Topswara.com -- Salah satu bentuk adab murid kepada guru adalah rajin hadir di majelis ilmu yang diampu guru. Ini juga salah satu bentuk penghormatan kita kepada beliau. Guru kita. Jika bukan sebab uzur syari misalnya sakit maka jangan sekali-kali kita tidak hadir.
Mengkaji ilmu pada satu kitab yang kita kaji rutin pekanan misalnya memang tidak mudah. Ini membutuhkan niat ikhlas dan kesungguhan baik dari guru maupun murid agar tetap terlaksana dengan baik. Kajian yang runut tersebut wajib kita hadir rajin terus tiap pekan agar kita paham isi kitab secara utuh.
Disisi lain, kita mesti juga paham bahwa bukan hal mudah bagi guru kita untuk hadir di majelis itu. Banyak perkara yang harus beliau korbankan bukan? Sementara beliau hadir tidak minta dijemput. Tidak dikasih uang transport. Bahkan tidak minta ditraktir makan. Tidak ada gaji. Tidak ada uang bensin. Beliau hadir semata mata menjalan kan tugas dari Allah untuk mengajarkan ilmu membina kita muridnya. Agar kita, muridnya, paham ilmu dan siap juga berdakwah.
Betapa sedih hati guru kita jika beliau datang ternyata murid tidak hadir, tidak ada kabar. Tidak ada pemberitahuan sekedar mohon izin. Tidak ada kabar apapun. Seolah guru itu tidak ada. Seolah guru tidak penting sama sekali. Ya Allah. Ampunilah kami.
Lihat contoh dari para ulama terdahulu bagaimana semangat mereka dalam merutinkan menghadiri majelis ilmu pada guru-guru mereka.
Abul Hasan Al-Karkhi berkata, “Aku punya kebiasaan menghadiri majelis Abu Khazim setiap Jumat. Keesokan harinya di hari Jumat ternyata kosong, namun aku tetap menghadirinya agar tidak mengurangi kebiasaanku untuk menghadiri majelis tersebut.” (Al-Hattsu ‘ala Thalib Al-‘Ilmi karya Al-‘Askari, hlm. 78).
Wahb bin Jarir dari bapaknya, ia berkata, “Aku sudah pernah duduk di majelis Al-Hasan Al-Bashri selama tujuh tahun. Aku tidak pernah absen walau satu hari pun. Aku punya kebiasaan puasa, lalu aku mendatangi majelis beliau.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 6: 362).
Qatadah bin Da’amah As-Sadusi, ulama di kalangan tabi’in yang lahir dalam keadaan buta. Ia adalah di antara murid Anas bin Malik. Para ulama yang ada ketika itu biasa mengambil ilmu dari Anas pada pagi dan petang hari. Ada yang menghadiri majelis di pagi hari lantas pergi. Yang datang di pagi hari memberitahukan ilmu pada orang-orang yang hanya bisa hadir di petang hari. Suatu saat Anas telat hadir pada majelis sore. Lantas Qatadah membawakan pelajaran pada orang-orang yang hadir di sore hari mengenai hadis yang ia peroleh di pagi hari. Ketika Anas menyimak apa yang disampaikan oleh Qatadah, ia melihat bagaimana bagusnya hafalan Qatadah dan ia pun begitu takjub dengan kecerdasannya. Lantas ia pun menepuk tangan Qatadah lantas berkata, “Berdiri, wahai Qatadah (dipanggil dengan panggilan ‘Ya Akmah’, artinya ‘wahai si buta’, pen.), aku baru saja mengambil ilmuku sendiri darimu.” (Ma’alim fi Thariq Thalab Al-‘Ilmi, hlm. 52-53)
Ini tanda orang yang semangat hadiri majelis ilmu, maka kelak ia akan menuai hasil kerja kerasnya.
Dari Abu Ad-Darda’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ø¥ِÙ†َّÙ…َا الْعِÙ„ْÙ…ُ بِالتَّعَÙ„ُّÙ…ِ، ÙˆَØ¥ِÙ†َّÙ…َا الْØِÙ„ْÙ…ُ بِالتَّØَÙ„ُّÙ…ِ، Ù…َÙ†ْ ÙŠَتَØَرَّÙ‰ الْØ®َÙŠْرَ ÙŠُعْØ·َÙ‡ُ، ÙˆَÙ…َÙ†ْ ÙŠَتَّÙ‚ِ الشَّرَّ ÙŠُوقَÙ‡ُ
“Sesungguhnya ilmu didapatkan dengan belajar dan sesungguhnya hilm (kesabaran dan ketenangan) didapat dengan terus melatih diri. Barangsiapa berusaha untuk mendapat kebaikan, maka Allah akan memberikannya. Barang siapa yang berusaha untuk menghindari keburukan, niscaya akan terhindar darinya.” (HR. Ad-Daruquthni dalam Al-Afrad).
Sebagai bentuk terimakasih dan hormat kita kepada guru kita yang begitu tulus membina kita maka rajin hadir ngaji itu terasa ringan. Bahkan kita akan begitu gembira saat jadwal ngaji tiba. Sebab kita bisa berjumpa hamba-hamba Allah yang mulia. Guru kita dan sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu kita rindukan.
Apalagi menuntut ilmu adalah jalan ke surga. Rajin yuk Sobat. Selamat berjuang![]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar