Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Playing Victim: Jurus Old Pembully Meraih Simpati


Topswara.com -- Siapa yang tidak kenal Park Yeon Jin dalam drama Korea The Glory keluaran Netflix. Tokoh antagonis yang diperankan aktris Shin Ye Eun dan Lim Ji Yeon ini sukses membuat geram penonton karena perannya sebagai pembully ulung, manipulatif, dan tak punya rasa bersalah. Park Yeon Jin digambarkan sebagai orang yang menganggap dirinya paling benar meski sudah banyak melakukan kejahatan.

Setali tiga uang, di dunia nyata kita juga akan melihat sosok pembully jahat manipulatif ini dalam sebuah negara, bukan sosok personal. Tidak lain tak bukan, Israel tentunya. Sejak tahun 1919 hingga 2005 tercatat ada 1,95 juta orang Yahudi migrasi ke wilayah Palestina (yivoencyclopedia.org, Population and Migration/Migration since World War I). 

Dengan dukungan Inggris Pasca Perang Dunia I dan dukungan penuh Amerika Pasca Perang Dunia II, Israel secara terbuka dan legal mencaplok wilayah Palestina, mendirikan pemukiman, dan mengusir rakyat Palestina dari rumah-rumah mereka.

Tidak cukup disitu, Israel juga tidak segan membunuhi warga sipil, perempuan, dan anak-anak demi memenuhi ambisinya menduduki Palestina. Tercatat, beberapa kali Israel membuka serangan dan menodai kesucian kompleks Al-Aqsha saat muslim Palestina menjalankan ibadah Ramadan. 

Pada tahun 2010, Israel bahkan mengepung dan memutus segala bantuan kemanusiaan yang akan masuk ke Gaza hingga anak-anak Gaza harus memakan rumput untuk bertahan hidup. 

Terbaru di bulan Oktober 2023 ini, Israel melancarkan serangan besar-besaran kepada warga sipil Palestina setelah Hamas meluncurkan roket mereka ke wilayah Palestina yang diduduki Yahudi Israel.

Apa yang dilakukan Hamas tentu sangat beralasan. Israel adalah penjajah yang telah menyerobot wilayah Palestina dari penduduknya. Apa yang dilakukan Hamas adalah manusiawi dan normal. 

Sebagaimana dulu para pejuang kemerdekaan Indonesia memerangi kolonial Belanda dan keluarganya yang merampas dan menduduki tanah pribumi. Namun bukan Israel namanya kalau tidak playing victim. 

Israel berkilah bahwa alasannya menyerang Palestina adalah bentuk pembelaan diri. Serangan itu dilakukan untuk menghabisi Hamas, bukan rakyat sipil. Padahal fakta berkata lain. Hingga Rabu (11/10/2023) Kementerian Kesehatan Palestina mencatat ada 1.100 orang tewas dan 5.339 terluka di Jalur Gaza (cnnindonesia.com, 12/10/2023).

Kejahatan Aman Karena Backingan

Kejahatan panjang Israel yang luar biasa besar ini berlangsung nyaris tanpa sanksi berarti. Seringkali berbagai resolusi Dewan HAM PBB ditentang oleh oleh Inggris dan Amerika. Tak heran, karena simbiosis mutualisme yang dijalin Zionis Israel dengan Inggris dan Amerika telah berlangsung lama.

Pada tahun 1917, Inggris secara terang-terangan mendukung kelahiran negara nasional Yahudi melalui Deklarasi Balfour. Inggris saat itu merasa perlu mengamankan Terusan Suez dengan cara mewujudkan negara Palestina yang terikat dengan Inggris. 

Maka kelahiran Israel adalah satu-satunya hal yang paling masuk akal untuk merealisasikan rencana tersebut (Akhmad Jengis P., 10 Isu Global Dunia Islam). Melalui LBB yang dibentuk oleh Lord Robert Cecil dari Inggris, Palestina dikendalikan oleh Inggris melalui Mandat Inggris untuk Palestina (jewishvirtuallobrary.org, British Palestine Mandate: History & Overview). Hal ini berlangsung hingga tahun 1948.

Setelah Perang Dunia II, keadidayaan Inggris digantikan Amerika. Alih-alih membaik dan merdeka, Amerika melalui PBB justru menyerukan solusi dua negara, Yahudi dan Arab. Kota Yerusalem yang diperebutkan dua negara ini akan berada di bawah kendali internasional (cnbcindonesiacnbcindonesia, 11/10/2023). 

Sikap lunak Amerika ini tentu sangat beralasan. Kapitalis yahudi di Amerika telah mengendalikan perputaran uang dan modal di Amerika. Media-media milik yahudi di Amerika juga mampu mengendalikan opini terkait politik dan kekuasaan di negeri Paman Sam tersebut. 

Dengan demikian, masihkah kita menganggap PBB yang berada di ketiak Amerika mampu bersikap netral dalam menyikapi persoalan penjajahan Israel atas Palestina ini?

Persoalan Palestina: Persoalan Politik

Dengan mengetahui sejarah kelahiran Israel, harusnya kita sadar bahwa perang Palestina-Israel ini adalah bagian konspirasi tingkat tinggi negara kapitalis. Zionis Yahudi sadar betul, bahwa yahudi adalah agama ritual yang tak punya gerakan politik. Karenanya dia perlu mendompleng negara-negara adidaya ideologis untuk mewujudkan ambisi politiknya.

Untuk itu, agar entitas Israel tersingkir, umat Islam perlu memiliki kekuatan politik ideologis yang mampu menandingi keadidayaan negara kapitalis Amerika dan Inggris. 

Perjuangan untuk membantu rakyat Palestina jangan sampai dicukupkan pada bantuan logistik kemanusiaan saja. Perjuangan ini perlu dinaikkan ke level yang lebih tinggi, yakni mengembalikan kembali kekuatan politik umat Islam melalui tegaknya negara adidaya khilafah yang mampu menjadi perisai bagi Palestina dan umat Islam secara keseluruhan. Allahu a'lam.


Oleh: Ranita 
Penulis Idiologis
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar