Topswara.com -- Anak merupakan anugerah terindah dalam kehidupan rumah tangga. Setiap pasangan suami istri pasti berharap mendapatkan karunia anak. Hanya saja setelah mendapat anak, banyak pasangan suami istri yang lupa atau tidak mampu mengasuh dan mendidik anak dengan baik.
Banyak faktor penyebabnya; kurangnya ilmu, waktu yang terbatas, serta kondisi ekonomi. Akhirnya pengasuhan dan pendidikan anak pun diwakilkan atau bahkan diserahkan kepada pihak lain.
Saat ini ketika kerusakan merajalela, menyerahkan anak untuk diasuh oleh pihak lain tidak jarang mendatangkan malapetaka. Eksploitasi anak demi kebutuhan materi seolah tidak ada habisnya untuk dibahas. Ada anak yang dieksploitasi secara seksual dan ada anak yang dieksploitasi tenaga kreativitasnya demi pundi-pundi uang.
Sehingga dalam sistem sekularisme hari ini akan tampak banyak anak yang terlantar dan tidak mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang baik. Ini jika dibiarkan terus akan menimbulkan efek berbahaya bagi masa depan anak.
Anak akan makin dewasa akan tetapi pemikiran dan perilakunya semakin rusak. Lebih parahnya, anak tidak memiliki pemahaman benar tentang kehidupan dan minus visi akhirat.
Bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi jika mayoritas anak tidak mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang baik? Tentu generasi kita yang akan mengendalikan kehidupan belasan tahun yang akan datang jauh dari harapan. Mereka sulit untuk berkontribusi besar dalam peradaban dunia.
Benar bahwa pendidikan dan pengasuhan anak ada di tangan orang tua. Hanya saja peran ini bisa maksimal jika semua elemen masyarakat mendukung dan kondusif. Ini bisa berjalan dengan baik jika negara dan masyarakat bahu-membahu mewujudkan keluarga yang melahirkan generasi emas.
Tentu peran negara sangat dominan dan menonjol. Negara seharusnya memudahkan kehidupan masyarakat dengan menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyat mulai sandang, pangan dan perumahan.
Pemenuhan ini bisa melalui penyediaan lapangan kerja yang luas sehingga para penanggung jawab nafkah mudah menafkahi keluarga. Dengan demikian, ibu sebagai pengatur rumah tangga bisa fokus mengasuh dan mendidik anak serta tidak perlu keluar rumah demi membantu mencukupi kebutuhan keluarga.
Jika ini terjadi, maka tumbuh kembang anak sejak awal kandungan hingga mencapai golden age akan sangat menakjubkan, anak terlahir dengan sehat dan kuat lahir batin. Disamping itu anak juga mengalami perkembangan kecerdasan yang luar biasa berkat rangsangan intelektual dari orang tua yang aktif menemani tumbuh kembang anak.
Selain itu, negara juga menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas untuk rakyat. Negara tidak boleh menyerahkan pelayanan pendidikan kepada swasta atau lembaga tertentu. Sebab ini berpotensi sebagai ajang bisnis untuk mendapat keuntungan. Bahkan tidak jarang ini menjadi kesempatan bagi pihak tertentu untuk mengeksploitasi anak.
Pelayanan pendidikan gratis dan berkualitas ini sebagai wujud pengurusan negara terhadap rakyat. Sebab pemimpin itu adalah pengurus bagi rakyat.
Adapun visi pendidikan dalam Islam adalah melahirkan siswa yang mampu menyelesaikan masalah dunia dan melahirkan orang yang bertakwa. Singkatnya pendidikan itu seharusnya memiliki visi dunia dan akhirat.
Hal ini akan melahirkan orang yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi, di saat yang sama tetap tunduk totalitas pada syariat ilahi.
Islam juga melindungi anak dari berbagai kejahatan dengan menetapkan sanksi yang tegas kepada pelaku kejahatan. Sanksi ini bersifat pencegah dan penebus dosa. Sanksi yang tegas ini menjadikan orang berpikir seribu kali sebelum melakukan kejahatannya.
Ini sangat berbeda sekali dengan sistem hari ini, di mana pelaku kejahatan jarang mendapat efek jera meski sudah berulang kali keluar masuk bui. Ini menunjukkan sanksi yang ada tidak berpengaruh sama sekali.
Sistem sekularisme memang telah menjadikan anak sebagai umpan yang sangat empuk bagi pemuja harta. Anak dipandang sebagai aset untuk menumpuk pundi rupiah.
Dalam sistem sekularisme ini bahaya terhadap anak sulit dihindarkan karena sistem ini memang bukan habitat aslinya manusia. Habitat aslinya kita adalah kehidupan dalam sistem Islam. Hanya dalam sistem Islam kita bisa hidup tenang dan damai.
Apabila kita bandingkan apa yang terjadi hari ini terhadap anak dengan apa yang seharusnya mereka dapatkan sungguh jauh panggang dari api. Sehingga tidak ada lagi solusi terbaik hari ini selain kembali pada syariat Islam dan meninggalkan sistem sekularisme.
Oleh: Nurjannah Sitanggang
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar