Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Esensi Sepele dari Peringatan yang Tidak Sepele

Topswara.com -- Peringatan adalah suatu tugas dengan konsekuensi berat. Memperingatkan nampaknya merupakan tugas sederhana namun sejatinya tanggung jawab di dalamnya membutuhkan kerja keras dan konsistensi penuh dalam menjalankannya.

Sepele adalah sebaliknya, anggapan remeh, enteng serta berupa sikap sekadarnya. Maka “peringatan yang tidak sepele” dapat diartikan tanggung jawab berat yang dianggap remeh.

Sepanjang sejarah peradaban manusia banyak peringatan yang diberikan kepada manusia-manusia karena lalai, semena-mena atau melampaui batas sebagai manusia yang berbuat atau berperilaku buruk. Namun tidak sedikit menyepelekannya dengan mengambil sikap acuh dan tetap melanjutnya kebiasaannya.

Peringatan dikatakan mengandung konsekuensi berat bisa dilihat pada akibat dari penolakan atau pengabaian peringatan tersebut. Dikisahkan terdapat kaum yang binasa karena membangkang setelah diperingatkan. Ada lagi suatu negeri di mana sebelumnya sejahtera kemudian di akhir kisahnya mendapat kehinaan berupa bala bencana yang meluluh lantahkan segalanya.

Sampai pada cerminan sejarah menunjukkan sifat sepele yang dilekatkan pada hal yang justru esensial dan tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia secara keseluruhan berupa peringatan. Sepele esensinya tidak berarti sepele peranannya.

Manusia adalah baik. Manusia senantiasa berkecenderungan sesuai dengan fitrahnya manusia sebagai makhluk yang berpikir. Secara dzat, terdapat unsur ruh, meliputi jiwa (“an-nafs”) dan fisik berupa badan atau seluruh anggota tubuh.
Ruh memiliki derajat tinggi sebaliknya jasad adalah rendah dalam pandangan Allah.

Pembagian berupa dualisme dalam diri manusia ini serta kualitas keduanya dapat ditemukan dalam banyak literatur-literatur. Sebagaimana disampaikan Allah dalam al-Qur’an Surat Shaad:

اِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ خَالِـقٌ ۢ بَشَرًا مِّنۡ طِيۡنٍ‏  ٧١ فَاِذَا سَوَّيۡتُهٗ وَنَفَخۡتُ فِيۡهِ مِنۡ رُّوۡحِىۡ فَقَعُوۡا لَهٗ سٰجِدِيۡنَ‏  ٧٢

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” 

“Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.”

Walhasil, tidak ada hal yang patut disikapi sebagai suatu yang sepele sehingga diabaikan secara begitu saja. Jangankan peringatan, masalah kecil saja jika dibiarkan terus menumpuk dan berkembang akan menjadi masalah besar.

Namun bukan berarti esensi peringatan mengabaikan prioritas atau keutamaan (“fadliilah”). Keutamaan juga senantiasa ada melekat sebagai pertimbangan dalam memutuskan sikap. Meski di satu sisi keutamaan sesuatu, katakanlah amalan yang memiliki kelebihan dalam hal keutamaan menurut ulama tertentu, namun dalam pengamalannya tetap dikembalikan kepada kondisi pribadi setiap muslim.

Penyesuaian pelaksanaan bahkan pada kondisi tertentu diperbolehkan dengan batasan-batasan hukum yang telah diakui.
Maka dalam kehidupan sehari-hari pun sesuatu yang sepele dan nampak bersifat remeh-temeh di satu sisi, ternyata di sisi lain justru esensial dan dapat menjadi sesuatu yang besar pengaruhnya, apa pun itu.

Bukankah peringatan adalah tugas terbesar, yang diembankan kepada manusia dengan derajat tertinggi di muka bumi, manusia yang diutus kepada manusia, yaitu para Nabi? Sungguh peringatan secara esensial bukanlah sesuatu yang sepele.[]

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.
(Penulis Lepas Yogyakarta)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar