Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Perundungan Subur karena Sekularisme


Topswara.com -- Kasus bullying makin menyelimuti dunia pendidikan. Tidak sedikit yang berujung dengan tindakan kriminalitas dan tindakan tidak manusiawi. Parahnya lagi, banyak juga kasus bullying yang berujung dengan kematian.

Sekulerisme, Menyuburkan Bullying

Beragam kasus bullying kian mengemuka. Salah satunya kasus perundungan siswa SMPN.2 di Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah. Pemukulan dan kekerasan tak bisa dihindarkan hingga mengakibatkan patah tulang rusuk korban (detiknews.com, 29/9/2023). Sesak napas pun dikeluhkan setelah kekerasan terjadi. Akhirnya kasus perundungan ini pun viral di media sosial. Hingga kini, masih ditangani pihak kepolisian.

Tidak berselang lama, video perundungan lainnya pun beredar. Dikabarkan kasusnya terjadi di sekolah yang sama. Namun diketahui, kejadian video viral yang kedua terjadi lebih dahulu, yakni sehari lebih awal daripada yang pertama. Diketahui, pelaku kasus perundungan tersebut berasal dari kelompok yang sama (republika.co.id, 2/10/2023).

Tidak hanya di Cilacap, kasus dugaan perundungan pun tengah menjadi sorotan di salah satu SD wilayah Pesanggarahan, Jakarta Selatan. Diketahui, siswi kelas 6 SD loncat dari lantai 4 karena diduga tak tahan dibully teman-temannya. 

Akibat insiden ini, nyawanya pun tidak mampu diselamatkan. Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Bintoro mengungkapkan bahwa ditemukan kursi yang digunakan korban untuk memanjat dan melompat (CNNIndonesia.com, 27/9/2023). Hingga kini, insiden tersebut masih dalam tahap penyidikan pihak kepolisian.

Kasus bullying makin menjamur dan tidak terkendali. Begitu banyak kasus yang dilaporkan, dan masih lebih banyak lagi kasus yang tak terlaporkan. Bak fenomena gunung es, kasus ini terus membesar dan belum juga temu sisi terang.

JPPI (Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia) menunjukkan data perundungan sepanjang Januari hingga Agustus 2023 dan ditemukan ada 379 anak usia sekolah menjadi korban kekerasan fisik dan perundungan di lingkungan sekolah (bbc.com, 21/9/2023).

Beragam faktor mampu menjadi pemantik munculnya kasus perundungan. Salah satunya faktor keluarga. Keluarga yang abai terhadap pendidikan dan pengasuhan anak, menjadi penyebab utama. Karena pendidikan yang utama dan pertama seorang anak diperoleh dari institusi keluarga. 

Faktor lainnya, adalah pihak lembaga pendidikan atau sekolah. Sekolah yang minim pengawasan pun mampu menjadi penyebab kerasnya tabiat dan perilaku anak didik. Apalagi saat ini, pendidikan hanya berorientasi pada nilai akademis dan prestasi.

Tidak hanya lingkungan keluarga dan sekolah, media sosial pun memberikan andil terkait maraknya perundungan. Kekerasan yang ditampilkan tanpa batas, tanpa filter, di berbagai platform, memberikan pemahaman yang salah dalam wajah pendidikan saat ini. 

Hingga akhirnya, fungsi pengawasan sosial di lingkungan masyarakat pun lenyap. Alhasil, generasi menjadi hilang arah. Tidak paham tujuan dan esensi pendidikan.

Inilah buruknya wajah pendidikan ala sekulerisme liberalistik. Sistemnya yang menjauhkan segala aturan agama dari kehidupan, menjadikan konsep hidup ini melenceng dari yang semestinya. 

Diperparah lagi gaya liberal yang merusak generasi saat ini. Bullying dianggap suatu kewajaran. Tak ada empati sedikitpun kepada sesama teman. Hingga akhirnya hilang rasa persahabatan. Buruknya nilai-nilai liberal yang dicerap generasi saat ini. 

Hingga kebebasan dijadikan acuan. Tidak mampu lagi membedakan benar salah ataupun halal haramnya perbuatan. Hawa nafsu-lah yang kini dijadikan teman.
Sistem rusak ini pun makin akut kecacatannya. Karena semakin merusak kehidupan. Jelaslah, sistem destruktif ini tak layak dijadikan panduan, karenahanya melahirkan kerusakan.

Islam Solusi Bullying

Islam sangat menjaga kemuliaan generasi. Salah satunya melalui kebijakan pendidikan yang menetapkan kurikulum berbasis akidah Islam. Negara menetapkan hal ini sebagai prioritas utama yang wajib diperoleh setiap warga negara.

Allah SWT. berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(QS. Al-Hujurat: 11)

Setiap ucapan yang buruk berupa hinaan akan memberikan dampak yang buruk dalam kehidupan. Inilah yang tampak saat ini. Rusaknya generasi berawal dari buruknya ucapan yang tak mengindahkan aturan syariat Islam. Semua keburukan ini hanya mampu dihentikan dengan solusi Islam. Yakni kebijakan yang ditetapkan institusi khilafah.

Hanya dengan konsep inilah, generasi tidak akan seenaknya berucap atau berbuat kasar kepada sesamanya. Karena semua pola pikir dan pola tindakan disandarkan pada standar syariat Islam yang jelas dan tegas.

Tidak hanya itu, fungsi keluarga pun mampu berjalan optimal dalam membimbing dan menjaga putra-putrinya. Mengokohkan setiap anggota keluarga dengan konsep kepribadian Islam. Sikap teladan orang tua mampu merefleksikan tindakan terpuji bagi anak-anaknya.

Islam memahami fitrahnya kehidupan generasi. Lingkungan masyarakat merupakan tempat individu untuk belajar, mengeksplorasi dan belajar memahami kehidupan bermasyarakat. Islam mengatur lingkungan masyarakat sebagai tempat hidup dan bersosialisasi, sehingga mampu menetapkan konsep amar maruf nahi munkar dan saling menjaga satu sama lainnya. 

Dengan konsep demikian, kehidupan akan semakin harmonis dan terjaga. Kontrol masyarakat pun mampu berjalan dan terarah sempurna secara kontinyu.
Di sisi lain, dalam wadah khilafah, kehidupan media sosial pun mampu dikontrol dengan optimal. 

Beragam konten atau platform beraroma kekerasan mampu dibendung. Beragam kebijakan dibentuk negara demi penjagaan generasi. Agar senantiasa tunduk sepenuhnya pada syariat Allah SWT. Sehingga mampu memberikan pendidikan terbaik untuk generasi.

Betapa sempurnanya penjagaan generasi dalam syariat Islam. Generasi taat syariat, kehidupan pun aman dan selamat.

Wallahu a'lam bisshawwab.


Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar