Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Wahai Pemimpin Negeri Muslim, Kursimu Akan Diguncang


Topswara.com -- Wahai pemimpin negeri-negeri Islam kursi kedudukanmu pasti akan diguncang! Cepat atau lambat, dengan tangan-tangan rakyatmu atau dengan ajal kematianmu. 

Sungguh pertanggung jawabanmu amat berat di hadapan Allah SWT kelak. Sebagaimana para pendahulu kalian yang diam bagaikan setan bisu melihat derita umatnya.

Kehidupan ini pada dasarnya berputar dari satu masa ke masa berikutnya. Jikalau kita pahami sejarah, tentu kita bisa merasakan kehidupan saat ini pernah dirasakan pula oleh nenek moyang kita terdahulu.

Kesempitan hidup yang dirasakan oleh kaum Muslim hari ini tidak hanya dirasakan oleh kaum Muslim di Palestina yang terus menerus dibombardir setiap waktu, kehidupan jadi tak menentu. Sanak keluarga hilang sewaktu-waktu. 

Kehidupan berjalan di pengungsian sampai kapan berlalu. Pun juga kaum Muslim Rohingnya yang terlunta-lunta oleh kebiadaban penguasanya seolah sepi dari nyanyian berita yang tayang setiap hari. Kondisi ibadah Muslim Uyghur dalam tekanan tak lagi berbunyi nyaring. 

Kita sendiri umat Islam di Indonesia menghadapi masalah perpecahan hanya karena masalah remeh temeh berbuah murka Allah yaitu kontestasi demokrasi untuk diterapkannya hukum selain Islam. 

Padahal Allah telah menegaskan bahwa tidak ada hukum yang lebih baik selain hukum Allah yaitu hukum Islam bagi orang-orang yang meyakini agamanya (Islam). 

Lalu, mengapa banyak orang beriman di negeri ini yang ridha diterapkannya hukum selain Islam dengan jalan demokrasi? Mengapa mereka tidak mencari jalan Nabi SAW dalam memimpin umat ini?

Banyak hujah mereka saat ini, rata-rata menjawab bahwa Islam dan cara Nabi memimpin negeri sudah tak layak lagi!

Padahal jelas tertulis dalam buku The 100 A Ranking of The Most Influential Person in History karya Michael H. Hart bahwa keberpengaruhan dan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW tak tertandingi dalam sejarah peradaban manusia.

Sebaliknya para pemimpin negeri-negeri Islam hari ini yang enggan mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW justru tidak bisa membawa peradaban manusia secara umum dan umat Islam secara khusus mendunia atau menjadi negara adidaya.

Semua negeri-negeri Islam hari ini hanya menjadi negara berkembang yang merusak negerinya sendiri menggunakan kesepakatan-kesepakatan jahat dengan negara-negara kafir Barat. Dengan ideologi kapitalisme yang dijejalkan secara paksa melalui peraturan negara ke masyarakat Muslim.

Duka Palestina sampai hari ini menjadi perhatian dunia karena negeri-negeri Islam disekelilingnya hanya bisa mengecam kebiadaban penjajah Yahudi.

Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) justru hanya memenjara negeri-negeri Islam lainnya untuk berbuat lebih dari pada apa yang sekedar disepakati di meja deklarasi. Alhasil tak ada aksi lebih untuk menghukum entitas Yahudi yang merampas tanah Palestina kecuali hanya sebatas mengirim bahan makan, popok, pakaian dan kain kafan.

Sebaliknya salah satu pemain utama di PBB yaitu dewan keamanannya, negara Amerika justru membantu Zionis dengan memasok senjata secara berkesinambungan. PBB pun diam melihat secara terang benderang Amerika Serikat dibalik penjajah Yahudi.

Kalian Punya Dua Peluang

Wahai pemimpin negeri Islam, kalian memiliki dua peluang. Pertama, peluang mempertahankan kursi jabatanmu dengan sistem selain dari Islam seperti apa yang dinikmati saat ini. Karena takut akan murka manusia khususnya mereka-mereka yang telah memberi kalian jabatan dan kenikmatan sesaat.

Namun, pada faktanya resiko juga tetap tidak bisa dihindarkan yaitu diguncang setiap saat, baik oleh pesaing kalian yaitu manusia atau oleh oligarki yang merasa kalian sudah tak layak lagi untuk dijadikan bonekanya. Lebih dari itu Allah juga bisa mengguncangkan kursi kedudukanmu sewaktu-waktu dengan kematian kalian, lantas apa hujah kalian saat itu tiba?

Allah SWT juga bisa mengguncang kedudukan kalian sewaktu-waktu karena sudah saatnya bagi Allah untuk menurunkan kepemimpinan yang diridhai. Yaitu khilafah ala minhaji nubuwah sesuai Bisyarah Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Jika waktu itu tiba maka kursi kedudukan kalian dipastikan lenyap dan kehinaan saja bagi kalian sebagaimana apa yang dialami Abdullah bin Ubay bin Salul.

Saat khilafah Islam tegak kembali maka umat-umat kalian akan tunduk kepada Khalifah yang terpilih. Sebagaimana Abdullah bin Ubay yang harus terpaksa dengan berpura-pura masuk Islam karena ditinggalkan pengikutnya untuk mengikuti Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul sekaligus pemimpin negara mereka.

Kedua, peluang kalian untuk menjadi mulia dan dikenang. Fenomenal karena membawa peradaban umat manusia di dunia kembali mulia dengan Islam ditambah saat kematianmu pun ada imbalan yang luar biasa sebagaimana yang diberikan Allah kepada tokoh sentral di Yatsrib sebelum negara Islam ditegakkan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu Sa'ad bin Mu'adz Ra. Nabi bersabda atas kematian Sa'ad bin Mu'adz,

"Sungguh, kematian Sa'ad telah membuat Arsy Allah SWT terguncang."

Sebelum meninggal dunia karena sakit atas luka yang dideritanya. Sa'ad bin Mu'adz pernah berdoa kepada Allah SWT ketika Rasulullah SAW menunjuk dirinya sebagai hakim atas Bani Quraidzah. Sa'ad berdoa, "Yaa Allah, janganlah Engkau cabut nyawaku sampai aku menyelesaikan urusanku dengan Bani Quraidzah."

Sa'ad juga menginginkan hari terakhir yang dilihatnya adalah wajah Rasulullah Muhammad SAW yang mulia. Benar, sebelum kematian menjemput Rasulullah sering menjenguk Sa'ad bin Mu'adz. Ia pun mengucap salam, "Assalamu'alaika yaa Rasulullah. Ketahuilah bahwa engkau adalah Rasulullah."

Rasulullah Muhammad SAW pun memandang wajah Sa'ad dan berkata, "kebahagiaan bagimu wahai Abu Amr!" Sa'ad bin Mu'adz pun akhirnya pergi menghadap Ilahi.

MaasyaAllah sungguh kematian yang didambakan semua orang beriman. Wajah dan sapaan terakhirnya adalah kepada Baginda Rasulullah SAW. Ridha Rasulullah SAW di dunia telah didapatkan dengan jelas di akhirat kelak ia kan mendapatkan syafaat Baginda Nabi Muhammad SAW.

Apa rahasia kematian Sa'ad bin Mu'adz yang menakjubkan itu. Ditungguin Baginda Nabi dan dikatakan kepada khalayak bahwa kematiannya telah menggetarkan arsy Allah. Sungguh tidak ada dusta dari setiap perkataan Baginda Nabi. Semuanya wahyu yang harusnya dipercaya bagi orang-orang beriman tanpa sangkalan apapun.

Wahai para pemimpin negeri-negeri Islam dan tokoh-tokoh Muslim tidakkah kalian ingin mendapatkan keberuntungan yang serupa dengan Sa'ad bin Mu'adz?

Semua pilihan ada di tangan kalian sendiri. Akankah memilih pilihan pertama atau kedua.

Memilih pilihan yang pertama karena ingin mempertahankan jabatan, pengikut, dan materi lainnya. Atau pilihan kedua karena inginkan Ridha Allah SWT dan Rasulullah semata.

Mengambil pilihan pertama juga kan berakhir dengan ditinggalkannya pengikut jika usia sudah lanjut. Mengambil pilihan kedua belum tentu ditinggalkan oleh pengikut, karena Allah akan menggantinya dengan pengikut baru yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW sebagaimana keputusan awal Sa'ad bin Mu'adz untuk memeluk Islam ternyata mendapatkan sambutan pengikutnya dan keseluruhan mereka akhirnya masuk Islam dari Bani Asyhal.

Hanya butuh dicoba, bukan untuk dibayangkan dan dipenuhi rasa ketakutan yang belum pernah menjadi nyata.

Perjuangan Sa'ad bin Mu'adz sehingga bisa mendapatkan hadiah yang luar biasa adalah ketika ia menjadi pemutus perkara di antara orang-orang Yahudi Bani Quraizah dengan Rasulullah Muhammad SAW. Orang-orang Yahudi Bani Quraizah merasa resah atas kepemimpinan Rasulullah di Madinah. 

Mereka telah melanggar perjanjian dengan RasulNya yaitu perjanjian yang diabadikan dalam Piagam Madinah. Bahwa mereka harus saling melindungi sesama warga negara satu sama lain. 

Namun ternyata ketika perang Khandaq berkecamuk justru Yahudi Bani Quraizah dari dalam negeri bersekongkol dengan orang-orang Quraisy. Mereka melakukan perlawanan dari dalam negeri di saat kaum Muslim menghadapi orang-orang Quraisy dalam perang Khandaq.

Pantaslah kemudian Rasulullah meminta pertanggungjawaban mereka atas perbuatannya itu. Mereka mendatangi suku Aus dari orang-orang yang lemah imannya. Yahudi Quraizah tahu kalau akan mendapatkan hukuman dari Rasulullah sebagai pemimpin negara. 

Namun mereka mencoba mencari jalan keluar sebagaimana yang pernah dilakukan Yahudi Bani Qunaiqa ketika peristiwa Abdullah bin Ubay bin Salul yang meminta pertolongan orang-orang Khazraj.

Dahulu sebelum Islam datang ke Yatsrib, suku Khazraj sering mendapatkan perlindungan dari Yahudi Bani Qunaiqa. Begitu pun suku Aus mendapatkan perlindungan dari orang-orang Yahudi Bani Quraizah. Jadi, mereka mengira orang-orang Aus akan melindunginya. 

Ketika salah satu dari suku Aus mendatangi Nabi dan meminta keadilan kepada Rasulullah sembari mengingat dahulu Yahudi Bani Quraizah adalah pelindung mereka yakni orang-orang Aus.

Maka Rasulullah SAW bersabda kepada suku Aus: "Wahai orang-orang suku Aus, tidaklah kalian akan merasa senang jika persoalan kalian ini diputuskan oleh seseorang di antara kalian sendiri?" Mereka berkata: "Tentu kami akan merasa senang." Rasulullah SAW pun bersabda: "Keputusan persoalan itu aku serahkan kepada Sa'ad bin Mu'adz."

Sa'ad bin Mu'adz sebelumnya termasuk orang-orang terbaik yang diletakkan di barisan depan oleh Rasulullah SAW untuk kepentingan negara Islam guna mengambil tindakan yang diperlukan. Ketika peristiwa ini berlangsung Sa'ad bin Mu'adz sedang sakit karena luka terkena panah pada perang Khandaq. 

Sa'ad bin Mu'adz dijemput orang-orang dari sukunya yaitu suku Aus dalam keadaan sakit dinaikkan ke atas keledai yang telah dilapisi bantal yang terbuat dari kulit. Ia dibawa menghadap kepada Rasulullah SAW.

Setibanya di hadapan Rasulullah Muhammad SAW, Beliau bersabda:

قو موا إلى سيد كم

"Berdirilah menyambut pemimpin kalian!"

Begitu elegan cara Rasulullah mengajarkan kepada kita memuliakan orang alim, yaitu berdiri ketika ia datang.

Selanjutnya, mereka yaitu orang-orang suku Aus berkata kepada Sa'ad bin Mu'adz agar Sa'ad berbuat baik kepada orang-orang Yahudi Bani Quraizah yang telah berbuat baik kepada Aus di masa lalu.

Jawaban Sa'ad benar-benar mencerminkan keimanannya. Sa'ad berkata: "Sungguh telah tiba saatnya bagi Mu'adz untuk tidak mempedulikan celaan orang yang suka mencela karena Allah."

Ketika persoalan sudah disampaikan dan alasan penunjukan Rasul kepada dirinya yaitu Sa'ad bin Mu'adz, maka ia pun berkata:

_Sehubungan dengan hal itu, kalian harus komitmen dengan janji Allah, dan keputusan yang tepat terkait dengan mereka pasti aku putuskan." Mereka orang-orang Aus berkata: "Ya, kami percaya." Selanjutnya sembari menunjuk ke tempat Rasulullah, Mu'adz bepesan kepada kaumnya: "Kalian juga harus komitmen terhadap orang yang ada di sini." Rasulullah Muhammad SAW menimpalinya seraya bersabda: "Ya."

"Tentang Bani Quraizah, aku memutuskan untuk membunuh mereka yang laki-laki, membagi-bagikan kekayaan mereka, menahan wanita dan anak-anak mereka," ujar Mu'adz. Rasulullah SAW bersabda kepada Mu'adz: "Sungguh, kamu telah memberi keputusan tentang mereka sesuai hukum Allah yang datang dari atas langit lapis ketujuh."

Hukuman yang telah diambil Sa'ad ternyata juga ada dalam kitab Taurat, kitab Ulangan 10-15 milik mereka, sehingga ketika Yahudi berkuasa pun nantinya, mereka juga akan menetapkan hal yang sama kepada musuh-musuhnya yang mengkhianati perjanjian.

Keputusan Sa'ad bin Mu'adz tentu beresiko dicela manusia, yaitu golongan orang-orang Yahudi Bani Quraizah. Namun, Sa'ad bin Mu'adz meletakkan semua resiko dunia itu dibawah kendali keimanan dia kepada Allah SWT dan Rasulullah semata. Sehingga ia lebih takut jika kembali kepada Allah SWT masih membawa beban kewajiban yang tidak tertunaikan di sisi Allah. Ia pernah berdoa menjelang persoalan tersebut, dalam kondisi sakitnya, “Ya Allah, janganlah Engkau cabut nyawaku, sampai aku menyelesaikan urusanku dengan Bani Quraidzah.”

Hari ini masih langka dijumpai pemimpin umat Islam yang lebih takut akan hari kembali kepada Allah SWT daripada ketakutannya kepada majikannya. Ketakutannya kepada oligarki, kepada negara-negara Barat yang menjadi investor atau pemberi pinjaman.

Para penguasa negeri-negeri Islam lebih memilih untuk menjalankan arahan-arahan negara asing terutama negara adidaya, daripada mengikuti arahan Rasulullah dalam memimpin negara.

Kondisi negeri-negeri Islam yang kian terbelakang dan dijadikan obyek negara asing harusnya menjadi evaluasi bagi para pemimpin negeri-negeri Islam bahwa kedudukan itu kelak tetap kan diguncang. Seberapa kuat mereka mempertahankan tetaplah Allah lebih berkuasa atas mereka.

Jutaan umat menanti kebersihan hati seorang pemimpin Islam yang akan memilih jalan Nabi dalam mengatur urusan negara dan memimpin mereka untuk menghadapi musuh-musuh Islam.

Belajarlah pula kepada Huyay bin Akhtab yang memusuhi Allah SWT dan Rasul-Nya tetapi tidak merasa memusuhi. Huyay bin Akhtab salah satu tokoh Yahudi Bani Quraizah sebelum dijatuhi hukuman mati secara massal itu berkata di hadapan Nabi, "Demi Allah, aku tidak menyalahkan diriku karena memusuhimu, namun siapa saja yang meremehkan Allah, maka pasti Allah akan meremehkannya!" Dia pun menyeru kepada orang-orang Yahudi Bani Quraizah yang akan dijatuhi hukuman mati: "Wahai manusia, jangan sedih mengahadapi perintah Allah, sebab keputusan, takdir dan penyembelihan ini telah ditetapkan Allah kepada Bani Israil." Kemudian dia duduk, lalu lehernya dipenggal.

Sebagaimana hari ini banyak tokoh yang memperjuangkan Islam semata pada aktivitas ibadah mahdoh, mencukupkan berdakwah kepada dilaksanakan shalat atas individu-individu Islam saja. 

Tanpa memahami bagaimana dakwah yang tepat agar tiada umat Islam yang tidak shalat dan tidak puasa di bulan Ramadhan. Tentunya tanpa negara Islam, mustahil memberantas orang-orang Muslim yang yang tidak shalat, tidak puasa wajib dan sebagainya.

Segala masalah kaum Muslim hari ini hanya bisa selesai jika ada pemimpin Islam yang mengambil Islam secara totalitas untuk diterapkan dalam negara berbentuk khilafah.

Tanpa itu semua genosida kaum Muslim terus terjadi, baik yang diperangi musuh secara terang-terangan seperti Palestina, Muslim Rohingnya di Myanmar, maupun yang diperangi secara pemikiran seperti di Indonesia dengan tingginya kasus bunuh diri adalah akibat penjajahan pemikiran.

Wallahu alam bishawab.


Heni Trinawati
Analis Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar