Topswara.com -- Tidak dipungkiri teknologi dalam bidang pendidikan sangat diperlukan untuk mengimbangi perkembangan zaman. Hanya saja teknologi harus digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang merata sesuai dengan fitrah manusia.
Teknologi Kecerdasan Buatan (AI;Artificial Intelligence) merupakan teknologi pendidikan untuk memudahkan pembelajaran. Pada dasarnya, pemanfaatan Artificial Intelligence dalam pendidikan adalah untuk memberikan peluang bagi siswa untuk menyerap pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya masing-masing.
Personalisasi pembelajaran seperti ini memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan tingkat kemampuan dan kecepatan belajarnya sendiri.
Salah satu aplikasi yang digunakan adalah Aplikasi Aku Pintar yang dirilis sejak akhir September 2018 dikembangkan PT. Aku Pintar Indonesia yang digawangi Luvianto Pebri Handoko (CEO) dan Gilang Prasetya N (CTO), keduanya alumnus ITS Surabaya bersama Widjaja (Founder) dan Sofian Lusa (Co-Founder).
Pada 2019, Aku Pintar berhasil menggandeng Kemendikbudristek untuk mencapai target pengguna yang mencapai satu juta. Seiring bertambahnya fitur baru dan berbagai kegiatan offline yang gencar dilakukan ditambah dengan kebijakan dalam Kemendikbudristek aplikasi ini sudah diikuti oleh 200.000 penguna.
Keberadaan Kurikulum Merdeka yang menitikberatkan pada materi penting dengan meng-cut beberapa materi pelajaran dan mengutamakan pengembangan diri, karakter pancasilais dalam belajar sehingga keberadaan aplikasi Aku Pintar Indonesia menjadi solusi yang disodorkan dalam mengembangkan diri siswa terutama dalam mengetahui minat, bakat serta kemampuannya.
Harapannya dengan mengetahui minat, bakat dan kemampuan ini siswa Indonesia tidak ada lagi yang mengambil jurusan pendidikan yang keliru dan akhirnya banyak yang menganggur.
Saat ini aplikasi Aku Pintar meluncurkan fitur terbaru dan unggulan, yaitu AI Chatbot. Fitur ini dinamakan Asterbot yang menjadi konselor AI pendidikan pertama di Indonesia, dengan harapan dapat menjadi teman ngobrol siswa-siswa di setiap situasi dalam membahas pelajarannya.
Tidak dipungkiri proses digitalisasi sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan saat ini. Dimana pendidikan menjadi tulang punggung pencetak generasi terbaik masa depan.
Aplikasi-aplikasi digital yang dihasilkan anak-anak bangsa dari hasil berfikir mereka bisa menjadi motivasi bagi generasi berikutnya sehingga potensi kreasi dan inovasi tumbuh dan mampu melahirkan penemuan yang lebih bermanfaat.
Namun sayang lagi-lagi karena tidak adanya peran negara yang seharusnya menjamin kualitas pendidikan bagi seluruh rakyatnya secara merata. Akhirnya hasil karya anak bangsa diapresiasi hanya menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan para kapitalis (orang yang bermodal) saja.
Para pencetus aplikasi- aplikasi ini hanya berhenti sekedar memperoleh materi yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan penghasilan para kapitalis yang memodalinya.
Selain itu berlepas tangannya negara dalam memenuhi kebutuhan vital bangsa ini, meniscayakan tergesernya peran guru sebagai pembawa keberkahan ilmu digantikan dengan peran “guru pintar” aplikasi-aplikasi pembelajaran.
Padahal sampai kapanpun, dan setinggi apapun ilmu yang diperoleh dari mentor virtual, voice asistant, smart content, presentation translator tentu tidak akan mampu dibandingkan dengan keberkahan (bertambah kebaikan) ilmu yang didapat dari keridhaan guru yang mengajar secara langsung.
Pendidikan dalam Islam
Islam merupakan agama yang paripurna, telah menggambarkan proses pendidikan begitu sempurna dengan metode yang pasti dan tidak berubah sampai kapanpun.
Dalam Islam pendidikan merupakan kebutuhan mendasar yang menjadi hak setiap warga negara tidak hanya terbatas selama 9 tahun. Sehingga dalam Islam mewajibkan negara untuk memenuhi pendidikan warga negaranya secara adil dan merata. “seorang imam adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya” (HR. Bukhari)
Negara bertanggung jawab mengupayakan menunaikan kewajiban dalam menyelenggakan pendidikan bagi setiap warganya disesuaikan dengan jamannya sehingga pendidikan yang diperoleh warga negara bukan pendidikan yang asal-asalan sebatas Bantuan Operasional Sekolah ( BOS), melainkan pendidikan yang berkualitas sehingga mampu mencetak generasi terbaik.
Objek pembelajar dengan proses pendidikan terbaik juga tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang yang mempunyai uang. Melainkan setiap warga negara berhak memperoleh fasilitas dan kualitas pendidikan terbaik.
Karena dalam Islam masalah pendidikan orientasinya adalah pelayanan kebutuhan bukan keuntungan. Sehingga pendidikan berkualitas dengan berbagai komponennya (kurikulum, guru,materi pembelajaran, fasilitas sarana prasarana ) diselenggarakan oleh negara bukan oleh perusahaan individu (swasta) yang berorientasi pada terbentuknya output pendidikan yang berakidah Islam yang kuat dengan berkepribadian Islam serta menguasai sains dan teknologi.
Negara senantiasa mengupayakan berbagai fasilitas serta sarana terbaiknya dengan terus meng-upgrade sarana-sarana yang ada disesuaikan dengan perkembangan zaman, dengan menyiapkan tenaga pendidik yang handal dan menjamin kesejahteraan para pendidik sehingga mereka mampu meningkatkan segenap kemampuannya untuk mencetak generasi terbaik umat manusia.
Berbagai sarana termasuk digitalisasi tidak sampai mengkerdilkan peran guru yang menjadi teladan (sosok yang digugu dan di tiru). Karena sehebat apapun aplikasi yang mampu memberikan ilmu namun tidak akan mampu memberikan contoh rill dalam kehidupan sehari-hari terlebih memberikan doa serta ridhanya bagi kehidupan para siswanya
Selain itu output dalam pendidikan Islam tidak hanya dilihat dari nilai secara numerik. Namun dilihat juga secara pemahaman siswa yang diaplikasikan dalam tingkah laku kehidupan sehari-harinya.
Oleh karena itu peran guru tidak bisa tergantikan oleh aplikasi sehebat apapun itu. Dan peran guru merupakan peran yang sangat mulia dan Allah SWT muliakan hingga pahalanya akan terus mengalir jika terus diamalkan para siswanya bahkan akan terus berlipat jika siswanya mengajarkan kembali kepada orang lain.
Hanya dalam sistem Islam pendidikan Islam bisa terwujud secara paripurna, seluruh rangkaian sistem kehidupan saling menjaga dalam penerapan Islam yang menyeluruh begitupun perkembangan teknologi bermanfaat bagi umat manusia bukan hanya segelintir orang.
Wallahu ‘alam bishawab
Oleh: Euis Dedah, S.Pd.
Pengelola Pendidikan di Kab. Bandung
0 Komentar