Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bullying, Problem Akut Generasi Sekuler

Topswara.com -- Bullying atau lebih biasanya disebut perundungan telah menjadi penyakit yang mengakar pada generasi kita saat ini. Beragam kasus perundungan yang terjadi sampai berakibat kekerasan fisik hingga berujung pada kematian. Seperti yang dialami siswi SMAN 1 Stabat Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang menjadi korban bullying tiga teman sekelasnya nyaris menangis saat hijabnya ditarik di kelas. Aksi bully tersebut sempat viral di media sosial, salah satu pelaku memegang bagian sensitif korban yaitu payudaranya.
(Okezone,18/10/2023).

Federasi Serikat Guru Indonesia( FSGI) meminta Dinas Pendidikan dapat bentuk satgas bullying usai bagikan data perundungan nasional di seluruh satuan pendidikan sepanjang 2023. Pembentukan satuan tugas atau satgas bullying oleh Dinas Pendidikan di tiap Kabupaten/Kota dapat mencegah terjadinya bullying dilingkungan sekolah.

Saat ini, banyak faktor yang menyebabkan tindakan bullying, di antaranya pernah menjadi korban bully, rasa iri, tidak mampu mengontrol emosi, mencari perhatian atau kurang empati. Adanya media elektronik, baik televisi maupun gadget adalah penyumbang terbesar adanya tindakan bullying.

Kita bisa menyaksikan bagaimana program-program televisi baik acara komedi ataupun sinetron yang terlihat lugas dengan aktingnya mengumbar perilaku bullying. Mulai saling ejek, berkelahi, mengancam, menghasut, semuanya tersaji dengan jelas. Alhasil, perilaku bullying menancap kuat dalam memori anak.

Begitu juga adanya game yang tersaji di handphone, tak kalah hebat dalam menyumbang inspirasi perilaku bullying. Aksi-aksi kekerasan dalam game yang biasa dimainkan anak-anak, tanpa sadar telah mempengaruhi perilaku mereka saat bersama temannya. Jadi, tidak cukup hanya membentuk satgas pencegahan bullying kalau faktor utamanya masih menjadi acuan dalam kehidupan.

Virus sekularisme yang mengakar kuat dalam kehidupan saat ini, terutama dalam bidang pendidikan adalah sebab maraknya tindakan bullying antar pelajar. Sehingga kasus bullying semakin akut dikalangan remaja. Program pendidikan karakter yang digagas di sekolah- sekolah ternyata belum mampu membendung Kasus bullying.

Sementara pendidikan agama hanya diletakkan saat pelajaran agama berlangsung, untuk pelajaran lain tak perlu mengkaitkan dengan agama. Alhasil, siswa gagal mengkaitkan keberadaan dirinya sebagai makhluk dari sang pencipta yang akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap perilakunya di dunia.

Saat ini yang dibutuhkan bukan hanya pembentukan satgas anti bullying, melainkan harus adanya negara yang harus menghilangkan virus sekularisme yang selama ini mencengkram segala aspek kehidupan, terutama dalam bidang pendidikan. Harus adanya kurikulum pendidikan yang sesuai dengan akidah Islam agar dihasilkan output peserta didik yang memiliki kepribadian cemerlang, serta jauh dari perilaku bullying. Pemerintah harus melarang stasiun TV yang menayangkan acara kekerasan, serta penghapusan game- game serta konten yang mengajarkan kekerasan.

Kemudian harus ada upaya memperbaiki kondisi lingkungan, jika kondisi lingkungan mempunyai kesadaran tentang penanaman akhlak baik dari orang tuanya dan anak sebagai generasi penerus peradaban Islam. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam membina dan membimbing anaknya agar terbentuk Akhlakul Karimah.

Negara akan senantiasa mengontrol tindakan kekerasan, apabila didapati adanya bullying atau kekerasan lainnya, maka akan diberlakukan sanksi yang tegas. Semua itu dilakukan demi terciptanya masyarakat Islam dan generasi muda yang bertakwa kepada Allah Swt. Wallahu a'lam bishowwab.[]

Oleh: Wakini
(Aktivis Muslimah)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar