Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sedikit-Sedikit Bunuh Diri, Ada Apa dengan Generasi Hari Ini?


Topswara.com -- Kasus bunuh diri seperti bukan sesuatu yang tabu, malahan seperti jamur yang tumbuh subur ketika musim hujan. Artinya kasus ini bisa terjadi kapan saja, di mana saja serta bisa menimpa siapa saja.

Dilansir dari radarsemarang.jawapos.id (12/10/2023). Terdapat beberapa kasus bunuh diri yang menyita perhatian publik, dari bulan, September 2022, seorang mahasiswi Unika Soegijapranata Semarang bunuh diri dengan cara meloncat dari kamar 22 lantai 9 sebuah apartemen di Banyumanik. Korban berusia 19 tahun dan berstatus mahasiswi baru. Korban merupakan warga Taman Sari Persada Bogor, Jawa Barat. Serta mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM) bunuh diri dengan melompat dari lantai enam gedung parkir kampus, pukul 15.30. Korban berinisial ANI.

Kemudian di bulan Agustus 2023, mahasiswa Fakultas Hukum Undip Semarang berisial MFSP tewas bunuh diri, dengan cara menggantung di pojok Lapangan Tembak 600 m, Kodam IV Diponegoro, RT 001 RW 001 Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Di bulan Oktober terdapat dua kasus, Selasa, 10 Oktober 2023, mahasiswi Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang (Unnes) berinisial NJW, lompat dari lantai empat Mall Paragon, Jalan Pemuda. Sehari kemudian Rabu, 11 Oktober 2023, mahasiswai Udiversitas Dian Nuswantoro (Udinus) berinisal EN, asal Kalimantan ditemukan tewas di kamar kosnya. EN mahasiswa semester 11 yang sudah kerja itu, tewas diduga bunuh diri. 

Maraknya generasi yang mudah sekali untuk mengakhir hidupnya dengan jalan bunuh diri merupakan indikasi bahwa generasi saat ini sedang tidak baik-baik saja. 

Ada banyak spekulasi seperti mental health, faktor finansial, percintaan, broken home dan lainnya. Namun apakah semua permasalahan tersebut harus diselesaikan dengan jalan bunuh diri? Tentu saja tidak.

Orang-orang yang memutuskan untuk bunuh diri berangkat dari permasalah yang sama yakni putus asa. Orang-orang yang putus asa itu menyelesaikan masalah dengan bunuh diri itu berarti dia itu akidahnya sangat lemah. Karena lemahnya akidah membuat mental seseorang menjadi rusak. Akhirnya mereka tidak mampu berpikir benar, yang ada mereka menuruti hawa nafsu. 

Seharusnya remaja hari ini kepribadiannya dibentuk, mentalnya dibentuk, dan satu-satunya yang bisa membentuk mental dengan ngaji Islam kaffah bersama kelompok ideologis.

Inilah manusia yang lahir di sistem sekularisme, ketika agama dipisahkan dari kehidupan akal yang terbatas dan lemah ini tidak mampu mencari solusi dari permasalahan yang dialami. Seakan-akan masalah yang dialami paling berat. Maka mereka lebih memilih mengakhiri hidup daripada menghadapi masalah yang ada.

Karena tipisnya akidah membuat mereka lupa, ada Allah tempat mengadu, tempat memohon untuk meminta bantuan. Karena lagi-lagi generasi saat ini yang cenderung menggunakan akal daripada keimanan terhadap hari akhir, maka yang ada solusi-solusi parsial.

Firman Allah QS Al-Insyirah Ayat 5-6 :
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Padahal telah jelas dalam surat cintaNya, Allah memberikan kemudahan setelah kesulitan.

Sebagai seorang yang beriman tentu saja kita percaya adanya kehidupan setalah hidup. Artinya ada kehidupan abadi setelah hidup di dunia, sehingga segala perbuatan yang dilakukan di dunia akan dimintai pertanggung jawaban. Termasuk ketika mereka bunuh diri. Yang seharusnya dilakukan oleh orang beriman ketika ditimpa musibah adalah berpasrah kepada Allah.

Pasrah dalam hal ini bukan berarti tidak melakukan apa-apa, tetapi berikhtiar mencari solusi sembari berdoa kepada Allah untuk diberikan solusi terbaik di sisiNya. 

Kemudian mencari komunitas yang mendekatkan diri kepada Allah juga termasuk bagian dari solusi. Dengan berkawan kepada orang shalih akan menjadi suatu kenikmatan tersendiri bagi jiwa individu yang kering. 

Komunitas yang bukan sekadar mengingatkan perkara keimanan tetapi bagaimana ia bermanfaat bagi agama Allah. Ngaji Islam kaffah mampu memberikan makanan bagi ruh dan pemikiran kita yang tumpul akibat sekularisme.


Oleh: Alfia Purwanti
Analis Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar