Topswara.com -- Cina meningkatkan penyediaan dana ke program Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI). Indonesia termasuk salah satu negara yang terlibat dalam program tersebut bahkan Indonesia merupakan penerima investasi terbesar China sekitar US$5,6 miliar.
Xi Jinping mengumumkan negaranya akan menyuntikkan dana lebih dari US$100 miliar atau sekitar Rp1.576,99 triliun (asumsi kurs Rp15.769 per dolar AS) ke program Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/ BRI).
(cnnindonesia.com.2023/10/18)
Investasi Cina di negara-negara berkembang makin merajalela. Hal ini dikarenakan pemerintah sangat tergiur dengan suntikan dana besar. Seperti halnya Indonesia yang sudah menjadi langganan utang kepada negeri Cina.
Pembangunan infrastruktur dan jalanan dari hasil utang ke Cina sudah banyak di Indonesia. Padahal tidak ada satu sisi pun yang membawa keuntungan bagi negara dengan menerima investasi tersebut.
Alih-alih membuat negara maju, yang terjadi makin menurunnya taraf kemakmuran rakyat dan membuat negeri ini semakin tercekik dengan utang.
Bagaimana tidak, selain investasi yang diterima merupakan dana riba yang sistem pembayarannya dengan bunga yang besar, pekerja untuk proyek-proyek BRI juga didatangkan dari Cina.
Investasi dengan negara asing termasuk Cina mengundang bahaya dan mengancam kedaulatan negara. Sungguh keputusan pemerintah untuk menerima dana dari Cina adalah keputusan yang salah dan nekad seperti bunuh diri ekonomi dan politik.
Lambat laun utang akan makin banyak karena bunga dari pembayaran utang tersebut sangat besar. Tidak kah pemerintah berkaca pada Srilanka yang sudah menjual pelabuhan mereka karena tidak dapat membayar utangnya. Begitu juga Indonesia yang memiliki banyak aset kekayaan alam sehingga menjadi sasaran empuk negara-negara kapitalis seperti Amerika dan Cina.
Namun, negara kita lemah sebab penerapan sistem kufur yaitu demokrasi kapitalisme sekularisme sehingga menjadi jalan mulus bagi asing untuk menjajah lewat investasi. Maka benarlah negeri ini akan tetap terjajah dan jauh dari kata merdeka yang sebenarnya.
Dinegeri kita yang makmur, subur dan berlimpah kekayaan alam namun rakyat masih banyak yang kekurangan, hidup dibawah garis kemiskinan dan juga terlantarkan. Mengapa hal ini bisa terjadi? karena negeri ini dikuasai oleh orang-orang yang tidak amanah dan tidak menerapkan perturan sesuai dengan perintah Allah SWT yaitu syariat Islam kaffah.
Islam menetapkan negara sebagai pihak yang mengelola proyek pembangunan dengan dana sendiri. Negara Islam atau yang dinamakan khilafah mempunyai sumber dana yang tepat dan negara islam juga mampu membiayai berbagai proyek karena memiliki sumber pendapatan baitul maal yang sudah ditetapkan oleh syariat.
Diantaranya adalah dari zakat, jizyah, kharaj, usyr, anfal, ganimah, dan harta kepemilikan umum seperti kekayaan alam berupa hasil bumi (spt tambang, nikel, batu bara, batu mulia) dan air akan dikelola oleh negara dan bukan pribadi, swasta atau asing.
Alhasil semua sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan akan dikumpulkan di baitul maal dan akan dipergunakan untuk pembangunan negara atau proyek yang bersifat umum. Maka negara tidak perlu melakukan transaksi utang piutang dan juga menerima investasi asing yang bersifat ribawi dari negara asing yang tentu akan sangat merugikan dan sudah pasti jalan yang tidak diridhoi Allah SWT.
Khilafah juga akan melindungi hak-hak setiap rakyatnya yaitu dengan mengedepankan kebutuhan rakyatnya dalam memenuhi kebutuhan pokok yaitu dengan memberikan pekerjaan pada setiap kepala rumah tangga dan bukan malah memasukkan TKA. Maka dengan terjaminnya lowongan pekerjaan, rakyat akan mudah memenuhi kebutuhan keluarganya.
Sungguh tidak akan mulia dan terpenuhi hak dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan jika penerapan hukum tetap melanjutkan sistem zalim yang jelas gagal ini.
Sistem kapitalisme yang sudah makin nampak kerusakannya dan menyengsarakan rakyat seharusnya cukup untuk membangkitkan kesadaran umat bahwa sudah saatnya kembali kepada aturan Allah SWT yaitu dengan menegakkan kembali daulah khilafah islamiah.
Wallahua'lambiassawwab
Oleh: Yusniah Tampubolon
Aktivis Muslimah
0 Komentar