Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jangan Pisahkan Islam dari Politik


Topswara.com -- Jelang tahun politik 2024 menjadikan topik pembahasan ini kian marak di berbagai media. Baik itu televisi, surat kabar ataupun media sosial. Berbagai persiapan dari partai-partai politik negeri ini pun ramai menghiasi rubrik politik baik dalam pemberitaan, diskusi sampai debat.

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas baru-baru ini mengimbau masyarakat agar tidak memilih pemimpin yang memecah belah umat. Hanya saja, Gus Yaqut, sapaan akrabnya, tidak menyebut sama sekali siapa sosok yang dimaksud.

Menag Yaqut juga meminta masyarakat tidak memilih calon pemimpin yang menggunakan agama sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan. Dilansir dari REPUBLIKA.CO.ID (Senin, 4/9/2023).

Dari media yang sama, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mewanti-wanti agar para tokoh politik tidak menciptakan konfrontasi antara nilai keagamaan dan nasionalisme pada Pemilu 2024.

Dia berharap Pemilu 2024 tidak lagi memunculkan dikotomi dengan menciptakan posisi diametral atau pemisah antara agama dan nasionalisme. 

Justru yang paling penting, lanjut Haedar, adalah bagaimana mengintegrasikan antara nilai-nilai keagamaan atau keislaman, dengan nasionalisme.

Bukan hal yang tabu bila mendekati tahun politik maka isu-isu agama akan senantiasa dikaitkan dalam pembahasan. Baik itu dari segi pencalonan, koalisi, kampanye bahkan sampai pada visi dan misi calon pemimpin nantinya. 

Akan tetapi amat disayangkan bagaimana agama sering dijadikan sebagai alat bahkan kambing hitam untuk ranah politik hari ini. 

Hal ini terang saja makin menguatkan bukti betapa negeri kaum muslimin ini telah terjangkit begitu parah akan pemikiran dan pemahaman sekularisme, yang telah memisahkan antara urusan agama dengan negara. 

Padahal Islam bukan lah sebatas agama ruhiyah saja yang Allah turunkan untuk mengurus perihal ibadah saja. Namun juga diturunkan sebagai agama siyasiyah (politik) yang mana di dalamnya terdapat aturan-aturan yang berkaitan dengan berdirinya sebuah negara.

Islam selamanya tidak bisa dipisahkan dari ranah politik sebab sejak awal Allah turunkan kepada Rasulullah, Islam memang didesain sebagai agama yang mengurus keberlangsungan hidup manusia. 

Mirisnya, sekularisme telah menjauhkan pemahaman hakiki ini dari diri kaum muslimin. Hingga pada akhirnya umat tak memahami hakikat agamanya sendiri. 

Merasa asing dan aneh ketika Islam disandingkan dengan politik. Merasa bahwa politik kotor (hari ini) hanya akan membuat Islam sebagai agama akan terkotori kesuciannya. 

Padahal Islam sebagaimana di masa Rasulullah SAW telah menunjukkan indikasi politiknya. Sebab sirah nabawiyah sejatinya tidak hanya mengisahkan perjuangan dakwah Islam, namun juga dilengkapi dengan strategi politik dalam dan luar negeri. 

Bagaimana kemudian berhasilnya negara Islam berdiri di Madinah atas dasar penguasaan Rasulullah SAW terhadap politik. Serta futuhat Makah dan wilayah-wilayah lainnya di luar jazirah Arab. Semua itu ialah bagian politik yang tak bisa dipisahkan dari Islam.

Maka tentu saja keliru bila ada statement yang mengatakan agar tak mencampurkan Isla (agama) dengan politik. Sebab Islam tak sama dengan agama lain. Islam ialah agama yang haq serta satu-satunya agama yang Allah ridhai. 

Untuk itu kita sebagai kaum muslim hendaknya tidak memberikan sekat terhadap Islam dan politik. Justru makin gencar mendakwahkannya pada umat, agat umat sadar bahwa Islam ialah solusi untuk semua persoalan bahkan dalam perihal negara sekalipun.

Wallahua'alm bisshawab.


Oleh: Tri Ayu Lestari
Penulis Novel Remaja dan Aktivis Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar