Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Cinta Pun Butuh Dalil


Topswara.com -- Kata orang, cinta itu buta. Seorang pencinta hanya meluapkan rasa. Rasa hati yang berkobar kepada yang dicintai. Hingga kadang tidak jauh beda dengan orang tidak berakal. Cinta itu full rasa. Cinta tidak butuh dalil. Benarkah demikian?

Tentu saja tidak. Bagi seorang Muslim semua perkara harus diikat dengan akidah dan syariat. Sebab semua perkara ujungnya dihisab oleh Allah. Akhirnya harus dipertanggung jawabkan. 

Sekedar adanya rasa cinta memang tidak butuh dalil. Sebab itu perkara naluriah setiap manusia. Asal manusia itu normal maka pasti punya rasa cinta. Adanya rasa cinta tidak dihisab di akhirat. Hanya saja, kepada siapa cinta harus itu diberikan, berapa kadarnya dan bagaimana cara meluapkan cinta, semua butuh dalil. Paham kan?

Cinta wajib diberikan kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta kepada keduanya wajib paling tinggi dan paling besar. Tidak boleh dikalahkan oleh cinta kepada selain keduanya. Tidak boleh dikalahkan oleh cinta istri, anak, kerabat, kerjaan, harta dan mahluk lainnya.

Surat At-Taubah Ayat 24

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ

"Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Terus, bagaimana cinta itu direalisasikan harus alias wajib pakai dalil. Sebab semua itu terkait halal haram. Terkait amal kita. Yang akhirnya pasti dihisab. 

Realisasi cinta kepada Allah adalah ibadah. Bisa ibadah secara umum berupa semua ketaatan kepada seluruh perintah dan larangan Allah. Bisa ibadah khusus berupa ibadah mahdhah seperti shalat, puasa, zakat, dll. Hal ini pasti butuh dalil. Tidak boleh asal meluapkan cinta terus menghalalkan segala cara.

Cinta kepada Nabi Muhammad SAW pun harus pakai dalil. Meski satu paket dengan cinta kepada Allah namun tetap ada batasan yang berbeda dari keduanya. Hal seperti ini ga mungkin ditentukan oleh akal kan? Pasti pakai dalil. Baik Al-Qur'an, hadis, ijmak sahabat maupun qiyas. Realisasi cinta kepada Nabi Muhammad SAW juga perlu dalil sebab itu semua merupakan ketaatan kepada beliau SAW sekaligus ketaatan kepada Allah.

Surat Ali ‘Imran Ayat 31

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Oleh sebab itu cinta harus pakai dalil. Supaya tidak salah alamat kepada siapa cinta diberikan dan berapa kadar cintanya menurut Allah dan Rasul-Nya. Juga bagaimana cinta itu direalisasikan. Bentuk dan cara mencintai berbeda beda sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya.

Disinilah pengakuan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus dibuktikan dengan cara meluapkan yang benar. Yakni dengan bersungguh sungguh mengimani, mencintai dan mentaati seluruh ajaran Islam secara kaffah. 

Jika ada yang menggebu-gebu mengaku cinta kepada Nabi SAW tetapi enggan mentaati seratus persen ajaran beliau SAW. Bahkan menolak sebagian ajaran Islam. Maka cinta itu palsu. 

Jadi, cinta itu tidak buta. Cinta juga bukan kayak orang gila. Cinta seorang mukmin selalu terikat dengan perintah dan larangan Allah.

Wallahu a'lam. Ngaji yuk![]


Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar