Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rusaknya Fungsi Keluarga, Buah Penerapan Sistem Sekularisme


Topswara.com -- Akhir-akhir ini tindak kekerasan pada anak marak terjadi, bahkan beritanya sering wara-wiri di berbagai media elektronik. Mirisnya, tindak kekerasan itu dilakukan oleh orang dewasa yang notabene keluarganya sendiri. 

Seperti yang terjadi baru-baru ini, sesosok mayat ditemukan warga di saluran irigasi atau sungai di Blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu pada Rabu (4/10/2023), dilansir Kompas.com. 

Mayat tersebut diketahui bernama Muhamad Rauf (13), warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Korban ditemukan dalam keadaan terikat dan dalam kondisi berlumuran darah. Dari hasil penyelidikan pihak Kepolisian, Rauf dianiaya oleh ibunya sendiri bernama Nurhani (40) dibantu sang paman S (24), serta kakeknya W (70). Usai dianiaya korban dibuang ibunya ke saluran irigasi dalam kondisi masih hidup. 

Kasus kekerasan berujung kematian di atas menambah panjang daftar kejahatan pada anak di bawah umur. Apalagi kasus tersebut melibatkan keluarga sebagai pelaku. Meski hal itu sering terjadi di beberapa kasus, namun tetap saja menjadi sorotan berbagai pihak.

Salah satunya dari seorang Psikolog dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Cimahi Miryam Sigarlaki, beliau memaparkan bahwa ada sejumlah persoalan yang diduga menjadi pemicu tindakan kejahatan tersebut terkait beberapa informasi yang diterimanya. 

Pertama, melihat fakta bahwa anak itu adalah korban perceraian kedua orang tuanya maka bisa jadi dampak perceraian itu menjadikan ibunya memiliki masalah emosional. Hingga bisa saja membuat orang tuanya stres sejak lama dan menjadi pemicu kemarahan terhadap anaknya.

Kemungkinan kedua adalah masalah pelaku. Apakah ada gangguan tertentu yang harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan kebenarannya. 

Kemungkinan ketiga, terkait dengan adanya konflik dalam keluarga dan masalah hubungan antara ibu dan anak, dan dukungan keluarga besar, sehingga dapat mempengaruhi kestabilan emosional yang dapat memperburuk situasi.  

Selanjutnya ialah masalah ekonomi atau finansial. Masalah ini menurutnya dimungkinkan dapat memicu seseorang melakukan hal apapun tanpa pikir panjang. Faktor penting lain ujarnya adalah masalah nilai moral dan agama seseorang. Peran penting keimanan dalam diri kita dapat mencegah hal-hal yang membahayakan seperti itu, dikutip jpnn.com, pada Jumat (06/10/2023). 

Seorang anak merupakan sosok yang rentan sehingga seringkali mudah menjadi target kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Keluarga yang seyogyanya menjadi tempat teraman dalam tumbuh kembang anak justru terjadi sebaliknya. 

Hal ini tidak lepas dari pemahaman sekularisme yang sudah merasuki pemikiran sebagian besar dari masyarakat. Agama hanya sebatas kegiatan ibadah ritual saja tanpa perlu diterapkan dalam semua aspek kehidupan. Sehingga keimanan mudah sekali goyah dan gampang bertindak tidak manusiawi.

Sistem sekularisme kapitalisme “melahirkan” individu yang hanya mengejar materi guna kepuasan duniawi saja. Orang tua hanya mementingkan egonya sehingga anak-anak menjadi korban. 

Saat ini bukan hanya tatanan hidup di masyarakat saja yang rusak, bahkan fungsi keluarga pun rusak oleh sistem ini. Sebagai contoh ketika suami tidak menjalankan kewajibannya sebagai imam dalam keluarga, abai terhadap kebutuhan istri dan anaknya. 

Juga seorang istri yang karena kondisi serba sulit jadi memerankan dua sosok sekaligus, sebagai ibu dan pencari nafkah sehingga mudah terpancing emosi dan dengan mudah pula melampiaskannya pada anak.

Dari kasus di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa fungsi keluarga akan terbentuk dengan utuh jika semua pihak ikut berperan di dalamnya. Hal ini yang sistem Islam tekankan, jauh berbeda dengan sistem sekularisme yang masih diadopsi di negeri ini. 

Sebagai agama yang sempurna, Islam memiliki aturan menyeluruh yang sesuai dengan fitrah manusia dan menjamin terwujudnya berbagai hal dalam kehidupan. 

Oleh karena itu, secara ideal Islam mempunyai beberapa fungsi dalam sebuah keluarga yaitu:

Pertama, fungsi reproduksi. Keluarga melalui pernikahan memiiki tujuan untuk melestarikan keturunan. Pernikahan yang didasari oleh keimanan bukan hanya soal menyalurkan hawa nafsu saja tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu meraih ridha Allah. 

Dengan demikian maka akan terbentuk keluarga yang shakinah, mawaddah dan warrohmah, yang akan meminimalisasi perceraian sehingga anak-anak tidak menjadi korban. 

Kedua, fungsi ekonomi. Kemandirian keluarga akan terbentuk dengan adanya pemenuhan kebutuham ekonomi. Di sini peran suami sangat penting guna memenuhi nafkah istri dan anak-anaknya. 

Tanggung jawabnya sebagai pemimpin tentunya harus dilakukan secara maksimal, bersungguh-sungguh dan tidak cepat berputus asa. Seorang istri pun harus rida dan sabar atas nafkah yang diberikan suami dan berusaha mencukupkannya. 

Jika pun masih dirasa belum memenuhi kebutuhan, seorang istri boleh bekerja membantu suami asal tidak meninggalkan peran pentingnya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.

Selanjutnya yang ketiga adalah fungsi edukasi. Keluarga seharusnya adalah tempat pertama dan utama membina anak untuk menjadi insan yang beriman dan bertakwa. Ibu memiliki peran penting dalam membina anak, begitu pun ayah memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan istri dan anak-anaknya ke jalan yang diridai Allah SWT.

Adapaun yang keempat adalah fungsi sosial. Interaksi antar orang tua dan anak-anak harus berjalan dengan hangat. Saling memperhatikan dan memperlakukan satu sama lain dengan rasa sayang. 

Saling peduli dan mengingatkan jika ada salah satu anggota keluarga berbuat kesalahan, sehingga akan terbentuk sebuah keluarga yang harmonis dan saling menghormati. 

Kelima fungsi protektif. Melindungi anggota keluarga dari ancaman fisik, ekonomis, dan psikososial adalah tanggung jawab keluarga. Ayah mengayomi istri dan anak-anak, tidak sekedar dari bahaya fisik namun juga bahaya lainnya yang senantiasa mengincar dari dunia luar. 

Keenam, fungsi religius. Keluarga adalah tempat pertama anak mengenal nilai keagamaan. Anak-anak dididik agama sejak dini, ayah menjadi imam dan ibu mendampingi dengan menanamkan nilai-nilai akhlak yang baik. Sehingga terbentuk fondasi keimanan yang kuat dan akhlak yang mulia. 

Selain hal itu, peran negara juga sangat diperlukan untuk mengontrol masyarakat dengan aturan hukum yang berlaku yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis. 

Juga memberlakukan sanksi yang tegas kepada orang-orang yang melanggar hukum sehingga menimbulkan efek jera. Dengan begitu, maka hal penting dalam kehidupan seperti kesejahteraan, ketenteraman jiwa, dan terjaganya iman dan takwa kepada Allah akan terwujud. 

Wallahu’alam Bishawab.


Oleh: Rita Yusnita
Pegiat Literasi
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar