Topswara.com -- Founder Cinta Qur’an Ustaz Fatih Karim (UFK) mewujudkan mimpinya membangun masjid di Jepang, berharap Nabi tersenyum bangga kepadanya saat ia wafat.
“Memang ini sudah dream lama saya. Saya pingin bangun masjid di sana. Kenapa? Supaya kalau saya wafat, Nabi senyum, Nabi bangga,” tuturnya di YouTube Cinta Qur’an TV, dalam tema Cahaya Qur’an dari Timur, pada Kamis (14/9/2023).
UFK menyatakan, Jepang adalah negara yang paling ia sukai untuk dikunjungi, setelah Makkah dan Madinah. Sebab, banyak spirit dahsyat yang bisa ditemukan di sana. Selain itu, menurut UFK Jepang memiliki kultur Islam. Sehingga tinggal diformat ulang saja, akan menjadi islami.
“Mereka ini negara yang pernah dibom, dengan korban 200 ribu lebih meninggal dunia. Mungkin tujuh turunan kena radiasinya. Tetapi mereka menjadi negara bangsa yang paling besar, bahkan yang mengutangi Indonesia nomor satu itu Jepang. Jadi Indonesia ini berutang paling besar itu justru pada Jepang. Mereka menjadi negara teknologi terbaik dunia. Kereta api tercepat mereka punya. Gedung tertinggi di dunia mereka punya. Jadi mereka ini punya bakat baik untuk Islam, “ ungkapnya.
Ia menambahkan alasan memilih Jepang untuk mengembangkan dakwahnya, yang diawali dengan membangun masjid. Yaitu, melanjutkan risalah Baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Masjid yang Ia bangun, akan menjadi pusat penyebaran Al-Qur’an dan Sunnah yang merupakan warisan Rasulullah SAW.
“Nabi mungkin enggak sampai ke Jepang. Tapi, Nabi mewariskan Al-Qur’an dan Sunnah. Dan itu kita yang melanjutkannya. Mudah-mudahan ini mampu mengukir senyum di wajah Nabi, sehingga kita dibanggakan oleh Nabi, disebut-sebut di Arsy Allah, sebagai hamba-hambaNya yang melanjutkan risalah Baginda Nabi shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Itu ji, kenapa kemudian kita harus bangun di sana,” urainya.
Selanjutnya UFK juga menguraikan alasan-alasan lain yang mendorongnya untuk membangun masjid di Jepang. Ia memaparkan posisi Jepang yang berada di belahan dunia paling timur, sehingga waktu sholat pertama ada di Jepang. Azan berkumandang di dunia paling dulu waktunya adalah di Jepang. Namun, saat ini jumlah Muslim di Jepang masih sangat sedikit. Hanya sekitar 0,01 persen, enggak sampai 300 ribu jumlah Muslim di sana.
“Bayangkan ya, kalau mereka sendirian dikepung dengan kejahiliahan. Mana mungkin kita diam. Matahari pertama kali terbit itu di Jepang. Yang pertama kali azan itu mereka. Kita itu kesiangan ya. Jadi kalau salat subuh Indonesia ini, kesiangan kata mereka. Kenapa? Kami duluan Salat. Tetapi sayang, di sana masih banyak belum shalat. Maka dari situ kami terdorong, kayaknya kita harus punya masjid di tempat azan pertama kali dikumandangkan,” paparnya.
Lebih jauh UFK membeberkan beberapa kultur masyarakat Jepang yang ternyata sejalan dengan syariat Islam. Misalnya, bagaimana masyarakat Jepang sangat disiplin, selalu on time, menjaga kebersihan, memenuhi akad yang telah dibuat.
“Kemarin kita dapat informasi, pesawat terbang dunia terbaik, tercepat, on time, itu pesawat Jepang. Bayangin! Dunia! Jadi bukan Inggris, bukan Amerika, tapi Jepang,” ujarnya.
UFK juga menceritakan kejadian yang ia alami saat di stasiun kereta api dan bermaksud membeli minuman. Sebagaimana kebiasaan di Indonesia, ia membuka tutup kemasan minuman untuk meminum isinya sebelum dibayar. Namun, ia mendapat teguran dari orang Indonesia yang sudah tinggal di Jepang yang menjelaskan bahwa tindakannya salah, bahkan bisa dilaporkan dan ditangkap polisi.
“Saya bilang, oh ini kan syariatnya Islam. Barang yang belum sah kepemilikannya enggak boleh dibuka. Saya bilang, terus gimana? Sudah, enggak apa-apa. Lain kali jangan, Ustaz! Ini Jepang, bukan Indonesia. Digituin,” kisahnya.
Selanjutnya UFK menunjukkan contoh keunggulan Jepang dalam hal menjaga kebersihan. Tercermin dari kondisi toilet di ruang publik yang selalu terjaga dalam keadaan bersih dan harum. Fakta ini sungguh menohok keadaan negeri-negeri Muslim yang tidak bisa menunjukkan budaya bersih. Padahal Islam sangat memperhatikan kebersihan, bahkan mengaitkan kebersihan dengan iman.
“Jadi Islam itu ada di sana (Jepang). Kemudian toiletnya. Saya kalau ke Jepang yang saya kangenin apa? Toiletnya. Ah stress Ustaz. Masa ke Jepang kangen toilet. Silakan nanti main ke sana . Toiletnya itu seakan-akan baru terus. Pusing saya, bener. Itu toilet bersih banget. Saya bilang, bisa tidur di tempat toilet kali. Dan bandingkan toilet kita. Padahal sebagian dari iman, tanda seseorang itu iman adalah kebersihan. Tapi umat Islam itu ya, wah ampun dah,” ujarnya.
Beberapa kultur Jepang yang sejalan dengan Islam, menurut UFK antara lain adab orang Jepang yang sangat berhati-hati terhadap tetangga, tidak mau melakukan sesuatu yang akan mengganggu tetangga. Kemudian budaya malu yang tinggi. Diceritakan bahwa ketika perdana menteri Jepang diduga melakukan korupsi, dia langsung mengundurkan diri, sekalipun belum jadi tersangka apalagi terbukti.
"Pernah ada tsunami besar, gempa besar. Itu membagikan makanan, mereka ngantri. Nunggu giliran makanan, ngantri. Padahal dalam keadaan lapar. Padahal mereka dalam keadaan butuh. Mereka ngantri. Bandingkan kita bagi qurban. Itu diinjak kepala, demi satu kilo daging. Luar biasa,” kata UFK.
UFK menjelaskan bahwa untuk membangun masjid di Jepang ini butuh biaya yang sangat besar. Ia pun mengajak umat Muslim untuk ikut berpartisipasi dalam proyek amal ini. UFK juga memotivasi para santri Cinta Qur’an Center untuk belajar sungguh-sungguh dan bisa turut serta dalam pengembangan dakwah Islam di Jepang.
“Mudah-mudahan masjid kita bisa selesai di sana, dan semua santri, ingat ya Nak! Ini komitmen Ustaz, kalian yang terbaik di sini akan dikirimkan menjadi imam di sana. Masya Allah, dan akan melanjutkan Cinta Quran Center di Jepang ya. Dan ini tadi barusan beberapa pengusaha Jepang sudah nunggu ketemu di sana. Kalian akan Ustaz kirim ke sana. Jadi yang terbaik! Ingat ya! Makanya berlomba jadi yang terbaik, Insya Allah,” pungkasnya. [] Binti Muzayyanah
0 Komentar