Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Benarkah Moderasi Beragama Solusi Persoalan Bangsa?


Topswara.com -- Presiden Joko Widodo atau Jokowi menunjuk Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sebagai ketua pelaksana Sekretariat Bersama Moderasi Beragama. Hal itu tertuang dalam Presiden Nomor 58 tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama. 

Sekretariat Bersama bertugas untuk mengkoordinasikan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan penguatan moderasi beragama di tingkat kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten kota. 

Pelaporan pelaksanaan moderasi beragama pun dilakukan secara berjenjang. Yaqut selaku ketua diminta melapor paling tidak sekali per tahun.

"Menteri sebagai ketua pelaksana Sekretariat Bersama menyampaikan laporan capaian dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 kepada Presiden paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan," bunyi pasal 13 Perpres tersebut sebagaimana dikutip dari laman JDIH Setneg, Sabtu (30/9/2023).tirto.id.

Dalam Perpres yang ditandatangani 25 September 2023 ini, tugas utama Yaqut adalah memperkuat moderasi agama. Perpres tersebut menekankan terhadap cara pandang dan praktik beragama secara moderat untuk memantapkan persaudaraan dan kebersamaan umat beragama.

Benarkah moderasi beragama solusi masalah negeri?

Masalah negeri ini sangatlah banyak, dari A hingga Z, tetapi mengapa hanya moderasi beragama yang menjadi fokus dari pemerintah itu sendiri, bukankah banyak permasalahan lain yang membutuhkan penyelesaian? 

Diantara banyaknya permasalahan salah satunya adalah tingginya kemiskinan dan stunting, angka nasional kemiskinan ekstrem, menurut BPS, pada Maret 2022 sebesar 2,04 persen atau 5,59 juta jiwa, menurun dari data Maret 2021 yang sebesar 2,14 persen atau 5,8 juta jiwa. 

Sedangkan angka stunting 2022, menurut SSGI, 21,6 persen, turun dari 2021 sebesar 24,4 persen. tercatat angka kemiskinan dan stunting di Indonesia masih tinggi, KEMENKO PMK.COM. Walaupun ada berdasarkan data di atas menurun, bahkan di sejumlah daerah pusat ibu kota dan beberapa daerah lain cukup tinggi.

Selain itu rusaknya generasi, tingginya kekerasan di Indonesia sangatlah mengkhawatirkan, tercatat penelitian yang dilakukan oleh Reckitt Benckiser Indonesia lewat merek alat kontrasepsi Durex terhadap 500 remaja di lima kota besar di Indonesia menemukan, 33 persen remaja pernah melakukan hubungan seks penetrasi. 

Dari hasil tersebut, 58 persennya melakukan penetrasi di usia 18 sampai 20 tahun. Selain itu, para peserta survei ini adalah mereka yang belum menikah (liputan6.com). jakarta 23/11/2008.

Sedangkan remaja korban narkoba mencapai 1,1 juta atau 3,9 persen. Data tersebut diambil pada tahun 2008, dengan mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia. Data Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta menyebutkan pelajar SD, SMP, dan SMA yang terlibat tawuran mencapai 0,08 persen atau sekitar 1.318 siswa dari total 1.647.835 siswa DKI Jakarta. 

Bahkan, 26 siswa diantaranya meninggal dunia. Persoalan remaja saat ini tidak sampai disitu saja, akhir-akhir ini banyak bermunculan kasus tentang siswa yang melawan gurunya. Bahkan sampai ada yang tega menganiaya gurunya sendiri sampai meninggal, seperti yang terjadi di Madura. Hal ini tentunya sudah kelewat batas, tidak ada lagi rasa hormat dan etika yang tertanam pada diri siswa tersebut.

Konflik horizontal antar umat beragama hanya sebagian kecil saja, yang di anggap besar karena ada kepentingan di dalamnya, dan bukankah Islam itu rahmatan lil'alamin! Yaitu rahmat bagi seluruh alam, jadi konflik yang di permasalahkan itu hanya untuk umat Muslim, segala sesuatu yang berhubungan dengan umat Muslim seakan.

Menjadi sorotan, sedangkan jika terhadap agama lain seakan tidak begitu kerasnya aturan tersebut. 

Moderasi beragama justru akan menambah persoalan di tengah umat, moderasi beragama sendiri adalah pemahaman keagamaan secara moderat. 

Paham ini tidak begitu saja muncul, melainkan lahir dari pandangan keagamaan yang sesuai dengan perspektif sekuler. Istilah ini dibuat oleh Barat untuk membuat perlawanan pada umat Islam yang ingin menjalankan Islam secara kaffah. 

Untuk itu umat Islam tidak boleh main-main terhadap masalah moderasi beragama ini, karena ini merupakan proyek luar biasa yang di aruskan oleh kafir Barat dan sekutunya untuk menghalangi umat Islam dan lahirnya untuk memusuhi umat Muslim itu sendiri. 

Jika ini di biarkan bukan tidak mungkin permusuhan antar agama dan bahkan dengan sesama Muslim pun akan saling menjatuhkan. 

Untuk itu solusi tuntas dalam permasalahan ini adalah dengan di terapkan nya Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan, dan mendakwahkan nya keseluruh umat di dunia, sehingga Islam kaffah di emban bukan hanya individu tapi juga di terapkan oleh negara. 

Wallahu'alam bishawab.


Oleh: Ade Siti Rohmah
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar