Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Wasiat untuk Para Guru Umat (Bagian 2)


Topswara.com -- Para guru umat bekerja untuk Allah. Guru umat bukan pekerjaan. Bukan pula profesi. Bukan pula hobi. Apalagi sambilan. Namun guru umat adalah tugas dari Allah. Guru umat merupakan identitas asli. 

Sebab hidup setiap Muslim adalah hidup hanya untuk dan karena Islam. Terlebih lagi guru umat. Oleh karena itulah maka ketakwaan merupakan perkara paling mendasar yang harus melekat pada diri guru umat.

Bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan muraqabah kepada -Nya dalam kondisi rahasia dan terang-terangan. Takwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah wasiat -Nya bagi orang-orang terdahulu dan yang akan datang. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ [النساء: 131 ]

“Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. [An-Nisa’: 131].

Dan Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam, selalu berwasiat kepada para shahabatnya agar mereka selalu bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, disebutkan di dalam hadits riwayat Irbadh bin Sariyah bahwa Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam, bersabda.

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ, وَالسَّمْعِ وَالطَّاعةِ,

“Aku berwasiat kepada kalian agar bertqwa kepada Allah dan mendengar serta taat”.[4]

Thalaq bin Hubaib berkata, “Takwa kepada Allah adalah engkau beramal dengan suatu amalan ketaatan dengan cahaya dari Allah, mengharap pahala dari Allah, dan meninggalkan bermaksiat kepada Allah di atas cahaya dari Allah dan takut akan siksa Allah”.

Waspada terhadap kemaksiatan baik yang besar atau yang kecil. Allah subhanahu wa ta’ala telah menjanjikan untuk menghapus dosa-dosa yang kecil jika seseorang menjauhi dosa-dosa besar dan memasukkannya dalam golongan orang yang mulia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا [النساء: 31 ]

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). [An-Nisa’/4: 31]

Maksudnya adalah banyak kebaikan dan keberkahan, dan waspada terhadap dosa-dosa yang kecil. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Anas radhiyallahu’anhu berkata, “Sesungguhnya kalian mengerjakan suatu amalan yang kalian anggap lebih kecil dalam pandangan mata kalian dari sehelai rambut namun kami menganggapnya sebagai pembinasa pada masa Rasulullah salallahu ‘alaihi wa salam,”.[5]

Abu Abdullah mengatakan: Maksudnya amal tersebut bisa membinasakan.

Al-Auza’i berkata: Jangan engkau melihat kepada kecilnya kemaksiatan akan tetapi lihatlah kepada keagungan Zat yang engkau bermaksiat kepada -Nya”.

Mestinya guru umat tidak hanya menjauhi perkara yang haram. Namun juga menjauhi perkara yang makruh bahkan mubah sekalipun. Jika perkara mubah itu tidak bermanfaat. Apalagi perkara mubah yang bisa saja menyeret pelakunya kepada perkara yang haram.

Apalagi saat beraktifitas di sosmed. Yang diakses oleh jutaan orang secara bebas, maka meskipun postingan yang mubah dari guru umat bisa saja menginspirasi para netizen untuk melakukan perkara yang haram.

Selamat berjuang guru umat. Semoga Istiqamah. Wallahu a'lam.[]


Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar