Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kering Kerontang


Topswara.com -- Ini kondisi sawah belakang rumah. Sudah sekitar dua bulan nyaris tidak ada hujan. Kecuali beberapa kali hujan yang tidak cukup membasahi tanah. Air yang merupakan sumber kehidupan tidak mencukupi. 

Pohon melayukan daun. Hingga daun kering berguguran menumpuk. Sudah beberapa kali saya sapu dan bakar dedaunan. Sekarang masih numpuk lagi. Rumput pun habis tidak tampak lagi sama sekali. 

Manusia juga bisa mengalami kondisi mirip begitu. Yakni jika maksiat dan dosa lebih dominan daripada amal shalih. Ibarat diri lebih banyak minum racun daripada makanan bergizi. Maka manusia jadi limbung. Sempoyongan nyaris tumbang. Hati menjadi keras. Tidak lagi peka dengan sapaan Allah. Yang ada adalah rasa penat, capek, bosan, tidak semangat beramal shalih. sementara makin menikmati dan nyaman dengan maksiat. 

Seperti ungkapan para ulama:

الجزاء الحسنة الحسنة بعده الجزاء الشيعة الشيعة بعده
 
Ganjaran kebaikan adalah kebaikan sesudahnya, dan ganjaran keburukan adalah keburukan sesudahnya

Oleh karena itu fenomena ahli maksiat akan lebih mudah lagi bermaksiat pada waktu berikutnya. Demikian pula ahli amal shalih adalah akan lebih mudah beramal shalih pada masa berikutnya. 

Hal ini sesuai dengan hadits Qudsy Rasulullah SAW bersabda:

 عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّـهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِنَّ اللهَ تَعَالَـى قَالَ : مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ».

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” Kelengkapan hadis ini adalah: 

وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِيْ عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ 

Aku tidak pernah ragu-ragu terhadap sesuatu yang Aku kerjakan seperti keragu-raguan-Ku tentang pencabutan nyawa orang mukmin. Ia benci kematian dan Aku tidak suka menyusahkannya. 

(Hadis ini shahih. Diriwayatkan oleh Imam Bukhâri, no. 6502; Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ‘ , I/34, no. 1; al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubra, III/346; X/219 dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 1248, dan lainnya Setelah membawakan hadits ini, al-Baghâwi rahimahullah mengatakan, “Hadis ini shahih.”) . 

Dalam hadis ini jika seorang hamba melakukan ketaatan yang wajib ditambah yang sunnah hingga menjadi kekasih Allah maka Allah akan menjaga pendengaran, penglihatan, tangan, dan kakinya hingga jauh dari maksiat. Demikian kurang lebih penjelasan Imam Baihaqi. 

Oleh karena itu Sobat, marilah kita bersegera dalam melakukan ketaatan. Dan bersegera pula meninggalkan maksiat. Sehingga hati kita hidup bagaikan tanah subur yang menopang kehidupan pepohonan. Menjadi hijau rindang dan asri. 

Jangan sampai kita menjadi manusia yang dihukum Allah dengan menjadi penikmat maksiat. Karena hati yang keras dan tandus. Bagaikan tanah kering kerontang yang tidak mampu menopang hidupnya tanaman. Na'udzubillah min dzalika.[]


Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar