Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bullying Tren Dulu hingga Kini


Topswara.com -- Kasus bullying di Indonesia seolah tidak ada habisnya. Menimpa dunia remaja mulai jenjang SMP hingga SMA. Kasus Mario Dandy (MD) adalah kasus bullying yang sebelumnya sempat viral dan saat ini pelaku telah mendekam di jeruji besi, sedangkan korban mengalami kelumpuhan fisik juga psikis.

Kini bermunculan lagi kasus seperti MD versi kedua yang dilakukan oleh remaja lelaki di Cilacap hingga korban harus dirawat di rumah sakit karena mengalami luka-luka. Mirisnya pelaku ternyata anak yang berprestasi dan hafiz Al-Qur'an. 

Sungguh disayangkan segala prestasi yang diraih tidak mencerminkan akhlak yang sesuai. Dengan aksi yang sudah dilakukan oleh pelaku pun, kepala sekolah di tempatnya malah membela pelaku karena pernah membawa nama baik sekolah dengan sebidang prestasi yang telah diraih. (Viva.co.id, 02-10-2023) 

Tidak hanya di Cilacap, kasus serupa juga terjadi di Bekasi. Dua orang remaja takut kembali ke sekolah setelah dirundung oleh teman sekolahnya meskipun masalahnya sudah diselesaikan. Akan tetapi, hukuman yang diberikan kepada pelaku hanyalah teguran dan saat ini masih dalam penyelidikan. Dari dua kasus ini cukuplah menjadi peringatan bagi Indonesia, bahwa kondisi remaja sedang tidak baik-baik saja.

Padahal hanya karena hal sepele, baik itu asmara ataupun senioritas saja, perundungan hingga kekerasan tak dapat dihindarkan. Dikutip dari Radar Bekasi (06-10-2023), dalam kurun waktu Januari hingga Oktober 2023, Kabupaten Bekasi memiliki kasus kekerasan tertinggi di Jawa Barat yang menimpa perempuan dan anak. Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Bekasi, terdapat total 197 kasus yang terjadi termasuk juga kasus perundungan.

Tren Bullying yang Tidak Disadari

Menilik dari fakta di atas, adalah bukti bahwa bullying seolah menjadi tren. Bahkan tren bullying pun telah menyasar pada anak-anak usia SD. Seperti kasus yang terjadi di Gresik, Jawa Timur, mata seorang siswi SD kelas 2 menjadi buta permanen akibat ditusuk oleh kakak kelasnya (bbc.com, 21-9-2023). Tentu saja kondisi ini adalah tanda bahwa perundungan di Indonesia sudah darurat.

Tanpa kita sadari, justru perundungan sudah mulai tertanam sejak anak masih kecil. Di saat mereka sedang bermain berkelompok dan mengolok-olok teman lain, timbul perasaan paling berkuasa karena memiliki sedikit kelebihan. 

Sementara itu, kontrol orang tua untuk menegur, menasihati, serta memberikan peringatan bahwa apa yg mereka lakukan adalah salah dan termasuk dalam perundungan, sangat minim sekali.

Atau contoh lain, ketika anak-anak sudah memasuki usia balita, bujukan dan ajakan untuk tidak bermain dengan salah satu teman mereka, hanya karena kurang suka di saat usia mereka baru beranjak 3 atau 4 tahun. Yang tanpa kita sadari telah tumbuh bibit-bibit cikal bakal perundungan. 

Terkadang hal ini kurang disadari oleh orang tua. Bahkan ujaran orang tua kepada anak untuk tidak bermain dengan salah satu temannya hanya karena perselisihan antar orang tua, merupakan bagian dari didikan yang tidak untuk dilakukan.

Ini fakta yang terjadi di sekitar kita. Seharusnya menjadi fokus bagi kebanyakan orang tua untuk senantiasa berhati-hati. Mengajari dan membiarkan anak-anaknya untuk merundung dan mengolok-olok orang lain bahkan sampai hinaan-hinaan kecil dengan saling ejek nama orang tua mereka.

Maka saat mereka besar, perilaku yang dilakukan waktu kecil menjadi hal lumrah. Rasa empati pun hilang, sifat egois muncul hingga perilaku kekerasan menjadi pelampiasan di saat kondisi tidak sesuai harapan.

Begitulah kondisi remaja saat ini. Di saat sistem kapitalisme sekuler diadopsi negeri, kasus perundungan dan kekerasan tak dapat dihindari. Sekuler telah menjauhkan prinsip agama dari kehidupan, berfokus pada kesenangan materi, nilai-nilai akhlak pun terabaikan. 

Perundungan Subur dalam Kapitalisme Sekularisme

Sistem sekularisme benar-benar telah menjadikan pendidikan jauh dari dasar agama. Sehingga kepribadian remaja pun berjalan tanpa batas aturan, asalkan kesenangan dan kepuasan dapat mereka rasakan. 

Sistem kapitalisme di Indonesia telah membuat para orang tua sibuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang terasa semakain tinggi. Sementara kebutuhan pendidikan moral anak kurang mendapat perhatian. 

Anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang senantiasa berjibaku dengan ekonomi pailit, didikan orang tua pun hanya terfokus pada kehidupan yang terus dirasa sulit.

Oleh karenanya tidaklah heran, apabila kebanyakan keluarga saat ini hanya berfokus dalam mengatur manajemen keuangan, tapi nihil membuat rencana kurikulum pendidikan bagi anak. 

Banyak orang tua yang seolah lepas tangan, menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada pihak sekolah. Padahal, dasar didikan agama berupa tauhid dan akidah semestinya sudah didapat anak sejak dini dari orang tua.

Orang tua pun berbondong-bondong menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah bergengsi, mengejar fasilitas yang lengkap, yang memiliki segudang prestasi dan fokus pada pendidikan akademik, namun lupa akan pendidikan akhlak dan adab. 

Tampak sangat nyata, bahwa kasus bullying hanya dapat diselesaikan dengan cara sistemik. Karena penyebabnya mencakup semua aspek kehidupan, ekonomi, keluarga, hingga lingkungan.

Solusi Hakiki

Berbeda dengan sistem kapitalisme sekularisme, Islam mempunyai sistem aturan lengkap sebagai petunjuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Islam mengajarkan bagaimana mendidik anak mulai dari buaian hingga mereka besar. 

Sebagaimana dalam hadis “Dari Ayyub bin Musa, dari bapaknya, dari kakeknya, Rasulullah saw bersabda, ‘Tiada pemberian orang tua terhadap anaknya yang lebih baik dari adab yang baik,’” (HR At-Tirmidzi)

Penanaman tauhid dan akidah, adalan pendidikan utama dan paling mendasar yang mesti ditanamkan pada anak. Keimanan kepada Allah SWT. sebagai Pencipta manusia, hakikat penciptaan dan ketundukan total dalam ibadah, serta akan datangnya hari pertanggung jawaban, mesti dijadikan landasan kokoh dalam pendidikan moral. 

Agar anak-anak menyadari bahwa setiap lakunya di dunia, wajib berdasarkan hukum syariat, dan pelanggaran atasnya pasti akan mendapat balasan.

Dalam Islam, pendidikan dibagi dalam batasan usia. Anak, prabalig, dan balig merupakan petunjuk bagi orang tua menentukan pola asuh dan pendidikan bagi anak. Semua tidak terlepas dari akidah dan keimanan. Karena kokohnya akidah yang tertanam pada anak, akan menghasilkan akhlak mulia termasuk sikap saling menghargai terhadap manusia lain.

Dasar ini yang kemudian disebut sebagai kepribadian Islam (syakhsiyah Islamiah). Meliputi pemikiran dari akidah Islam sehingga melahirkan perbuatan dan tingkah laku sesuai Islam. 

Merupakan pendidikan penting yang seharusnya ditanamkan orang tua kepada anak-anak. Sehingga anak-anak akan takut dan enggan melakukan perbuatan yang melanggar aturan Allah. Mereka juga akan berpikir panjang apabila emosi lebih dikedepankan dari pada akal, maka akan menjadi tanggung jawabnya pada hari pembalasan.

Islam pun mempunyai aturan dalam bidang ekonomi. Pengaturan kesejahteraan yang datang dari Allah, pastinya akan menghasilkan kesejahteraan ekonomi yang hakiki bagi masyarakat. Karena kesejahteraan ekonomi adalah salah satu sebab yang akan memberikan dampak ketenangan pada keluarga.

Akan menjadi unfaedah apabila sistem kapitalisme sekuler masih dipercaya mengatur negeri. Oleh sebab itu, sudah saatnya masyarakat wajib melepaskan cengkeramannya dan menggantinya dengan penerapan Islam kaffah agar kasus perundungan menjadi musnah. 

Wallahu’alam bisshawwaab.


Oleh: Rifka Fauziah Arman, A.Md.Farm.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar