TopSwara.com -- Menarik sekali tema yang diusung pada hari santri tahun ini. Sangat klop dengan kondisi dunia yang sedang memanas akibat serangan brutal Israel yang membombardir Palestina. Tahun ini temanya "Jihad Santri Jayakan Negeri" dan untuk Sumedang ditambah frasa "Lawan kemiskinan dan stunting". Meski temanya menarik, dan dalam pidato sambutan di upacara hari santri presiden menyinggung tentang perang Palestina, namun sama seperti tahun kemarin titik beratnya tetap pada ekonomi. Melalui berita yang viral di medsos dan tv presiden menegaskan akibat dari perang tersebut berpengaruh pada terpuruknya ekonomi. Oleh sebab itu diharapkan para santri yang jumlahnya cukup banyak dan tersebar di banyak pesantren di Indonesia, bisa ikut membangkitkan ekonomi negeri dengan berbagai kerja nyata termasuk melawan kemiskinan dan stunting.
Memang sejak ditetapkannya sebagai hari santri pada 2015, yaitu berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) 22/2015 tentang Hari Santri Nasional, peringatan setiap tahunnya selalu berganti tema. Tahun kemarin tema yang diangkat adalah “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”, dimana santri harus mendarmabaktikan segenap jiwa dan raganya bagi tanah air. Meski dalam realisasinya para santri dianjurkan untuk menabung dan membuka rekening baru. Santri juga dituntut untuk mandiri dari segi ekonomi dengan berbagai program yang diadakan di pondok pesantren, salah satunya One Pesantren One Produk (OPOP). Dengan OPOP diharapkan dapat meringankan beban negara karena tidak harus memberikan dana bantuan operasional bagi pesantren.
Sungguh bertentangan dengan sejarah hari santri itu sendiri. Sebenarnya Hari Santri ditetapkan sebagai penghargaan terhadap para santri yang telah berjuang mengusir penjajah dari bumi nusantara melalui Resolusi Jihad yang dipimpin oleh K.H. Hasyim Ashari (Rais Akbar Nahdlatul Ulama) pada 22 Oktober 1945 yang berhasil mengumpulkan seluruh kiai dari Jawa dan Madura di Surabaya, untuk menghalangi niat tentara Sekutu (Inggris) yang diboncengi Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang ingin menduduki Indonesia kembali dengan melancarkan Agresi Militer Belanda II dimana pertemuan tersebut menghasilkan Resolusi Jihad, yang isinya adalah kewajiban kepada seluruh umat Islam yang tinggal dalam radius 94 km untuk berperang melawan penjajah, sedangkan seluruh umat Islam yang tinggal lebih dari radius 94 km berkewajiban membantu dalam bentuk material.
Inilah kekuatan yang sebenarnya. Kekuatan yang berasal dari akidah Islam, bukan asas kesukuan, fanatisme, ataupun nasionalisme. Akankah peringatan Resolusi Jihad sesuai dengan awal peringatannya yang dimaknai dengan jihad yang sebenar-benarnya jihad sebagaimana terdapat dalam Al-Quran dan As-sunnah, yaitu dengan perang fii sabilillah mengangkat senjata dan mengerahkan segenap kemampuan demi menegakkan agama Allah? Atau malah dimaknai dengan aksi ala Islam moderat?
Sungguh sangat disayangkan jika peran santri dikebiri dengan hanya sebatas penggerak ekonomi atau hanya sebatas menjaga NKRI. Karena sesungguhnya tugas santri sebagaimana tugas muslim keseluruhan adalah menerapkan aturan Allah di seluruh aspek kehidupan termasuk ekonomi, tapi bukan menjadi penggerak ekonomi seperti saat ini. Melalui ilmu yang digali para santri, diharapkan akan lahir para pakar ekonomi syariah lengkap dengan pakar hukum ekonomi syariah sehingga akan tercipta suasana ekonomi islami yang diridhai dan jauh dari praktek ribawi.
Pertahanan yang diberikanpun bukanlah melanggengkan sekat nasionalisme, tetapi menghapusnya dan menjadikan muslim di seluruh dunia bersatu dalam satu pemimpin dan pemerintahan yang sama, yang juga menerapkan sistem pemerintahan yang sama, yaitu sistem Islam. Sehingga akan terasa benar ukhuwah antara sesama muslim. Karena sesungguhnya sesama muslim itu bersaudara, sehingga ketika ada muslim yang teraniaya apalagi terjajah dengan serta merta akan ditolong tanpa memandang perbedaan bendera dan lagu kebangsaan.
Memang tugas utama santri adalah mengkaji. Tapi bukan untuk dijadikan koleksi. Santri belajar untuk diajarkan kembali kepada yang lainnya agar ilmu yang didapat akan lebih bermanfaat. Santri juga tidak hanya harus sholih sendiri tetapi juga harus bisa mensholihkan orang disekitarnya hingga ke seluruh pelosok dunia. Inilah makna Islam rahmat bagi seluruh alam.
Tidak salah memang merayakannya dengan lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), yang salah adalah ketika pembacaannya dibaguskan tapi pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari ditiadakan. Bila diibaratkan, ketika kita mendapat surat dari orang yang kita hormati atau kita cintai, kita baca surat tersebut berulang-ulang bahkan kita adakan lomba membaca surat terindah dan termerdu. Tapi kita abai terhadap isi surat tersebut. Banyak perintahnya yang tidak kita laksanakan, sebaliknya banyak larangannya yang masih kita langgar. Gerangan apa yang akan kita dapatkan dari orang terhormat atau tercinta tadi?
Sejatinya keadaan saat ini bertepatan dengan moment peringatan hari santri, mampu mengulang resolusi jihadnya Rasulullah yang diteruskan oleh para sahabat dalam membangkitkan dan menyatukan umat menuju tegaknya agama Allah, bukan hanya di tanah air melainkan di seluruh penjuru dunia termasuk Palestina.
Wallahu'alam bishshawab.
Oleh: Imas Royani, S.Pd.
Aktivis Muslimah
0 Komentar