Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hati-Hati, Beda Tipis antara Pamer dan Bersyukur


Topswara.com -- Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT adalah hal yang patut dilakukan oleh manusia. Mempostingnya di media sosial pun boleh-boleh saja asalkan tidak melenakan kita.

Namun hari ini, didapati banyak aktivitas memposting di platform media sosial untuk tujuan pamer kekayaan, kebahagiaan dan sebagainya demi mendapatkan citra baik di tengah publik, dan ini yang berbahaya dan harus dihindari.

Jangan sampai maksud untuk tasayakur binnikmah malah mendatangkan mudharat bahkan dosa. Apalagi seorang muslim diperintahkan untuk selalu mengutamakan sikap berhati-hati dan wara'.

Terlebih lagi seorang muslimah harus selalu mengutamakan sifat malu, karena kemuliaan wanita itu terletak dari sifat malunya. Jika sudah hilang rasa malunya maka binasalah akhlaknya.

Mengapa hal ini perlu dibahas? Karena seringkali apa yang diposting di media sosial bisa menghantarkan kita pada perbuatan pamer. Seperti memposting kekayaan, kebahagiaan dengan pasangan atau berupa kenikmatan yang diperoleh lainnya. 

Mungkin bagi kita itu merupakan cara bersyukur yang baik. Tetapi memamerkan kebahagiaan berupa rezeki yang didapat dengan cara mempostingnya di sosmed akan membuat orang lain merasa jengah dengan perlakuan kita.

Oleh karena itu, cobalah tahan keinginan tersebut jangan sampai niat awalnya untuk mensyukuri nikmat malah mendatangkan mudharat. Ada beberapa tips agar hasrat untuk memposting di media sosial minimal bisa dikurangi atau dihilangkan sama sekali:

Pertama, ingatlah selalu meskipun kita merasa jauh lebih unggul dari orang lain, tetaplah bersikap rendah hati karena tdak ada manusia di dunia ini yang sempurna. Maka tetaplah merasa rendah hati dengan mengingat bahwa segala pencapaian dan rejeki yang selama ini kita dapatkan hanyalah berasal dari Allah. Lebih baik simpanlah setiap kebaikan yang telah kita lakukan hanya untuk diri kita sendiri.

Mungkin kita gatal ingin menceritakan semua kebaikan kita kepada orang lain, agar mereka tahu betapa hebat dan baiknya kita. Apalagi kita ingin mendapatkan pengakuan dan reputasi yang baik dari lingkungan kita. Tetapi ingatlah apa yang kita ceritakan tentang hal ini justru akan menjurus ke perbuatan pamer yang membuat orang lain merasa jengah.

Kedua, mencoba untuk menciptakan rasa puas yang datang dari lubuk hati, bukan dari hasil pamer pada orang lain. Jika kamu mendapatkan rejeki maka cukup bersyukur kepada Allah SWT dan mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantumu. Maka hatimu jauh lebih puas dengan bersikap sederhana dan tidak berlebihan.

Ketiga, ingatlah selalu banyak orang di sekeliling kita yang tidak seberuntung kita. Jika kita berniat untuk memamerkan sesuatu, atau tergelitik untuk membanggakannya kepada orang lain, cobalah untuk mengingat orang-orang dibawahmu yang kurang beruntung. 

Mungkin kita tidak menyadarinya bahwa sikap memamerkan kelebihan dapat membuat sebagian orang lain semakin terpuruk hatinya karena tidak mendapatkan rejeki seperti yang kita dapatkan.

Keempat, bersikaplah mandiri tanpa menggantungkan diri dari perhatian dan pendapat orang lain. Mandiri bukan hanya dari segi materi, tetapi juga dari segi jiwa. Jiwa yang mandiri adalah jiwa yang menempatkan sumber kebahagiaannya dari dalam hatinya sendiri. Dia tidak akan peduli dengan banyak pendapat negatif orang lain. 

Cobalah untuk membuat jiwamu mandiri dengan tetap merasa bahagia meski orang lain tidak tahu betapa hebat dan beruntungnya kamu.

Kelima, buatlah dirimu sendiri berharga di mata sendiri. Sumber kebahagiaan adalah diri sendiri. Begitupun dengan cara bersyukur yang baik. Harus dimulai dengan hati yang ikhlas dan benar-benar mengucapkan rasa syukur dari dalam hati. 

Mengucapkan rasa syukur dengan cara mempostingnya di media sosial justru dapat menimbulkan pertanyaan seberapa murninya kamu bersyukur kepada Allah. Karena menceritakan kepada orang lain atau malah mempostingnya dapat menjurus ke perbuatan riya dan pamer.

Bersyukur harus dimulai dari hati. Meski sulit melakukannya tanpa orang lain tahu, tapi belajar untuk bersikap sederhana sejak awal justru akan menambah keimanan kita kepada Allah. 

Selain itu, bersyukur dengan cara tidak memamerkannya di medsos juga akan menjaga diri sendiri dari segala fitnah dan sikap dengki dari orang lain.

Semoga kelima tips tersebut bisa memberikan manfaat untuk kita semua agar kita lebih berhati-hati dalam memposting apapun di media sosial. Karena media sosial adalah tempat publik yang di dalamnya manusia dari berbagai belahan dunia berinteraksi. 

Maka, mengutamakan kehati-hatian adalah lebih utama. Bukankah seorang muslim yang baik itu adalah yang selalu berhati-hati dalam segala urusan kehidupannya agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang melanggar syariat-Nya.


Oleh: Emmy Emmalya 
Analis Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar