Topswara.com -- Sobat, hati kita tidaklah konstan dalam ketaatan. Penyakit hati kadang hadir menyapa. Dalam berjuang menegakkan diinullah kadang datang futur. Apa itu futur, apa penyebabnya dan bagaimana sikap kita.
Apa itu Penyakit Futur?
Futur yaitu: rasa malas, enggan, dan lamban dalam melakukan kebaikan, yang mana sebelumnya seseorang rajin dan bersemangat melakukannya.
Futur adalah penyakit yang sering menyerang sebagian para pejuang. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas perjuangan. Baik ngaji maupun kegiatan yang lain.
Sebab munculnya penyakit futur adalah lalainya hati kita dari mengingat Allah. Lalai dari mengingat perintah dan larangan Allah. Lupa pada janji-janji Allah. Baik janji surga maupun neraka. Sehingga hati kita cenderung kepada dunia dan kesibukannya. Condong kepada cinta dunia dan kenikmatannya.
Mengapa bisa terjadi kelalaian tersebut?
Sobat seringkali kita sibuk sehingga sengaja menunda atau tidak hadir dalam kegiatan dakwah. Tidak hadir ngaji alasan sedang sibuk. Kita sengaja mentolerir diri untuk tidak hadir padahal tanpa uzur syari.
Jika kesalahan ini tidak segera kita sadari, kemudian berulang dua tiga empat kali dan seterusnya. Maka kita akan kena penyakit futur. Karena makin melanggar makin jauh hati kita. Makin melanggar hati kita akan makin lemah. Ditarik oleh kesibukan dunia yang begitu padat akhirnya hati kita menjadi malas untuk hadir. Malas untuk ngaji.
Apalagi kalau lama-kelamaan karena sering tidak hadir maka hati kita juga merasa malu sama kawan-kawan. Malu sama kyai. Akhirnya kita pun benar benar meninggalkan dakwah. Na'udzubillah min dzalik.
Lalu bagaimana kita mengobati hati yang sakit kena penyakit futur?
Pertama, mengikhlaskan niat hanya untuk Allah ‘Azza Wa Jalla dalam berjuang.
Niat dalam melakukan suatu perbuatan (yang baik) tentunya harus ikhlas untuk Allah semata. Keikhlasan suatu niat sangat berpengaruh pada amalan-amalan yang kita lakukan. Jika seseorang ikhlas dalam menuntut ilmu, ia akan memahami bahwa amalan menuntut ilmu yang ia lakukan itu akan diganjar pahala. Sebagaimana dalam hadis disampaikan bahwa,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وإنما لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنكحها فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amal itu (tergantung) pada niatnya, dan sesungguhnya sesesorang itu hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (dinilai) karena Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena harta dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yanga hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu hanyalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian, dengan mengikhlaskan niat tersebut kita akan ditolong oleh Allah dengan kekuatan.jiwa kita akan Allah jaga dengan keistiqamahan.
Kedua, selalu bersama dengan teman-teman yang semangat dalam berjuang.
Jika kita melakukan kelalaian maka kita harus segera merapat kepada kawan-kawan seperjuangan. Minta nasehat dan dukungan mereka. Minta doa mereka. Agar kita istiqamah.
Jangan karena merasa malu kemudian kita menjauh dari mereka. Jika kita bersikap demikian maka akan semakin jauh dari dakwah. Hati kita akan semakin lemah dan terjebak dalam dunia lain.
Teman merupakan orang yang sangat berpengaruh pada diri kita. Teman turut membentuk karakter seseorang. Oleh karena itu dalam berteman hendaknya kita memilih teman-teman yang mampu mengantarkan kepada kebaikan.
Kepada semangat dalam berjuang.
Ketiga, bersabar, yaitu ketika jiwa mengajak untuk meninggalkan dakwah.
Kesabaran akan mengantarkan kita kembali kepada ilmu dan kebaikan-kebaikan. Oleh karena itu, hendaknya kita terus berusaha bersabar agar penyakit futur itu segera hilang. Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang beribadah kepada Tuhan mereka di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini” (QS. Al Kahfi: 28).
Keempat, memohon pertolongan kepada Allah agar Allah sembuhkan hati dan jiwa kita dengan kesabaran dan istiqamah.
Allah Ta’ala berfirman,
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah: 250).
Do’a lain agar mendapatkan keteguhan dan ketegaran di atas jalan yang lurus adalah,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 8).
Do’a yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Semoga Allah selamatkan kita dari penyakit futur ini. Moga Allah jaga kita dengan Istiqamah dan husnul khatimah. Selamat berjuang Sobat.[]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar