah, yaitu dengan menanamkan keimanan. Di dalam Islam pemberian aturan itu harus diawali dengan proses pemahaman tentang aqidah. Orangtua bukan hanya memberitahu harus ini, tidak boleh itu, tetapi anak-anak harus dipahamkan kenapa harus begitu. Kenapa harus salat, menutup aurat, kenapa tidak boleh ikhtilaf dan lain sebagainya. 

"Harus diawali dengan pemahaman bahwa kita ini hidup sementara di dunia dan kita akan kembali kepada Allah. Dan ketika kembali kepada Allah kita akan mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan di dunia ini. Kalau kita bohong,  maka kita akan berhadapan dengan pengadilan Allah. Kalau kita melakukan kebaikan-kebaikan termasuk tadi menutup aurat, shalat dan lain sebagainya. Allah
maha melihat Allah, maha mendengar maka apa yang kita lakukan itu akan mendapatkan balasan nanti di akhirat," jelasnya. 

Kedua, komunikasi yang harmonis yang penuh dengan bahasa cinta. Ketika menanamkan sesuatu jangan melakukan pemaksaan. Nah, berarti di sini kita berbicara tentang metode pengajaran. Dan ini terkait erat dengan gaya komunikasi yang harus dibangun antara orang tua dengan anak-anak supaya tidak over protektif gunakan komunikasi yang harmonis dan penuh dengan bahasa cinta. 

"Jadi bukan komunikasi yang penuh ancaman, yang penuh investigasi. Komunikasi yang penuh kehangatan itu yang harus kita bangun. Sehingga ketika kita menanamkan aturan-aturan atau keimanan, anak dalam kondisi siap untuk mendengarkan tanpa ada tekanan, tanpa ada beban dan ini akan merangsang anak untuk memahami dengan benar," ujarnya. 

Pemahaman itulah yang akan menjadi basis dan menjadi dasar dia untuk melakukan, untuk memilih sesuai dengan apa yang dipahaminya bukan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang tuanya. Jadi yang memutuskan adalah anak berdasarkan pemahaman yang sudah diberikan oleh kita sebagai orang tuanya. 

"Ketiga, pahamkan tentang konsep hidup dan aturan dalam Islam. Konten apa yang harus kita ajarkan kepada anak-anak kita, selain dari kesadaran tentang hidup. Kemudian selain dari aturan-aturan yang harus kita ajarkan kepada mereka adalah tentang paradigma bahwa hidup itu adalah proses," terangnya. 

Ia mengatakan, ketika paradigma hidupnya salah memahami bahwa hidup itu sesuatu yang final hidup itu sesuatu yang harus didapatkan secara instan dan sempurna maka anak akan merasa gagal ketika menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya dia akan membandingkan. Kenapa orang lain bisa, saya tidak bisa. Sehingga dia mungkin akan terjebak kepada depresi.

"Nah, kita tanamkan pada anak kita bahwa yang namanya hidup adalah proses. Kewajiban kita meniti langkah demi langkah proses kehidupan itu sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Kemudian kita katakan kepada mereka bahwa yang namanya kesalahan itu bisa diperbaiki, selama kita masih punya nyawa, selama kita masih ada kehidupan. Justru ketika kita memilih bunuh diri mengakhiri kehidupan ini berarti kita sudah memutus perbaikan," tuturnya. 

Menurutnya, selama kita masih hidup apapun masalahnya, sebesar apapun kesulitan selama nyawa masih ada dibadan maka langkah untuk melakukan perbaikan kesempatan untuk meraih kesuksesan sangat terbuka. Kemudian bahwa  kegagalan itu biasa. Tidak ada manusia dalam hidup ini yang tidak pernah gagal. Tidak ada manusia yang tidak pernah mendapatkan kesulitan. 

"Kegagalan, kesulitan dan kecewaan itu bagian dari romantika kehidupan. Dengan kegagalan itu, dengan kesulitan itu, kita akan menjadi kuat. Yang penting bagaimana kita mengambil pelajaran dari kesulitan itu dan kita segera bangkit, segera memperbaiki diri. Nah, kalau kita mampu menanamkan hal-hal tersebut kepada anak kita, Insyaallah akhirnya maka yang akan tertanam pada anak kita mereka mampu memilih," ujarnya. 

Ia melanjutkan, karena dengan pemahaman, yakin bahwa pilihannya itu benar dan mereka mampu untuk menolak sesuatu karena itu dianggap salah oleh dia berdasarkan pemahaman dia. Kemudian pilihannya itu bukan karena takut kepada orang tua, tetapi yang dia takuti itu adalah Allah SWT. dan dia juga melakukan sesuatu itu bukan semata karena ingin membahagiakan orang tua tetapi karena ingin mendapatkan Rida Allah.

"Dan yang paling penting, kesadaran ini akan membangun rasa percaya diri dan keyakinan yang kuat bahwa apa yang dilakukannya itu tidak sia-sia, karena dia yakin Allah Maha melihat, Allah Maha mendengar, Allah mengetahui apa yang dilakukan oleh dia sekalipun mungkin orangtuanya tidak tahu, tidak menyaksikan tapi dia akan menyadari bahwa pengawasan Allah itu ada," imbuhnya. 

Dengan demikian, harapannya pendidikan pengasuhan yang orangtua lakukan akan melahirkan anak-anak yang kuat, anak-anak yang memahami bahwa apa yang dilakukan oleh orangtuanya itu karena kasih sayang orangtuanya bukan karena kekangan, bukan karena kebencian dan anak akan melakukan hubungan harmonis dengan orangtuanya. Amar Makruf Nahi Munkar dengan orangtuanya dan bersama-sama berproses dalam hidup ini bersama orangtuanya untuk meraih rida Allah bersama-sama masuk surga. 

"Semoga Allah SWT memudahkan kita untuk mendidik dan mengasuh anak-anak kita menjadi generasi yang kuat dan terhindar dari gaya pendidikan over protect dengan penerapan syariat Islam secara kaffah," pungkasnya. []Rina.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar