Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Memperjuangkan Kebenaran dengan Mengurai Sejarah


Topswara.com -- Penyandingan kata “mengurai” dengan “sejarah” sejatinya kurang tepat lantaran kata sejarah yang dicerap dari bahasa Arab yaitu “syajarah” berarti pohon. Namun jika yang dimaksud mengurai adalah menampilkan pohon dalam keutuhannya, dari akar, batang hingga daun-daun maka didapat makna maksudnya adalah melihat pohon dalam bentuk keseluruhannya.

Mengkaji sejarah tidak seperti melihat secara terpisah tetapi mengkajinya secara komprehensif agar menghasilkan pemahaman yang holistik. Maka akan didapat kebenaran sejati, di mana tidak dapat dipertentangkan suatu fakta dengan fakta lain sebagai runutan kejadian.

Ibnu Khaldun sebagai tokoh besar dalam Ilmu Sejarah sejatinya telah memaparkan dalam suatu bingkai pola pikir. Kaidah yang digunakan dalam Filsafat Sejarah sebagai metode kajian.

Ambil contoh, suatu kejadian yang senantiasa kontroversi, dalam pemaknaan, pelaksanaan atau tujuan; Peringatan Maulid. Suatu paham mengatakan terdapat banyak kebaikan dalam peringatan Maulid Nabi, paham lain mengatakan bahwa tidak perlu diperingati dengan memaknainya sebagai bagian dari ajaran agama karena memang tidak ada tuntunan.

Pada prinsipnya, pengungkapan fakta berdasar literatur dapat saja ditemukan kebenaran dan posisi sejarah sebagai tradisi yang dengannya terjadi dialektika serta terbentuknya sejarah. 

Metode penguraian kejadian masa lalu atau sejarah akan menunjukkan fakta sesungguhnya, baik terkait asal-muasal atau sejarah awalnya, alasan mentradisi serta tujuan dari diadakannya peringatan tersebut, katakanlah Maulid Nabi.

Namun apa lah artinya suatu kajian tatkala dihadapkan dengan kekuasaan yang berpihak pada kerancuan serta “bermain-main” di sana. Terlebih tantangannya bukan hanya dihadapkan kepada kebutuhan dunia, namun lebih kepada dominasi kecenderungan kepada perkara-perkara duniawi sebagai pemantik yang disebut penulis di atas dengan dialektika dengan mencari kebenaran dari sana.

Namun sebatas mencari kebaikan, penulis berusaha menggambarkan kenyataan dalan ruang yang “tenang” untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dapat menenangkan atau setidaknya dijauhkan dari kegaduhan suasana atau mungkin keapatisan, penulis menghindari sekali yang terakhir itu.


Oleh: Nazwar, S.Fil. I., M.Phil.
Penulis Lepas Yogyakarta
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar