Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Suami Idaman, Adakah?


Topswara.com -- Sobat, seorang wanita pastinya ingin mendapatkan suami idaman, suami dambaan. Shalih, ganteng, gagah, kaya, romantis, imam yang tangguh, perhatian, berpendidikan, karir bagus, penyayang, suka bantu tugas istri, perhatian sama anak dan keluarga. Nah ada lagi? Pokoknya sempurna lah. 

Namun faktanya, tidak ada laki-laki yang sempurna. Kecuali Rasulullah Muhammad SAW. 

Tidak ada laki-laki sempurna Sobat. Yang ada adalah paketan. Paketan laki-laki dengan karakter plus dan minus. Yang harus diambil satu paket itu tidak bisa dipilih bagusnya saja. Yang ada misalnya:

Paket pertama, laki-laki yang shalih, tampan, gagah, pintar, berpendidikan, tetapi miskin. 

Paket kedua, laki-laki shalih, kaya, kurang gagah, agak kerempeng, romantis, tetapi kurang cerdas. 

Paket ketiga, laki-laki shalih, kaya, kurang tampan, kurang romantis, dan wataknya keras. 

Paket keempat, kurang shalih, gagah, romantis, cerdas, kaya tetapi mau menang sendiri. 

Paket kelima, dan seterusnya.

Itulah paket paket laki-laki yang ada di muka bumi ini. Jika demikian, lalu bagaimana seorang muslimah harus memilih suami? Bagaimana kriteria nya? 

Jika demikian adanya maka ada kriteria paling penting yang harus ada pada seorang laki-laki yang akan dipilih sebagai suami:

Pertama, paling pokok harus shalih. Baik agamanya. Bukan sekedar seiman. Tetapi harus yang baik agamanya. Kewajiban agamanya seperti shalat, puasa, zakat, berbakti pada ibu bapak, menuntut Ilmu, dan lain-lain. Tidak lagi jadi soal dalam hal meninggalkan yang haram seperti minum khamr, berjudi, berzina, menipu, apalgi syirik macam ke dukun dan pesugihan. Ini syarat yang tidak bisa ditawar-tawar oleh siapapun. 

Kedua, bertanggung jawab, yakni bisa melaksanakan kewajiban sebagai suami tanpa diminta. semisal mendidik agama istri, menafkahi istri, menjaga kehormatan istri dan lain-lain.

Ketiga, mampu menafkahi artinya punya penghasilan berapapun gaji atau penghasilannya. Karena yang paling penting dia bisa menafkahi sesuai kemampuan nya. 

Keempat, penyayang. Menyayangi istri dan keluarga karena Allah. Tidak menyia nyiakan istri dan keluarga sehingga membiarkan semua lalai dalam mentaati Allah. 

Kelima, kekurangan yang bersifat teknis bukan maksiat maka itulah yang kita Terima. Kita tolerir. Kalau bisa diubah Alhamdulillah. Tidak bisa kita sabar. Misal suami yang kurang romantis dan kaku. Kurang perhatian, dan lain-lain yang sifatnya teknis. Bukan maksiat maka diupayakan diperbaiki jika bisa. Jika tidak makan bersabar. 

Inilah kurang lebih sosok suami idaman. Sekali lagi tidak ada laki-laki sempurna. Juga tidak ada perempuan yang sempurna. Maka tidak ada keluarga sempurna. Yang ada adalah laki-laki shalih. Yang ada perempuan shalihah. Dan keluarga sakinah. 

Surat Al-Baqarah Ayat 216 كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 

Arab-Latin: Kutiba 'alaikumul-qitālu wa huwa kur-hul lakum, wa 'asā an takrahụ syaiaw wa huwa khairul lakum, wa 'asā an tuḥibbụ syaiaw wa huwa syarrul lakum, wallāhu ya'lamu wa antum lā ta'lamụn. 

Terjemah Arti: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Allah berfirman Surat Al-Baqarah Ayat 216

 كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Kekurangan-kekurangan suami yang kita rasakan bisa jadi merupakan pelengkap dari kekurangan istri sehingga menjadi perpaduan yang cocok dalam keluarga sakinah. []


Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar