Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kapitalisme Biang Kerok Masalah Mental


Topswara.com -- Kasus bunuh diri kian marak. Tidak pandang bulu, korbannya pun bervariasi, mulai dari remaja hingga dewasa, baik sudah menikah ataupun belum. Guncangan ini, tentu sangat mengkhawatirkan publik.

Kapitalisme, Biang Kerok Masalah Mental

Kesehatan mental masyarakat makin mencemaskan. Kasus bunuh diri menimpa seorang mahasiswi berinisial EB (24) di wilayah Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah. Korban ditemukan meninggal dunia di dalam kamar kosnya pada Rabu (11/10/2023) malam (republika.co.id, 12/10/2023).

Sebelumnya juga ditemukan kasus bunuh diri di Kota Semarang. Mahasiswi tersebut diketahui berasal dari sebuah perguruan tinggi negeri yang ditemukan tewas di Mal Paragon Semarang, Selasa (10/10/2023). Walikota Semarang mengungkapkan merasa prihatin kepada kedua korban dan segenap keluarga yang ditinggalkan (republika.co.id, 13/10/2023). Kedua kasus bunuh diri ini ditengarai karena korban memiliki masalah internal keluarga dalam kehidupan pribadinya.

Ada beberapa hal yang dapat memantik fenomena buruknya kesehatan mental seseorang. Pertama, pola asuh yang terbentuk dalam bangunan keluarga. Seringnya, pola asuh yang terbentuk adalah pola asuh fatherless dan motherless (republika.co.id, 15/10/2023). Anak menjadi hilang arah, karena ketiadaan kehadiran orang tua yang diharapkan. Tak ada figur yang mampu dijadikan teladan.

Kedua, meledaknya informasi yang dari dunia maya. Umumnya, anak-anak tak mampu secara mandiri memfilter banyaknya konten yang ada. Mudah terbawa arus media sosial, dan menelan mentah-mentah apa yang dilihat dan didengarnya. Tirak mampu membedakan yang baik dan buruk. Sehingga sesuatu yang buruk dianggap biasa saja. Tanpa curiga, sebetulnya ada bahaya yang mengintai. Seperti self harming atau bunuh diri.

Beban kurikulum perguruan tinggi dan gaya hidup modern pun bisa jadi pemantik terpuruknya kesehatan mental. Tuntutan hidup yang terlalu tinggi, jauh dari kemampuan diri. Alhasil, individu merasa gagal menjalani hidup karena tak sesuai standar kehidupan yang diharapkannya.

Semua gambaran ini tidak lepas karena diterapkannya sistem sekulerisme kapitalistik. Sistem yang menjauhkan aturan agama dalam kehidupan, menjadikan individu gamang. Tidak mampu mengindera standar benar dan salahnya perbuatan. 

Setiap masalah selalu dicari jalan pintasnya tanpa melibatkan aturan agama. Alhasil, hawa nafsu menjadi pengendali emosi. Sekularisme yang konsepnya kapitalistik pun menganggap bahwa setiap masalah harus sesegera mungkin dituntaskan agar segera teratasi. 

Namun sayang, keputusan yang diambil adalah keputusan keliru. Penerapan sistem kapitalisme, hanya akan memperpanjang rantai masalah yang kini mengancam kalangan pemuda.

Fakta ini menunjukkan negara gagal menjaga rakyatnya. Masalah individu dianggap bukan masalah sistemik. Individu dibiarkan mandiri menyelesaikan masalah sendiri. Akibatnya, kesehatan mental menjadi sasaran empuk buruknya pengaturan kehidupan.

Islam, Menjaga Kesehatan Mental

Sistem Islam memberikan solusi yang pasti solutif. Dalam Islam, negara berfungsi sebagai penanggung jawab setiap kebutuhan rakyat. Termasuk penjagaan terhadap kesehatan mental rakyatnya. 

Akidah Islam menjadi pondasi pendidikan ala sistem Islam. Semua masalah yang ada dikembalikan pada posisinya sebagai ketetapan Allah SWT. Menerima dengan ikhlas dan sepasrah-pasrahnya dalam landasan ketakwaan hanya pada Allah SWT. Selalu yakin bahwa satu kesulitan pasti diapit dua kemudahan. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَاِ نَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah: 5-6 )

Negara wajib memposisikan pemahaman individu dalam pola pikir yang benar sesuai syariat Islam. Edukasi dan penanaman pola sikap berdasarkan akidah Islam senantiasa diberikan secara kontinyu. 

Sehingga setiap individu memahami tentang konsep kehidupan secara utuh. Darimana ia berasal, hendak melakukan apa di dunia, dan mengetahui konsep kehidupan setelah kematian. Konsep ini senantiasa ditanamkan agar individu mampu bertanggung jawab pada dirinya, keluarganya dan masyarakat di lingkungannya. 

Dalam konsep Islam, individu mampu menjaga kesehatan mentalnya dengan stabil meskipun badai masalah kehidupan menerpa. Hanya dalam sistem Islam-lah, individu-individu mampu tangguh menghadapi masalah sepelik apapun. Karena meyakini bahwa setiap beban yang diberikan oleh Sang Khalik selalu diiringi dengan kekuatan individu dalam menanggungnya. 

Wallahu 'alam bisshawwab. 


Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar