Topswara.com -- Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di India, Presiden RI Joko Widodo memaparkan bahwa sebagai ketua ASEAN, Indonesia akan terus berupaya menjadikan ASEAN sebagai jangkar stabilitas kawasan yang mempunyai kebiasaan dialog dan kooperatif di Indo-Pasifik dalam rangka menjadikan safe house sebagai penetral permasalahan dunia.
Lebih lanjut ia juga mengajak seluruh negara agar bersama-sama menciptakan stabilitas global, yaitu dengan menghentikan peperangan, berpegang pada hukum internasional, dan bersama-sama menciptakan inklusifitas. (news.republika.co.id, 10 sep 2023).
Kita pasti setuju rasa aman akan dirasakan ketika keadaan bebas dari bahaya, bebas dari gangguan, bebas dari rasa takut, tentram dan terlindungi. Namun, apakah keadaan tadi dengan mudah kita dapatkan?
Saat ini dimanapun di seluruh dunia manusia jauh dari hidup tentram. Orang- orang kerap dihinggapi rasa was-was, ketakutan tentang sesuatu yang mungkin saja terjadi dan menimpanya.
Entah itu takut dengan kejahatan sesama manusia, takut tidak terpenuhi kebutuhan, dan ketakutan yang lainnya. lantas kemanakah kita bisa berlindung dan mendapatkan rasa aman?
Dalam kondisi saat ini terwujudnya keamanan dunia mungkin terdengar utopis, bak mimpi di siang bolong. Sistem kapitalisme yang saat ini mencengkram dan mengatur dunia tidak menjamin keamanan bagi seluruh manusia.
Sistem kapitalisme menempatkan materi sebagai standar kebahagiaan, dalam sistem ini manusia baru akan merasakan kepuasan dan bahagia ketika ia memperoleh kesenangan duniawi.
Tidak ayal standar ini pula juga yang mendorong negara-negara pengusung ideologi ini untuk mencari keuntungan materi sebanyak mungkin.
Sejak ideologi kapitalisme lahir, lahir pula negara- negara penjajah yang menjelajahi dunia untuk menguasai bangsa lain dan merampas kekayaan alam nya. tidak terkecuali di Indonesia.
Tidak lekang dari ingatan ketika mempelajari sejarah bagaimana slogan penjajah tatkala menginvasi negeri ini. Mereka merampas kekayaan (gold), haus akan kejayaan (glory) dan menyebarkan agama (gospel) namun yang kentara dalam aksi penjajahan mereka adalah nengeruk kekayaan tanah jajahan dan memperoleh kekuasaan.
Tidak hanya itu, kapitalisme dengan ide sekulerisme-nya (pemisahan agama dari kehidupan) menjadikan para penjajah semakin beringas. Dengan akal dan hawa nafsu mereka berupaya menjadikan dunia ada dalam genggaman.
Bisakah berharap pada hukum internasional?
Kita membutuhkan pengkajian lebih mendalam mengenai pernyataan bahwa dunia akan aman jika semua pihak senantiasa berpegang pada hukum internasional.
Seperti kita ketahui bahwa hukum internasional yang berlaku saat ini sarat akan intervensi negara Adidaya yaitu Amerika Serikat. Kita kenal betul Amerika Serikat adalah negara pengusung kapitalisme yang notabene juga menyebarkan ideologi kapitalisme ke seluruh dunia.
Maknanya, hukum internasional yang berlaku saat ini tidak lain adalah seperangkat aturan yang memberi keuntungan bagi negara kapitalis sekaligus sebagai alat intervensi mereka kepada negara lain.
Kita bisa melihat betapa kontrasnya penerapan hukum internasional dalam menyelesaikan persoalan dunia. contohnya ketika terjadi peristiwa 9/11 mereka dengan mudah langsung menjadikan kaum muslim sebagai tertuduh dan menyematkan label teroris.
Namun ketika dihadapkan pada kasus penyerangan Israel terhadap warga Palestina mereka seketika bungkam. Ketikapun ada riak- riak suara membela hanya cukup dengan mengecam dan solusi dua negara.
Hidup di alam kapitalisme menjadikan rasa tidak aman bukan hanya menghantui penduduk di wilayah konflik. Di negara yang jauh dari konflik seperti Indonesia pun masyarakat sejatinya masih mencari dimana rasa aman itu.
Kehidupan yang sulit dan kemiskinan tidak jarang menjadikan kejahatan semakin tumbuh subur. Kini orang-orang bukan hanya merasa terancam dengan tindak kriminal, mereka juga terancam tidak dapat memenuhi kebutuhan dan hidup layak karena pekerjaan sulit didapat.
Yang bekerja pun tak terlepas dari rasa khawatir karena ternyata gaji yang didapat tidak cukup untuk menutupi biaya hidup. Orang yang tipis keimanan bahkan tidak ada keimanan ditambah ditunggangi dengan hawa nafsu dan pikiran rakus akibat terpapar paham kapitalisme sekularisme dengan mudah terperosok dalam kemaksiatan dan tindakan kejahatan. Jelaslah semua problem ini menyebabkan dunia tidak dalam keadaan aman.
Islam menjaga perdamaian dunia
Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bagaimana Islam ketika diterapkan sebagai Ideologi mampu menjaga perdamaian di dunia. Selama 13 abad memimpin peradaban manusia, Islam dengan kekuatan ideologinya dan penerapan aturan syariat yang diterapkan mampu meyebarkan rahmat untuk seluruh alam.
Peperangan yang dilakukan kaum muslim saat itu semata-mata hanya untuk membebaskan penghambaan manusia kepada selain Allah. Kaum muslim mengangkat senjata untuk mengentaskan kezaliman dan ketidakadilan.
Dalam Islam, aturan mengenai peperangan telah diatur jelas dalam syariat. Tentara Islam tidak boleh membunuh kaum lemah seperti wanita, anak- anak dan orang tua. Mereka tidak boleh menimbulkan kerusakan alam, lingkungan, membahayakan binatang, merusak tumbuhan, pepohonan dan rumah- rumah warga sipil.
Tentara Islam hanya boleh membunuh tentara atau pemimpin musuh yang zalim. Apabila dalam futuhat suatu daerah dengan rela langsung menerima Islam, maka kaum Muslim akan menyebarkan Islam dengan damai tanpa peperangan.
Selain dari itu, penerapan aturan Islam yang menyeluruh dan sempurna oleh institusi negara yang tertuang dalam sistem pemerintahan, ekonomi, politik, sosial, pendidikan dan peraturan persanksian menjadikan masyarakat merasakan keamanan karena buah dari penerapan aturan Islam oleh pemerintah yang menciptakan penjagaan terhadap warga negaranya.
Diantaranya adalah penjagaan akidah, penjagaan nyawa, penjagaan kehormatan, penjagaan nasab (keturunan), penjagaan harta, penjagaan akal, serta penjagaan negara. Islam dengan ideologi dan syariat nya mampu menghadirkan rasa aman untuk seluruh mahluk di dunia.
Wallahu 'alam bishawab.
Oleh: Sely Nuramalia
Aktivis Muslimah
0 Komentar