Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islam Mampu Menjaga Benteng Keluarga


Topswara.com -- Keluarga semestinya menjadi tempat ternyaman bagi anak. Tetapi faktanya tidak demikian. Rasa sayang yang dimiliki keluarga, khususnya ibu kini telah luntur. Bahkan kejamnya ibu tiri yang suka digemboskan ternyata lebih kejam ibu kandung. Karena saat ini banyak orangtua yang tega menyiksa, menganiaya anaknya sendiri sampai berujung pada kematian.

Seperti belum lama ini, di daerah Subang, Jabar, seorang ibu Nurhani (40) telah tega menganiaya anak kandungnya, Muhammad Rauf (13) sampai meregang nyawanya. Jahatnya lagi perbuatannya itu dibantu oleh keluarga korban, paman dan kakeknya. 

Mirisnya, ketika korban yang dianiaya masih hidup walau seluruh tubuhnya penuh luka, ia masih sempat berkata kepada ibunya, "Ma sakit ma, ma ngantuk, capek ma." Namun rintihannya itu tak dihiraukan olehnya. 

Justru dengan sadisnya pelaku mengikat kedua tangannya ke belakang kemudian korban dibuang ke aliran irigasi (sungai) di blok Sukatani, Desa Bugis, Kec Anjatan, Kab Indramayu yang akhirnya ditemukan oleh warga dalam keadaan sudah tewas. (kompas.com, 8 Oktober 2023).

Kasus pembunuhan anak yang dilakukan oleh ibu kandungnya di Subang mendapatkan sorotan dari beberapa pihak. Salah satunya oleh Miryam Sigarlaki, psikologi dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Cimahi. 

Menurutnya yang melatarbelakangi terjadinya tindak kekerasan disebabkan beberapa faktor. Diantaranya pertama, dampak perceraian yang menyebabkan si ibunya mengalami emosional yang tidak stabil, hingga mengalami stres. 

Ditambah anaknya meminta HP, hingga bertambah kemarahannya padanya. Kedua, pelaku memiliki gangguan tertentu yang harus diperiksa kebenarannya. Kemungkinan ketiga, adanya masalah dalam keluarga, yaitu hubungan antara ibu dan anak yang kurang mendapat dukungan dari keluarga besarnya. (jpnn.com, 6/10/2023)

Sekulerisme Merusak Benteng Keluarga

Lagi, dan lagi terjadi kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh para ibu hingga mengakibatkan hilangnya nyawa buah hatinya. 

Sebelumnya ada ibu yang membuang bayinya yang baru lahir, ibu yang tega menggelontor anaknya ke air hingga tewas, ada juga ibu yang mengajak anaknya untuk bunuh diri, bahkan ada yang sampai meracuninya dan masih banyak lagi kejahatan-kejahatan yang dilakukan para orang tua terhadap anaknya. 

Tentu saja semua kejahatan yang dilakukan mereka itu bukan tanpa sebab. Tapi dipicu oleh beberapa hal. Seperti masalah perceraian orangtua. Hingga berdampak pada ketidakstabilan emosi. 

Sang ayah atau ibu kadang melampiaskan kekecewaannya pada anak. Begitupun dengan anak merasa tidak diperhatikan, tidak ada lagi rasa sayang, sehingga anak pun kehilangan sosok pelindung baginya.

Hal lain yang memicu kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah ekonomi. Dengan sulitnya kehidupan yang dijalani, ditambah susahnya mencari pekerjaan yang layak, belum lagi biaya hidup yang semakin mahal. Membuat emosi meledak-ledak. 

Akhirnya yang menjadi sasaran adalah keluarga (anak). Namun yang tidak kalah pentingnya dari semua itu karena tidak memiliki keimanan dan ketakwaan pada diri individunya. Sehingga tanpa merasa bersalah atau berdosa mereka tega melakukan tindak kekerasan di luar nalar akal sehatnya. 

Semestinya keluarga menjadi benteng, pelindung bagi para penghuninya. Karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang di dalamnya tinggal individu-individu yang memiliki ikatan darah yang sama. 

Mereka akan hidup dengan penuh kerukunan. Saling mencintai, menyayangi dan mendukung satu sama lain. Namun, gambaran keluarga seperti itu kini hampir hilang, terkikis akibat pemahaman yang rusak, yakni sekularisme yang masih diterapkan negeri ini. 

Sekularisme adalah pemahaman yang memisahkan aturan agama dari kehidupan. Maka wajar, bila dalam keluarga sudah tidak ada lagi tempat aman, tempat berlindung bagi penghuninya. Rasa sayang berubah menjadi emosi yang meluap-luap. 

Ditambah dengan sistem kapitalismenya yang membuat hidup makin sulit. Yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin miskin. Karenanya timbul persoalan-persoalan kehidupan, khususnya di negeri ini. 

Bagaikan benang kusut yang tidak bisa diuraikan kembali, begitulah fakta pahit saat ini yang terjadi. Kekerasan demi kekerasan terhadap anak semakin masif. Hingga benteng keluarga lambat laun semakin rusak.

Islam Menjaga Benteng Keluarga 

Kapitalisme jelas tidak mampu menjaga benteng keluarga, yang ada justru menghancurkannya. Sedangkan Islam adalah agama yang sempurna, bukan hanya mengatur ibadah ritual belaka, tetapi mengatur segala aspek kehidupan manusia. 

Karenanya sistem sahih ini akan mampu menjaganya. Alhasil, setiap muslim akan menjadikan aturan Allah sebagai pedoman hidupnya Kemudian terwujudlah manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah Swt. yang maha Pencipta. 

Manusia akhirnya akan berusaha patuh dalam segala hal, termasuk dalam berkeluarga. Para orang tua dan anak akan memahami semua tanggung jawabnya. Mereka pun saling membantu dan mendukung satu sama lain. Hingga tercipta keluarga yang harmonis dalam ketaatan. 

Pun, negara akan bertanggung jawab terhadap rakyatnya dengan memenuhi segala kebutuhannya. Negara juga memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan dengan gratis. Bila ada masyarakat yang miskin, negara akan menjaminnya melalui pos zakat. 

Begitupun kalau ada yang membutuhkan pekerjaan, Islam akan menyediakan lapangan pekerjaan atau memberikan modal buat usaha. Maka tidak ada satu keluarga pun yang mengalami kesulitan ekonomi. 

Dengan demikian, kondisi keluarga akan kuat, karena hidup dibawah aturan yang benar, yaitu Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:
"Dan Imam (pemimpin) adalah raa'in (pengatur dan pengelola) dan ia dimintai pertanggungjawaban atas orang yang dipimpinnya itu." (HR. Muslim).

Maka hanya Islam satu-satunya yang mampu menjaga benteng keluarga. Oleh karena itu, agar tidak terjadi lagi kekerasan terhadap anak yang berujung pada kematian, sudah saatnya menerapkan Islam kaffah dalam seluruh sendi kehidupan. 

Wallahu a'lam bish shawab.


Oleh: Nuni Toid
Pegiat Literasi dan Member AMK
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar