Topswara.com -- Bumi Palestina kembali membara. Israel mengumumkan pengepungan total Gaza, menyatakan perang, akan menutup akses makanan, air, listrik dan bahan bakar. Sebelumnya, Sabtu (7/10) militan Hamas menculik 100 orang dan menewaskan 700 orang dalam serangan multi-front yang mengejutkan.
Israel membalas dengan serangan laut dan udara menewaskan 687 warga Palestina di Gaza, rumah bagi 2,3 juta orang yang tidak ada tempat untuk melarikan diri (cnbcindonesia.com, 10/10/2023).
Israel adalah Penjajah
Tahun 1897 M terjadi konggres zionis pertama dan memproklamirkan hak bangsa Yahudi atas lahirnya kembali nasional di negaranya sendiri. Selama Perang Dunia I (1914-1918), zionisme semakin dominan, meminta Inggris dan Amerika memberi jaminan agar setelah Utsmani yang menguasai Palestina kalah, Yerusalem akan menjadi negara Yahudi.
Realisasinya Deklarasi Balfour (1917), didukung Liga Bangsa-Bangsa, yakni pernyataan terbuka Pemerintahan Inggris pada Perang Dunia I, menyatakan dukungan terbentuknya "Rumah kediaman nasional bagi bangsa Yahudi" di Palestina. Israel diproklamirkan 14 Mei 1948 diatas mandat Britania atas wilayah Palestina.
Tampak, Israel lahir dibidani Inggris dan dibesarkan Amerika. Dukungan tersebut tampak hingga hari ini, Joe Biden menegaskan, Amerika tegas dan tidak tergoyahkan mendukung Israel. Biden memastikan AS akan mengirim amunisi membantu Israel memerangi Hamas (cnnindonesia.com, 11/10/2023). Israel adalah strategi Barat menciptakan instabilitas dikawasan tersebut.
Yusuf Qordhawi menggambarkan keberadaan Israel ibarat perampok yang menguasai rumah Palestina. Status Israel adalah penjajah, selama ia masih bercokol di Palestina maka kawasan tersebut terus bergolak.
Muamalah yang diperbolehkan dengan penjajah adalah perang dan jihad fisabilillah. Maka tidak masuk akal bila ada seruan agar berdamai dengan Israel dan menawarkan solusi dua negara bagi perampok.
Solusi Hakiki Palestina
Tanah Palestina adalah tanah kharajiyah, yakni tanah milik kaum muslim selamanya. Palestina telah dibebaskan dari Bizantium pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab pada 647 M. Beliau menerima kunci dari Patriark Sophronius, penguasa setempat. Maka haram menyerahkan tanah tersebut pada Israel.
Palestina terjajah karena Umat Islam tidak punya perisai, pelindung yang senantiasa melindungi setiap jengkal tanah milik kaum muslim, yakni khalifah. Nabi SAW bersabda,
"Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng" (HR Bukhari dan Muslim).
Hal ini tampak ketika Theodore Herzl pemimpin zionis Israel mendatangi Khalifah, Sultan Hamid II untuk meminta tanah Palestina bagi Yahudi.
Sang khalifah dengan tegas menolak, dan berkata, "Aku tidak akan melepas tanah Palestina walau segenggam, sebab bukan milikku. Tanah itu, hak umat. Umat ini telah berjihad demi kepentingan tanah tersebut dan umat menyiraminya dengan darah mereka.
Silakan Yahudi menyimpan harta mereka. Jika khilafah dimusnahkan suatu hari, mereka boleh mengambil dengan gratis.
Ketika Aku masih hidup, Aku lebih rela menusukkan ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari khilafah Islam. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selama kami masih hidup!”
Bahkan ketika Yahudi menawarkan hadiah sebesar 150 juta Poundsterling untuk Sultan, membayar utang Utsmani yang mencapai 33 juta Poundsterling, akan membangun kapal induk untuk menjaga pertahanan pemerintah Utsmani bernilai 120 juta Frank, memberikan pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta Poundsterling, dan akan membangun sebuah universitas Utsmani di Palestina, Sang Khalifah tidak bergeming.
Permasalahan Palestina tidak akan pernah tuntas tanpa jihad dan khilafah, institusi yang akan membebaskan tanah tersebut. Maka kewajiban kaum muslim mewujudkan Kekhilafahan Islam.
Itulah solusi hakiki yang dibutuhkan saudara- saudara kita di Palestina, sebagaimana yang dilakukan para junnah, Umar bin Khattab, Shalahudin al Ayubi hingga Sultan Hamid II.
Wallahu a' lam bishawab.
Ida Nurchayati
Sahabat Topswara
0 Komentar