Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kekeringan di Negeri yang Subur


Topswara.com -- Air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi seluruh makhluk hidup. Negara Indonesia sangat kaya akan sumber air. Namun akhir-akhir ini Indonesia mengalami cuaca yang panasnya ekstrim, yang menyebabkan musim kemarau panjang sehingga kekeringan terjadi di beberapa wilayah. 

Selain kekeringan dan krisis air bersih, sebagian wilayah sering terjadi kebakaran hutan lahan. Yang terbaru di Jawa Barat kekeringan melanda beberapa wilayah misalnya di Kota Banjar, Kabupaten Bogor, bahkan yang terbaru di Kabupaten Sumedang. 

Kabupaten Sumedang menetapkan siaga bencana. Penetapan status siaga darurat bencana di musim kemarau ini, ditetapkan melalui Keputusan Bupati Sumedang Nomor 297 tahun 2023 tentang Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan dan karhutla di Kabupaten Sumedang tahun 2023.

Sebagaimana disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang Atang Sutarno, di ruang kerjanya, Jumat,25/8/2023.
sesuai Keputusan Bupati Sumedang, status siaga darurat bencana kekeringan dan karhutla di Kabupaten Sumedang ini, akan diberlakukan sampai tanggal 31 Oktober 2023 (kabar-priangan.com, 25/08/2023).

Bencana kekeringan itu terjadi karena gejala alam juga bisa terjadi karena ulah manusia itu sendiri sebagaimana dalam firman Allah surat As Syu'ara ayat 151-152
26:15.

وَلَا تُطِيْعُوْٓا اَمْرَ الْمُسْرِفِيْنَ ۙ - ١٥١

"Dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melampaui batas"(QS 26:151)

الَّذِيْنَ يُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ وَلَا يُصْلِحُوْنَ - ١٥٢

"Yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak mengadakan perbaikan"(QS 26:152).

Sungguh miris, kenapa di negara yang subur ini bisa terjadi kekeringan, padahal kita kaya akan air? Seperti telah disinggung tadi bahwa bencana kekeringan selain karena fenomena gejala alam juga terjadi karena tangan-tangan manusia sendiri. Selain itu karena salahnya pengelolaan sumber air itu sendiri. 

Demikianlah pengurusan dalam sistem kapitalisme, penguasa mengurus rakyat setengah hati akan tetapi terhadap pemilik modal mereka sangat sepenuh hati. 

Di tengah tengah bencana kekeringan air masih banyak air kemasan yang dijual di jalan-jalan. Air kemasan ini merupakan produk dari kapitalisasi sumber-sumber air oleh industri air kemasan.

Banyak teknologi untuk mengolah air laut menjadi air bersih. Namun faktanya ketersediaan air bersih masih menjadi masalah. Sebab teknologi ini tidak dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat tetapi hanya untuk kepentingan industri sehingga bencana kekeringan air semakin membuat rakyat menderita. 

Sangat berbeda sekali dengan mekanisme negeri di sistem Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya "Imam atau khalifah itu laksana penggembala dan hanya ialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya" (HR.Bukhari dan Muslim).

Hadis tersebut jelas sekali bahwa negara adalah pengurus kebutuhan rakyat dan memastikan rakyatnya tercukupi kebutuhannya serta tidak akan memberikan solusi jangka pendek. 

Ada paradigma fundamental terkait pengelolaan air di dalam sistem Islam. Syaikh Taqiyudin An Nabhani dan Syaikh Abdul Qadim Zallum menjelaskan dalam kitabnya masing-masing yaitu Nidzamul Iqtishadiyyah dan Al Amwal bahwa sumber air yang melimpah ruah jumlahnya seperti sumber mata air, laut, dan danau merupakan milkiyyah ammah. Dan mencegah individu untuk menguasainya.

Jelas sekali dalam Islam sumber air itu tidak bisa di komersialisasi oleh pihak swasta seperti negara kapitali sekarang ini. Sumber air akan dimanfaatkan rakyat secara langsung dengan penguasaan negara. 

Khilafah akan mempersilahkan rakyat mengambil manfaat untuk minum, keperluan rumah tangga, pakan ternak, irigasi dan transportasi. Melakukan pemeliharaan terhadap sumber air agar tetap kelestariannya.

Wallahu a'lam bishshawab.


Oleh: Tati Hartati
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar