TopSwara.com – Mendidik anak menjadi anak saleh dan salihah itu dilakukan sejak dini. Bahkan sejak belum menikah. Kok bisa?
Kalau tidak percaya, coba baca buku pendidikan anak yang paling lengkap, hampir pasti dimulai dari fase sebelum menikah. Fase memilih pasangan yang tepat, saleh salihah untuk melahirkan anak-anak yang juga saleh dan salihah.
Bahkan ada ungkapan yang selalu saya sampaikan, "Tafaqqahu qabla an tazawwaju." (Kamu harus menjadi ahli fikih sebelum menikah). Mengapa? Karena menikah itu ibadah yang paling panjang dan lama. Maka, memilih pasangan yang tepat untuk mencetak generasi yang saleh dan salihah adalah bagian dari ikhtiar dini untuk mendidik anak menjadi generasi rabbani
Bayangkan, kalau ibu dan bapaknya kepribadiannya rusak, moralnya amburadul, akan jadi apa anak yang lahir dari keluarga begini? Maka, Islam perintahkan memilih pasangan yang tepat sebelum bicara tentang pendidikan anak.
Dari bapak dan ibu yang saleh dan faqih, lahir anak-anak yang saleh dan faqih. Sejak belum lahir sudah diperdengarkan tartil Al-Qur'an. Ketika lahir, telinga kanan diazankan, telinga kiri diiqamatkan. Kemudian ditahniq oleh orang alim yang saleh, agar kesalehan dan kealimannya menular. Usia 7 hari diaqiqahi, diberi nama yang baik, dikhitan dan diasuh dengan baik
Usia 0-6 tahun adalah Golden Age (usia emas). Di usia ini, mereka mulai diajari dan dididik agar belajar dan menghapal Al-Qur'an. Mereka juga diajari bahasa ibu dan bahasa Arab, dengan makhraj dan lahjah yang benar. Hasilnya, sebelum usia 7 tahun sudah hapal Al-Qur'an dan menguasai bahasanya.
Saat usia 7 tahun, Nabi perintahkan untuk diajari shalat. Sebenarnya bukan hanya perintah shalat, tapi semua perintah untuk terikat dengan hukum Islam, seperti menutup aurat, dan kewajiban serta larangan yang lain. Jika melanggar, belum boleh dipukul, tetapi boleh ditakut-takuti, agar tidak melakukan pelanggaran.
Di usia 10 tahun, jika melanggar, mereka baru boleh dipukul. Artinya, meski belum baligh, keterikatan pada hukum ditanamkan dengan kuat pada anak. Inilah yang menjadikan mereka disiplin dalam ketaatan.
Semua dimulai dari rumah, dari kedua orang tua yang saleh. []
Oleh: K.H. Hafid Abdurrahman
Khadim Ma'had Syaraful Haramain
0 Komentar