Topswara.com -- Menjelang kontestasi politik, para pendukung partai politik (parpol) tengah gencar menunjukkan keberpihakannya. Tidak sedikit, hal ini mengakibatkan timbulnya berbagai kericuhan.
Waspadai Konflik Beraroma Politisasi ala Sekulerisme
Bentrokan antar simpatisan terjadi di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Tak tanggung-tanggung, 11 sepeda motor dan tiga rumah warga mengalami kerusakan akibat bentrok antarsimpatisan, Minggu sore (republika.co.id, 15/10/2023). Simpatisan yang ricuh diketahui berasal dari pendukung parpol PDIP dan GPK (Gerakan Pemuda Ka'bah).
Meskipun tidak dilaporkan adanya korban jiwa atau luka-luka, peristiwa ini membuat masyarakat tak tenang. Pasalnya, kerusakan yang terjadi pun cukup mengkhawatirkan dan menelan kerugian yang tak sedikit. Menyoal kericuhan ini, Bupati Magelang, Zaenal Arifin, siap memediasi dua kelompok yang bertikai (kompas.com, 16/10/2023). Harapannya agar kejadian serupa tak terulang.
Keberpihakan suatu kelompok atau golongan tertentu pada suatu partai politik menjadi kecenderungan yang biasa terjadi menjelang kontestasi. Biasanya hal ini dipicu masalah sepele yang emosional atau masalah simbol dan figur partai politik yang diusung. Tanpa mempertimbangkan pemahaman dan arah tujuan partai tersebut.
Perbedaan pilihan partai politik cenderung menimbulkan gesekan antar individu atau kelompok simpatisan karena adanya egosentris atau masalah yang emosional semata. Tanpa ada hubungan yang jelas antara tujuan partai dengan masalah yang memantik perselisihan.
Mirisnya lagi, perselisihan sering terjadi di akar rumput. Padahal para elite partai politik justru bersinegi demi mencapai tujuan utamanya, yakni mencapai pucuk kepemimpinan. Apapun dilakukan oleh para elite tanpa mempedulikan segala yang terjadi di kalangan para simpatisan.
Para simpatisan hanya dimanfaatkan suara saja demi kepentingan ego para elite. Fakta ini sesuai dengan kiasan "tak ada kawan sejati, yang ada hanya kepentingan abadi". Dalam kalangan para elite, lawan bisa jadi kawan ataupun sebaliknya. Kepentingan politik menjadi sesuatu yang utama dicapai.
Menyoal fenomena ini, seharusnya masyarakat waspada. Begitu banyak pihak yang memanfaatkan kefanatikan suatu golongan pada salah satu partai.
Padahal partai politik yang ada saat ini, belum ada yang sepenuhnya mampu menyudahi semua permasalahan yang terjadi. Yang ada, malah partai politik menyalahgunakan kepercayaan yang sepenuhnya telah diberikan masyarakat. Masyarakat ingin berubah menjadi lebih baik. Namun, faktanya, jauh panggang daripada api. Jauh dari segala yang diimpikan rakyat.
Betapa buruknya politisasi ala sekulerisme. Setiap konsepnya berdasarkan pada aturan seenaknya. Tanpa mengindahkan aturan agama yang seharusnya dipegang teguh. Justru aturan agama dijauhkan karena dianggap menghambat proses pencapaian tujuan para elite politik.
Konsep ini pun semakin diperparah dengan konsep kapitalisme yang benar-benar mendestruksi. Semua tindakan dan kebijakan ditetapkan demi keuntungan memperoleh kekuasaan dan kekayaan pribadi. Tidak peduli lagi dengan harapan rakyat yang begitu besar. Tidak juga peduli dengan setiap masalah yang menimpa rakyat.
Akidah Islam, Pengikat Persatuan Umat
Sistem Islam menetapkan akidah Islam sebagai konsep berpikir dan bertindak yang pertama dan utama. Kesadaran umat menjadi salah satu pembangun asas persatuan dalam kehidupan.
Keberadaan partai politik semestinya mampu mempercepat tercapainya tujuan umat. Yakni kesejahteraan, ketenangan dan kekuatan seluruh umat. Semua ini hanya mampu terwujud dalam sistem Islam yang menjadikan akidah Islam sebagai satu-satunya arah pandang kehidupan.
Karena akidah Islam menetapkan bahwa kepentingan umat adalah prioritas utama yang harus didahulukan. Sehingga setiap kebijakan yang ditetapkan selalu bertujuan untuk memenuhi kepentingan umat. Dengan demikian, partai politik mampu memenuhi mimpi-mimpi rakyat yang selama ini hanya sekedar halusinasi.
Dalam sistem Islam membolehkan banyaknya partai sebagai sarana untuk memuhasabah penguasa dan setiap kebijakan yang ada. Untuk mendudukkan kembali, prioritas suatu kepemimpinan, yakni mengurusi seluruh urusan rakyat dengan amanah.
Rasulullah SAW. bersabda,
"Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin." (HR. Muslim).
Negara pun wajib mengedukasi umat dengan pendidikan yang berbasis akidah Islam. Untuk membangun pemahaman bahwa Islam-lah satu-satunya pengikat semua umat. Demi membangun persatuan dan kesatuan dalam jiwa kaum muslimin secara menyeluruh.
Hanya dalam sistem Islam-lah, partai politik mampu terwujud sempurna dalam kepengurusan semua urusan umat. Sistem Islam dalam institusi khilafah. Satu-satunya institusi yang mampu menciptakan kebangkitan dan kekuatan umat yang hakiki.
Wallahu a'lam bisshawwab.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar